EXT. SEKOLAH — PAGI
Suasana sekolah, anak-anak berjalan masuk ke dalam kelas mereka masing-masing.
EXT. KANTIN - SEKOLAH — PAGI
Suasana Kantin yang Ramai di penuhi Anak-anak yang sedang berbelanja dan duduk di Kursi-kursi Kantin.
EXT. LAPANGAN - SEKOLAH — PAGI
Anak-anak sedang bermain Futsal, Pram berada di sana bermain dengan Teman-temannya dan juga Tama.
Laras berada di pinggir lapangan, melihat mereka. Tak jauh darinya ada Karina dan Rosa yang juga sedang melihat mereka, sambil memakan jajanan mereka.
KARINA
Mereka jago main futsal?
ROSA
Kalau Tama biasa-biasa aja. Tapi Pram, jago. Dia ikut klub setahu aku.
KARINA
Sejago itu?
ROSA
Dia pernah di udang seleksi timnas futsal.
KARINA
Terus dia masuk timnas?
ROSA
Katanya dia nolak. Gak tahu kenapa.
Karina terkejut mendengarnya dan ia melihat Pram yang bermain futsal, serius.
MONTAGE PERTANDINGAN:
- Pram menggiring Bola menuju gawang, Tama berdiri di depan. Pram berhasil menggoceknya dan menendang Bola dengan kuat --
GOL!
Pram melakukan selebrasinya, sesaat ia melihat Tama, tertawa sinis.
Tama hanya diam, melihat Pram.
- Tama membawa Bola dan Pram berada di depannya, Tama menoba menggoceknya dan berhasil. Tama menendang Bolanya dengan kuat ke Gawang --
GOL!
Tama melakukan selebrasi dan melakukan hal yang sama seperti Pram, tertawa sini.
Laras bersorak melihat Tama. Karina dan Rosa melihat Laras, tertawa.
- Pram menggiring bola, di depannya ada Tama, ketika Pram ingin menggocek --
Tama merebut bola itu dan dengan cepat menggiring ke Gawang dan melepaskan tendangan --
GOL!
Tama selebrasi bersama teman-temannya. Pram hanya diam melihat Tama.
Karina sesaat melihat Pram, datar.
- Tama menggiring Bola menuju gawang dan ketika ia ingin menendang --
Pram melakukan tekel keras, membuat Tama jatuh dan kesakitan.
Ketika Tama melihat Pram berdiri di depannya --
Tama berdiri dan melakukan adu badan, menantang Pram yang melihat Tama dengan dingin.
PRAM
Sorry.
TAMA
Pengecut, karena kalah makanya pake fisik.
PRAM
Futsal itu soal fisik. Wajar buat orang yang cuma tahu belajar, gak tahu apa-apa soal futsal.
TAMA
Futsal juga butuh otak buat lapangan sekecil ini. Itu artinya kamu cuma pakai otot dari pada otak. Wajar buat orang pengecut kayak kamu.
Mereka mendekat satu sama lain. Teman-teman kelas mereka melerai mereka.
Dari tempatnya, Laras berlari, memisahkan Tama dari Pram dan berjalan menjauh.
Karina berdiri di tempatnya, melihat kejadian itu.
Pram hanya melihat Tama, dingin. Sesaat ia melihat Karina yang melihat dirinya, tidak suka.
Pram berjalan menuju kelas, Karina hanya melihat Pram yang menjauh.
ROSA
Kamu yakin mereka bisa bantu kamu?
KARINA
Aku juga gak tahu bisa apa gak. Tapi awas aja kalau mereka berantem lagi. Tapi harus ya main futsal sampai berantem?
ROSA
Ini olahraga Karin, ini soal kompetisi. Soal kalah menang. Kamu mau kalah dari orang yang kamu gak suka, gak kan?
Karina menggelengkan kepalanya, tidak percaya.
ROSA
Ditambah ada Laras, mau tarok di mana harga diri Tama.
KARINA
Oke, aku ngerti ada Laras. Tapi Pram mau showoff sama siapa selain pentingin harga dirinya.
ROSA
Sama kamu, mungkin.
Karina terkejut mendengarnya.
ROSA
Dari caranya lihat kamu aku tahu Karin.
Karina tertawa mendengarnya.
KARINA
Kamu yang paling pinter kalau soal begituan, Baby.
Rosa membanggakan dirinya, setuju.
KARINA
Kadang-kadang aku gak ngerti sama cara pikir cowok.
ROSA
Itu kenapa rata-rata umur laki-laki lebih pendek daripada perempuan.
