Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Bintang SMA 103
Suka
Favorit
Bagikan
1. Bagian 1
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

EXT. SEKOLAH — PAGI

Suasana sekolah, anak-anak berjalan masuk ke dalam kelas mereka masing-masing.

EXT. KANTIN - SEKOLAH — PAGI

Suasana Kantin yang Ramai di penuhi Anak-anak yang sedang berbelanja dan duduk di Kursi-kursi Kantin.

EXT. LAPANGAN - SEKOLAH — PAGI

Anak-anak sedang bermain Futsal, Pram berada di sana bermain dengan Teman-temannya dan juga Tama.

Laras berada di pinggir lapangan, melihat mereka. Tak jauh darinya ada Karina dan Rosa yang juga sedang melihat mereka, sambil memakan jajanan mereka.

KARINA

Mereka jago main futsal?

ROSA

Kalau Tama biasa-biasa aja. Tapi Pram, jago. Dia ikut klub setahu aku.

KARINA

Sejago itu?

ROSA

Dia pernah di udang seleksi timnas futsal.

KARINA

Terus dia masuk timnas?

ROSA

Katanya dia nolak. Gak tahu kenapa.

Karina terkejut mendengarnya dan ia melihat Pram yang bermain futsal, serius.

MONTAGE PERTANDINGAN:

- Pram menggiring Bola menuju gawang, Tama berdiri di depan. Pram berhasil menggoceknya dan menendang Bola dengan kuat --

GOL!

Pram melakukan selebrasinya, sesaat ia melihat Tama, tertawa sinis.

Tama hanya diam, melihat Pram.

- Tama membawa Bola dan Pram berada di depannya, Tama menoba menggoceknya dan berhasil. Tama menendang Bolanya dengan kuat ke Gawang --

GOL!

Tama melakukan selebrasi dan melakukan hal yang sama seperti Pram, tertawa sini.

Laras bersorak melihat Tama. Karina dan Rosa melihat Laras, tertawa.

- Pram menggiring bola, di depannya ada Tama, ketika Pram ingin menggocek --

Tama merebut bola itu dan dengan cepat menggiring ke Gawang dan melepaskan tendangan --

GOL!

Tama selebrasi bersama teman-temannya. Pram hanya diam melihat Tama.

Karina sesaat melihat Pram, datar.

- Tama menggiring Bola menuju gawang dan ketika ia ingin menendang --

Pram melakukan tekel keras, membuat Tama jatuh dan kesakitan.

Ketika Tama melihat Pram berdiri di depannya --

Tama berdiri dan melakukan adu badan, menantang Pram yang melihat Tama dengan dingin.

PRAM

Sorry.

TAMA

Pengecut, karena kalah makanya pake fisik.

PRAM

Futsal itu soal fisik. Wajar buat orang yang cuma tahu belajar, gak tahu apa-apa soal futsal.

TAMA

Futsal juga butuh otak buat lapangan sekecil ini. Itu artinya kamu cuma pakai otot dari pada otak. Wajar buat orang pengecut kayak kamu.

Mereka mendekat satu sama lain. Teman-teman kelas mereka melerai mereka.

Dari tempatnya, Laras berlari, memisahkan Tama dari Pram dan berjalan menjauh.

Karina berdiri di tempatnya, melihat kejadian itu.

Pram hanya melihat Tama, dingin. Sesaat ia melihat Karina yang melihat dirinya, tidak suka.

Pram berjalan menuju kelas, Karina hanya melihat Pram yang menjauh.

ROSA

Kamu yakin mereka bisa bantu kamu?

KARINA

Aku juga gak tahu bisa apa gak. Tapi awas aja kalau mereka berantem lagi. Tapi harus ya main futsal sampai berantem?

ROSA

Ini olahraga Karin, ini soal kompetisi. Soal kalah menang. Kamu mau kalah dari orang yang kamu gak suka, gak kan?

Karina menggelengkan kepalanya, tidak percaya.

ROSA

Ditambah ada Laras, mau tarok di mana harga diri Tama.

KARINA

Oke, aku ngerti ada Laras. Tapi Pram mau showoff sama siapa selain pentingin harga dirinya.

ROSA

Sama kamu, mungkin.

Karina terkejut mendengarnya.

ROSA

Dari caranya lihat kamu aku tahu Karin.

Karina tertawa mendengarnya.

KARINA

Kamu yang paling pinter kalau soal begituan, Baby.

Rosa membanggakan dirinya, setuju.

KARINA

Kadang-kadang aku gak ngerti sama cara pikir cowok.

ROSA

Itu kenapa rata-rata umur laki-laki lebih pendek daripada perempuan.

Karina melihat Rosa, terkejut.

ROSA

Bener Karin, karena pikiran mereka pendek. Sedangkan perempuan panjang.

KARINA

Iya, kadang-kadang aku juga gak ngerti sama pikiran cewek. Sangking panjangnya, hal-hal yang gak penting juga jadi kepikiran.

ROSA

Memang susah dari jadi perempuan.

Karina menunjuk Rosa, setuju. Mereka tertawa.

INT. RUANG KELAS - SEKOLAH — PAGI

Murid-murid duduk di kursi mereka masing-masing, memperhatikan Karim yang sedang menulis sesuatu di Papan Tulis, bertuliskan:

PENDIDIKAN SEKS

Murid-murid melihatnya dan mereka berbicara dengan Teman-temannya, terdengar suara lebah.

KARIM

Sesuai janji Bapak, kita akan belajar ini hari ini.

Suara anak-anak menjadi riuh, senang.

KARIM

Setelah apa yang terjadi di sekolah kita saat ini. Bapak rasa kalian semua harus tahu tentang hal ini.

Terdengar suara-suara seruan dari Murid-murid. Beberapa bahkan ada yang tertawa.

Karina dan Rosa tersenyum, saling melihat, genit.

KARIM

Buat kalian ini penting, kalian harus tahu tubuh kalian sendiri. Mungkin ada di antara kalian yang tidak mengenal dengan baik tubuh kalian. Saat ini tubuh kalian sedang berkembang, bermekaran, penting untuk kalian.

Terdengar suara-suara seruan, terutama dari Anak Laki-laki.

MURID LAKI-LAKI

Kita nonton Video apa, Pak?

Terdengar suara tertawa dari Murid-murid mendengar pertanyaan itu.

KARIM

Itu lebih baik, tapi sekarang, kita akan bahas tentang pelecehan seksual yang sering terjadi di sekitar. Kalian harus paham supaya tujuan materi hari ini, kalian bisa lebih kritis terhadap hak dan kewajiban sebagai pemilik tubuh kalian sendiri. Paham semuanya?

Terdengar jawaban dari Murid-murid, termasuk Karina dan Rosa.

MURID PEREMPUAN

Kenapa kita harus belajar ini, Pak. Ini kan jorok.

Karim melihat sekitar, Murid-murid menunggu jawaban.

KARIM

Karena kalau kita belajar pendidikan seks memang harus jorok.

MURID PEREMPUAN

Karena itu Pak, makanya saya tanya.

KARIM

Karena kalian sendiri tidak paham dengan tubuh kalian. Kalau Bapak tanya kalian pasti tahu, tapi apa kalian benar-benar tahu?

Murid-murid hanya diam, tidak menjawab.

KARIM

Itu yang menjadi pertanyaan sekarang untuk kalian.

Beberapa Murid menganggukan kepala, mengerti.

KARIM

Bapak tahu kalian pasti tidak nyaman sama materi ini, tapi kita harus tetap belajar. Banyak di antara kalian yang tidak dapat materi ini di manapun, termasuk di sekolah. Bapak tidak mau kalian dapat informasi yang salah dari Internet tentang pendidikan seks. Karena kalian yang bisa rugi sendiri.

Muridn-murid mengangguk, mengerti.

KARIM

Bapak tanya, ada yang belajar pendidikan seks dari Orang Tua kalian?

Murid-murid melihat sesama mereka, berbicara.

MURID LAKI-LAKI

Kalau kami tanya, mereka bilang kenapa tanya-tanya, kamu belum cukup umur buat tanya itu.

MURID PEREMPUAN

Kalau Orang Tua saya bilang cari aja di internet, Pak. Semua ada di situ. Kadang-kadang mereka ngehindar, Pak.

KARIM

Berarti kita tahu masalahnya apa sekarang. Orang Tua kalian sekalipun bisa jadi tidak tahu tentang pendidikan seks, makanya mereka menghindar dan melarang kalian mencari tahu.

MURID LAKI-LAKI

Jadi kami harus ngapain, Pak? Kenapa semuanya larang kami buat cari tahu?

KARIM

Maka adanya Bapak di sini buat kasih kalian pencerahan tentang seks. Kalian siap?

Terdengar suara jawaban dari Murid-murid.