Karina melihat Rosa, terkejut.
ROSA
Bener Karin, karena pikiran mereka pendek. Sedangkan perempuan panjang.
KARINA
Iya, kadang-kadang aku juga gak ngerti sama pikiran cewek. Sangking panjangnya, hal-hal yang gak penting juga jadi kepikiran.
ROSA
Memang susah dari jadi perempuan.
Karina menunjuk Rosa, setuju. Mereka tertawa.
INT. RUANG KELAS - SEKOLAH — PAGI
Murid-murid duduk di kursi mereka masing-masing, memperhatikan Karim yang sedang menulis sesuatu di Papan Tulis, bertuliskan:
PENDIDIKAN SEKS
Murid-murid melihatnya dan mereka berbicara dengan Teman-temannya, terdengar suara lebah.
KARIM
Sesuai janji Bapak, kita akan belajar ini hari ini.
Suara anak-anak menjadi riuh, senang.
KARIM
Setelah apa yang terjadi di sekolah kita saat ini. Bapak rasa kalian semua harus tahu tentang hal ini.
Terdengar suara-suara seruan dari Murid-murid. Beberapa bahkan ada yang tertawa.
Karina dan Rosa tersenyum, saling melihat, genit.
KARIM
Buat kalian ini penting, kalian harus tahu tubuh kalian sendiri. Mungkin ada di antara kalian yang tidak mengenal dengan baik tubuh kalian. Saat ini tubuh kalian sedang berkembang, bermekaran, penting untuk kalian.
Terdengar suara-suara seruan, terutama dari Anak Laki-laki.
MURID LAKI-LAKI
Kita nonton Video apa, Pak?
Terdengar suara tertawa dari Murid-murid mendengar pertanyaan itu.
KARIM
Itu lebih baik, tapi sekarang, kita akan bahas tentang pelecehan seksual yang sering terjadi di sekitar. Kalian harus paham supaya tujuan materi hari ini, kalian bisa lebih kritis terhadap hak dan kewajiban sebagai pemilik tubuh kalian sendiri. Paham semuanya?
Terdengar jawaban dari Murid-murid, termasuk Karina dan Rosa.
MURID PEREMPUAN
Kenapa kita harus belajar ini, Pak. Ini kan jorok.
Karim melihat sekitar, Murid-murid menunggu jawaban.
KARIM
Karena kalau kita belajar pendidikan seks memang harus jorok.
MURID PEREMPUAN
Karena itu Pak, makanya saya tanya.
KARIM
Karena kalian sendiri tidak paham dengan tubuh kalian. Kalau Bapak tanya kalian pasti tahu, tapi apa kalian benar-benar tahu?
Murid-murid hanya diam, tidak menjawab.
KARIM
Itu yang menjadi pertanyaan sekarang untuk kalian.
Beberapa Murid menganggukan kepala, mengerti.
KARIM
Bapak tahu kalian pasti tidak nyaman sama materi ini, tapi kita harus tetap belajar. Banyak di antara kalian yang tidak dapat materi ini di manapun, termasuk di sekolah. Bapak tidak mau kalian dapat informasi yang salah dari Internet tentang pendidikan seks. Karena kalian yang bisa rugi sendiri.
Muridn-murid mengangguk, mengerti.
KARIM
Bapak tanya, ada yang belajar pendidikan seks dari Orang Tua kalian?
Murid-murid melihat sesama mereka, berbicara.
MURID LAKI-LAKI
Kalau kami tanya, mereka bilang kenapa tanya-tanya, kamu belum cukup umur buat tanya itu.
MURID PEREMPUAN
Kalau Orang Tua saya bilang cari aja di internet, Pak. Semua ada di situ. Kadang-kadang mereka ngehindar, Pak.
KARIM
Berarti kita tahu masalahnya apa sekarang. Orang Tua kalian sekalipun bisa jadi tidak tahu tentang pendidikan seks, makanya mereka menghindar dan melarang kalian mencari tahu.
MURID LAKI-LAKI
Jadi kami harus ngapain, Pak? Kenapa semuanya larang kami buat cari tahu?
KARIM
Maka adanya Bapak di sini buat kasih kalian pencerahan tentang seks. Kalian siap?
Terdengar suara jawaban dari Murid-murid.
KARIM
Kita mulai, berdasarkan Komnas Perempuan, terdapat lima belas kekerasan seksual kita jumpai di sekolah. Perkosaan, Ancaman Perkosaan, Pelecehan Seksual, Eksploitasi Seksual, Perdagangan Perempuan, Prostitusi Seksual, Perbudakan Seksual, Pemaksaaan Perkawinan, Pemaksaan Kehamilan, Pemakasaan Aborsi, Pemaksaan Kontrasepsi, Penyiksaan Seksual, Penghukum bernuansa Seksual, Tradisi bernuansa Seksual dan Kontrol Seksual. Kita akan bahas satu-satu.
Murid-murid mulai membuka Buku Catatan mereka, menulis.
KARIM
Kita akan bahas ini satu persatu.
CUT TO:
Karina dan Rosa duduk di kursi mereka. Karina sedang menulis, sesaat ia melihat Buku yang ada di depannya dan kembali menulis.
Rosa di sebelahnya, sedang memperhatikan Karina.
ROSA
Kamu lagi catet catatan Pram?
Karina mengangguk, melanjutkan menulis.
ROSA
Aku pinjam catetan kamu nanti, ya.
KARINA
Buat UTS nanti? Dasar.
ROSA
Aku gak ngerti. Cuma kamu yang aku andelin.
KARINA
Kan masih ada Gio, kenapa kamu gak minta dia?
ROSA
Itu lain Kariiin.
Karina tersenyum, kemudian mengangguk. Ia kembali melanjutkan menulisnya.
ROSA
Karin... kamu tahu tubuh kamu luar dalam, gak?
Karina melihat Rosa, berhenti menulis.
ROSA
Aku kepikiran apa yang Pak Karim bilang tadi.
KARINA
Aku juga gak tahu banget sama tubuh aku sendiri. Kadang-kadang aku kayak liat di cermin, gak kenal sama diri aku sendiri.
Rosa mengangguk-angguk.
KARINA
Tapi yang pasti pendidikan seks ajarin kita buat tahu diri kita sendiri. Itu yang aku dapat dari materi tadi.
ROSA
Walaupun masih banyak cara buat kenal diri kita sendiri.
Karina mengangguk, setuju dengan Rosa.
ROSA
Apa aku udah kenal sama diri aku sendiri, ya?
KARINA
Kalau itu aku gak tahu, cuma kamu yang tahu jawabannya. Tapi aku pernah baca buku, kalimatnya kayak gini. Kita di beri jasad buat di rawat dan bukan buat di bodoh-bodohi. Sayangi diri kita sendiri, karena diri kita yang lebih berharga.
Ada jeda di antara mereka.
ROSA
Kayaknya kita memang harus lebih banyak belajar.
KARINA
(mengangguk)
Tapi gak ada salahnya buat kita santai, kan. Banyak main banyak belajar.
Mereka berdua tersenyum, Karina melanjutkan menulisnya, sementara Rosa melihat jendela kelasnya, melamun.
ROSA
Kapan kamu mau ketemu Roni?
Karina berhenti menulis, melihat Rosa.
ROSA
Aku tahu kamu pasti banyak yang kamu pikirin kalau kamu ketemu dia. Tapi kamu bilang sendiri, kamu mau tahu yang sebenarnya kan. Ketemu Roni salah satunya.
KARINA
Iya, aku tahu. Siap gak siap aku haru temuin dia kan.
ROSA
Kamu gak harus lakuin ini, Karin. Sebenarnya aku lebih suka kalau kamu gak mikirin kecelakaan kamu, biarin semua apa adanya. Itu lebih baik buat kamu.
Karina tidak menjawab, ia hanya diam.
EXT. KANTIN - SEKOLAH — PAGI
Tama dan Laras duduk bersama di Kantin. Mereka memakan jajanan mereka dalam diam. Tama melihat sekitar. Laras melihat Tama, datar.
LARAS
Minggu ini kita mau ke mana?
TAMA
Kamu maunya kemana? terserah kamu.
LARAS
Aku juga gak tahu mau kemana.
TAMA
Sama, aku juga.
Ada jeda di antara mereka.
LARAS
Kamu masih marah sama aku?
TAMA
Gak. Aku cuma gak tahu mau kemana.
LARAS
Kenapa kamu gak bisa jujur sama aku?
TAMA
Aku gak marah lagi sama kamu.
LARAS
Kamu bohong Tama. Kamu masih marah sama aku.
TAMA
Kalau aku jujur, kamu juga gak peduli kan.
Laras tidak menjawab, ia hanya diam. Ia masih melihat Tama.
TAMA
Masalah ini udah selesai. Jangan di bahas lagi, oke?
Laras melihat Tama, kemudian ia mengangguk. Tama tersenyum kecil melihat Laras.
TAMA
Minggu ini kita cafe kemarin? mau?
Laras mengangguk, kemudian ia tersenyum.