KARIM

Kita mulai, berdasarkan Komnas Perempuan, terdapat lima belas kekerasan seksual kita jumpai di sekolah. Perkosaan, Ancaman Perkosaan, Pelecehan Seksual, Eksploitasi Seksual, Perdagangan Perempuan, Prostitusi Seksual, Perbudakan Seksual, Pemaksaaan Perkawinan, Pemaksaan Kehamilan, Pemakasaan Aborsi, Pemaksaan Kontrasepsi, Penyiksaan Seksual, Penghukum bernuansa Seksual, Tradisi bernuansa Seksual dan Kontrol Seksual. Kita akan bahas satu-satu.

Murid-murid mulai membuka Buku Catatan mereka, menulis.

KARIM

Kita akan bahas ini satu persatu.

CUT TO:

Karina dan Rosa duduk di kursi mereka. Karina sedang menulis, sesaat ia melihat Buku yang ada di depannya dan kembali menulis.

Rosa di sebelahnya, sedang memperhatikan Karina.

ROSA

Kamu lagi catet catatan Pram?

Karina mengangguk, melanjutkan menulis.

ROSA

Aku pinjam catetan kamu nanti, ya.

KARINA

Buat UTS nanti? Dasar.

ROSA

Aku gak ngerti. Cuma kamu yang aku andelin.

KARINA

Kan masih ada Gio, kenapa kamu gak minta dia?

ROSA

Itu lain Kariiin.

Karina tersenyum, kemudian mengangguk. Ia kembali melanjutkan menulisnya.

ROSA

Karin... kamu tahu tubuh kamu luar dalam, gak?

Karina melihat Rosa, berhenti menulis.

ROSA

Aku kepikiran apa yang Pak Karim bilang tadi.

KARINA

Aku juga gak tahu banget sama tubuh aku sendiri. Kadang-kadang aku kayak liat di cermin, gak kenal sama diri aku sendiri.

Rosa mengangguk-angguk.

KARINA

Tapi yang pasti pendidikan seks ajarin kita buat tahu diri kita sendiri. Itu yang aku dapat dari materi tadi.

ROSA

Walaupun masih banyak cara buat kenal diri kita sendiri.

Karina mengangguk, setuju dengan Rosa.

ROSA

Apa aku udah kenal sama diri aku sendiri, ya?

KARINA

Kalau itu aku gak tahu, cuma kamu yang tahu jawabannya. Tapi aku pernah baca buku, kalimatnya kayak gini. Kita di beri jasad buat di rawat dan bukan buat di bodoh-bodohi. Sayangi diri kita sendiri, karena diri kita yang lebih berharga.

Ada jeda di antara mereka.

ROSA

Kayaknya kita memang harus lebih banyak belajar.

KARINA

(mengangguk)
Tapi gak ada salahnya buat kita santai, kan. Banyak main banyak belajar.

Mereka berdua tersenyum, Karina melanjutkan menulisnya, sementara Rosa melihat jendela kelasnya, melamun.

ROSA

Kapan kamu mau ketemu Roni?

Karina berhenti menulis, melihat Rosa.

ROSA

Aku tahu kamu pasti banyak yang kamu pikirin kalau kamu ketemu dia. Tapi kamu bilang sendiri, kamu mau tahu yang sebenarnya kan. Ketemu Roni salah satunya.

KARINA

Iya, aku tahu. Siap gak siap aku haru temuin dia kan.

ROSA

Kamu gak harus lakuin ini, Karin. Sebenarnya aku lebih suka kalau kamu gak mikirin kecelakaan kamu, biarin semua apa adanya. Itu lebih baik buat kamu.

Karina tidak menjawab, ia hanya diam.

EXT. KANTIN - SEKOLAH — PAGI

Tama dan Laras duduk bersama di Kantin. Mereka memakan jajanan mereka dalam diam. Tama melihat sekitar. Laras melihat Tama, datar.

LARAS

Minggu ini kita mau ke mana?

TAMA

Kamu maunya kemana? terserah kamu.

LARAS

Aku juga gak tahu mau kemana.

TAMA

Sama, aku juga.

Ada jeda di antara mereka.

LARAS

Kamu masih marah sama aku?

TAMA

Gak. Aku cuma gak tahu mau kemana.

LARAS

Kenapa kamu gak bisa jujur sama aku?

TAMA

Aku gak marah lagi sama kamu.

LARAS

Kamu bohong Tama. Kamu masih marah sama aku.

TAMA

Kalau aku jujur, kamu juga gak peduli kan.

Laras tidak menjawab, ia hanya diam. Ia masih melihat Tama.

TAMA

Masalah ini udah selesai. Jangan di bahas lagi, oke?

Laras melihat Tama, kemudian ia mengangguk. Tama tersenyum kecil melihat Laras.

TAMA

Minggu ini kita cafe kemarin? mau?

Laras mengangguk, kemudian ia tersenyum.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar