Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Bintang SMA 103
Suka
Favorit
Bagikan
4. Bagian 4
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

EXT. SEKOLAH — PAGI

Suasana sepi terasa di sekolah.

Terlihat sebuah tulisan di jendela kelas dan pintu, bertuliskan:

"HARAP TENANG SEDANG UJIAN"

INT. RUANG KELAS KARINA - SEKOLAH - PAGI

Karina dan Anak-anak murid lainnya sedang mengerjakan ujian, wajah mereka terlihat serius.

Karina sedang berpikir, ia mencoret-coret di kertas di depannya.

QUICK DISSOLVE:

INT. RUANG GURU - SEKOLAH — PAGI

Karim sedang melihat Komputernya dengan serius. Sesekali ia melihat tumpukan-tumpukan kertas di atas mejanya, serius.

KARIM

Ada yang turun.

Ia masih memperhatikan Komputer sambil sesekali memeriksa kertas-kertas di depannya.

INT. RUANG KELAS - SEKOLAH — PAGI

Karim berdiri di depan Kelas, membawa tumpukan Buku-buku tipis di dan meletakannya di atas meja. Sesaat ia melihat sekitar.

KARIM

Hari ini Bapak akan bagiin kalian rapor bayangan semester ini.

Murid-murid hanya diam.

KARIM

Ada beberapa nilai yang turun dan ada juga yang naik. Yang naik pertahankan, sedangkan yang turun Bapak mau bicara.

Karim memanggil satu persatu murid dan memberikan mereka Rapor UTS itu.

CUT TO:

Karim berdiri di depan kelas, melihat ke seluruh anak murid-muridnya.

Karina melihat Rapornya, mengangguk-anggukan kepala dan mengatupkan bibirnya kuat-kuat, terlihat berpikir.

KARIM

Kalian sudah dapat rapor kalian. Sekarang Bapak tanya, apa ada tidak suka dengan hasil kalian?

Beberapa murid menjawab pertanyaan Karim.

KARIM

Setelah Bapak pelajari, banyak di antara kalian yang tidak terlalu suka akademik, betul?

Terdengar jawaban dari murid-murid.

KARIM

Dan Bapak juga melihat banyak dari kalian yang suka dengan kegiatan fisik, seperti olahraga dan kegiatan lainnya.

Terdengar jawaban dari murid-murid.

KARIM

Jadi Bapak ada ide, bagaimana kalau kita minta sekolah bikin program buat kalian yang tidak terlalu suka dengan akademik dan kita fokuskan ke pelajaran praktek fisik.

Terdengar jawaban dari murid-murid.

KARIM

Bagi yang berminat, kalian bisa datang ke Bapak dan Bapak nanti buat proposal untuk di ajukan ke Kepala Sekolah.

MURID LAKI-LAKI

Dulu pernah ada Pak, tapi udah di bubarin sama Kepala Sekolah. Katanya gak ada manfaat.

Semua orang melihat ke arah Tama dan Tama hanya melihat sekitar, mengangkat bahu dan menggelengkan kepala.

MURID PEREMPUAN

Padahal udah banyak kita keluarin uang buat bayar sekolah. Tapi saya belum pernah dengar ada ekskul lain pak. Saya pernah tanya kenapa gak ada ekskul melukis, katanya biayanya mahal, mending kamu les di luar, katanya gitu, Pak.

Karim mengangguk, mengerti.

KARIM

Oke, Bapak ngerti. Bapak tampung dulu semua masukan dari kalian. Tapi jangan lupa, fokus juga sama akademik kalian semua, jadi semuanya seimbang.

Terdengar jawaban dari Murid-murid.

KARIM

Bagi kalian yang mau konsultasi sama Bapak soal nilai kalian, bisa temui Bapak di ruang guru.

Terdengar jawaban dari Murid-murid.

KARIM

Kalian boleh istirahat sekarang.

Karim berjalan keluar kelas. Bersamaan dengan Murid-murid yang berjalan keluar kelas.

Tama hanya duduk di Kursinya, melihat keluar, datar, tangannya mengepal.

INT. RUANG GURU - SEKOLAH - PAGI

Karim sedang mengetik di komputernya dengan serius.

Karina berdiri di depan Karim dan ia menyadarinya, melihat Karina.

KARIM

Ada apa Karina?

KARINA

Saya mau konsultasi nilai saya, Pak.

Karim mempersilhakan Karina duduk.

CUT TO:

Karim melihat Rapor Karina. Karina di depannya, hanya diam, melihat Karim.

KARIM

Sebenarnya nilai kamu tidak ada masalah, walaupun ada penurunan sedikit. Tapi rata-rata kamu naik.

Karina mengangguk, mengerti.

KARIM

Bapak dengar kamu kerja di Kafe Om Rosa, jadi penyanyi.

KARINA

Iya, Pak. Sekalian latihan terus dapat uang.

KARIM

Itu bagus, Karin. Asalkan kamu bisa menyeimbangkan akademik kamu, tidak ada masalah.

KARINA

Tapi nilai Fisika saya turun kalau di bandingin di semester kemarin, Pak.

Karim melihat Nilai-nilai Karina, mengangguk.

KARIM

Benar, nilai kamu turun. Bapak rasa kita harus tingkatin nilai kamu di Fisika.

KARINA

Saya kepikiran buat Bimbel Online, Pak.

KARIM

Itu ide bagus Karina, Bapak rasa sekarang juga banyak anak-anak yang ikut. Biayanya juga gak mahal kan.

Karina mengangguk.

KARIM

Kamu jangan khawatir, kalau kamu juga gak bisa ikutin bimbelnya, kita cari jalan keluar nanti.

KARINA

Makasih, Pak.

Karim mengangguk.

KARINA

Bapak lagi ngerjain apa, Pak?

KARIM

Bapak lagi ngerjain Proposal buat latihan keterampilan.

KARINA

Kalau saya bisa bantu, kasih tahu saya, Pak.

KARIM

Makasih, Karin. Dengar kamu bilang gitu bikin Bapak tambah semangat.

Karina berjalan dan pergi meninggalkan ruang guru. Karim melanjutkan mengetik di Komputer.

Tak lama kemudian, Tama datang dan berdiri di depan Karim, ia menyadarinya.

TAMA

Kalau Bapak ada perlu apa-apa kasih tahu saya, Pak.

KARIM

Makasih, Tama. Sebenarnya Bapak mau minta tolong. Karena kamu Ketua OSIS, kamu bisa kasih rekomendasi dari OSIS buat proposal ini ke Kepala Sekolah.

TAMA

Bisa, Pak. Saya pasti bantu.

KARIM

Makasih, Tama. Bapak selalu bisa andelin kamu.

Tama masih berdiri di depan Karim.

KARIM

Kenapa?

TAMA

Saya mau tanya, Pak.

Karim mempersilahkan Tama duduk.

KARIM

Kamu mau tanya apa?

TAMA

Saya punya teman, Pak. Apa yang Bapak lakuin kalau Bapak tahu orang itu lakuin kesalahan yang besar.

KARIM

Bapak kasih tahu dia kalau dia harus akui kesalahan itu.

TAMA

Kalau dianya gak mau ngaku, Pak?

KARIM

Bapak ajak bicara baik-baik dan tanya kenapa dia gak mau akui kesalahannya itu.

Tama hanya mengangguk, Karim memperhatikannya.

KARIM

Gak ada yang kesalahan yang tak bisa di maafkan. Tuhan aja pemaaf, kan. Kita sebagai umatnya juga harus melakukan hal yang sama.

TAMA

Tapi bukannya ada orang yang gak mau maafin kesalahan orang lain.

KARIM

Memang benar, itu hak dia kan. Gak ada yang salah. Tapi yang jadi pertanyaan sekarang, kita mau jadi orang yang memaafkan atau tidak. Itu yang jadi piilihan teman kamu sekarang.

Tama mengangguk, mengerti.

TAMA

Makasih, Pak.

Karim mengangguk, mengerti.

INT. RUANG TENGAH - RUMAH TAMA — SORE

Tama keluar dari Kamarnya dan melihat Sugeng yang berada di Ruang Tengah, sedang menonton TV. Tama berjalan ke arah dapur dan mengambil air.

Ia berjalan kembali menuju kamarnya.

SUGENG

Apa Karim masih ajarin kamu Materi Seks?

TAMA

Tidak.

SUGENG

Bagus. Pertahanin nilai kamu di Sekolah. Jangan bikin malu Bapak.

TAMA

Pak Karim bukan kasih Materi seks. Tapi Pendidikan seks. Orang yang gak dapat pendidikan seks gak tahu bedanya.

Sugeng tidak menjawab, ia hanya diam. Tama berjalan masuk ke dalam kamarnya.

INT. KAMAR TAMA - RUMAH TAMA — SORE

Tama duduk di Kursi Meja Belajarnya dan melihat kertas-kertas di depannya. Ia melihatnya datar.

TAMA

Percuma maafin orang kayak gitu, gak akan berubah sampai kapanpun.

Tama menghela nafas panjang.

EXT. DEPAN TOKO BUKU — SORE

Tiwi berdiri di depan Toko Buku, dengan pakaian kasualnya, ia memainkan Handphone di tangannya. Sesaat ia melihat sekitar.

Harris berjalan ke arahnya, dengan pakaian kasual. Mereka bertemu, Tiwi tersenyum.

TIWI

Cepet juga kamu sampainya.

HARRIS

Kamu ngapain suruh aku ke sini?

TIWI

Kita ngedate. Karena abis UTS, kita perlu healing.

Harris hanya diam di tempatnya, Tiwi tersenyum.

INT. TOKO BUKU — SORE

Tiwi melihat-lihat buku-buku sekitarnya, Harris di belakangnya, juga melihat-lihat Buku-buku di sekitarya. Sesaat ia melihat Tiwi di depannya.

HARRIS

Kamu mau kasih tahu kita ngapain di sini?

TIWI

Kan udah aku bilang, kita di sini ngedate.

HARRIS

Aku gak bercanda Tiwi.

Tiwi membalikan badannya, melihat Harris. Ia tersenyum.

TIWI

Aku anak kedua dari dua bersaudara, Ayah aku Polisi, Ibu aku ibu rumah tangga. Ayah aku keras, dia mau anaknya ikut semua kemauannya. Ibu aku cuma bisa diam, ikut apa yang Ayah aku mau. Dasarnya, cuma Ayah aku yang punya suara di situ, gak ada yang lain.

Ada jeda di antara mereka.

HARRIS

Karena itu kamu jadi berontak di belakang mereka? Jadiin aku jadi pesuruh kamu?

TIWI

Gak, aku gak penah jadiin kamu pesuruh aku. Kamu nya aja yang merasa. Aku cuma bilang datang ke Toko Buku. Kamu bisa nolak, tapi gak kamu malah datang.

HARRIS

Jadi kamu salahin aku sekarang.

TIWI

Aku gak nyalahin kamu, kamunya yang merasa salah terus limpahin ke aku.

Harris hanya diam. Tiwi tersenyum.

TIWI

Aku mau dalam hubungan apapun, semua orang bisa ungkapin perasaanya. Semuanya setara.

Ada jeda di antara mereka.

HARRIS

Saudara kamu?

TIWI

Aku punya Abang, beda setahun sama aku. Dia juga anak SMA kita. Kayaknya dia sekelas sama Kakak kamu, Kak Karin. Namanya Pram.

HARRIS

Apa dia juga gak bisa ungkapin perasaanya?

TIWI

Kayaknya dia udah mulai coba.

HARRIS

Karena itu kamu lakuin hal yang sama?

TIWI

Karena aku yang mulai duluan makanya Abang aku ikutin aku.

Harris melihat Tiwi, mengamatinya.

HARRIS

Habis ini aku mau cari barang. Kamu mau nemenin aku?

Tiwi tersenyum, ia mengangguk. Harris juga tersenyum.

INT. KAMAR KARINA - RUMAH KARINA - MALAM

Karina baring di kamarnya, sesaat ia melihat Handphonenya. Ia mengetik sesuatu di sana. Sesaat ia melihat Handphone.

Sebuah Pesan, bertuliskan:

"Besok kita ketemu Roni".

Karina mengirim pesan itu. Tak lama kemudian terdapat balasan, beberapa pesan masuk, bertuliskan:

"Oke".

Karina meraba Bekas Jahitan di Kepalanya, ia melihat ke arah depannya, datar.

INT. RUANG KELAS - SEKOLAH — PAGI

Karina, Tama dan Pram berdiri di depan Kelas, ia melihat ke dalam. Di sana Roni sedang duduk di Kursi, sedang melamun.

Karina melihat ke Kedua Orang itu, mengambil nafas panjang dan berjalan masuk ke dalam kelas.

Mereka bertiga berjalan dan berdiri di depan Meja Belajar Roni. Roni menyadari kedatangan mereka bertiga ia melihat Karina.

KARINA

Kamu pasti aku siapa kan? Aku mau bicara.

Roni melihat mereka bertiga, satu persatu, datar.

EXT. BELAKANG SEKOLAH - SEKOLAH — PAGI

Mereka berempat berdiri saling berhadapan. Karina melihat Roni, sementara ia menghindar.

RONI

Kamu mau apa dari aku? Mau minta aku tanggung jawab juga?

KARINA

Aku baru tahu kamu Adik dari Roni. Aku gak minta apa-apa, aku cuma mau tanya kamu.

RONI

Tanya apa?

KARINA

Apa yang kamu tahu dari kecelakaan aku?

Roni melihat Karina, datar.

RONI

Kenapa kamu gak tanya sama dua orang ini. Mereka lebih tahu.

Roni melihat Tama dan Pram, datar.

KARINA

Mereka juga buntu sama kayak aku.

RONI

Oh, ya? Terakhir kali kami ketemu, dia bilang tahu semua.

PRAM

Aku minta maaf.

RONI

Aku masih ingat tangan kamu melayang ke muka aku.

PRAM

Aku minta maaf.

RONI

Kamu pikir maaf aja cukup.

PRAM

Kamu bisa tinju aku kalau kamu mau.

Roni berjalan ke Pram, berdiri di depannya, melihatnya, dingin.

PRAM

Tapi kamu harus kasih tahu kami apa yang kamu tahu.

RONI

Kamu benar-benar gak tahu soal Tio? Padahal kalian teman dari kecil.

KARINA

Aku cuma mau tahu apa yang kamu tahu. Jangan ada adu fisik di sini.

RONI

Semua yang aku tahu udah aku kasih tahu ke Polisi.

TAMA

Kamu tahu itu bukan kasus kecelakaan biasa. Roni bukan pelakunya.

RONI

Kenapa kamu gak tanya ke Bapak Pram.

PRAM

Karena aku gak percaya Bapak aku makanya aku tanya kamu.

RONI

Bapak kamu yang bikin Roni masuk penjara. Bapak kamu juga yang bikin Ibu aku jadi sakit-sakitan. Bapak kamu juga yang bikin aku di bully satu sekolahan.

Pram tidak menjawab, ia hanya diam.

RONI

Jadi kenapa gak kamu tanya ke Bapak kamu --

Dengan cepat Roni menyerang Pram, meninju wajahnya, berkali-kali. Membuat Tama menahan Roni.

Karina berlari mendekati Pram, ia melihat wajah Pram yang mengeluarkan darah di bibir dan pelipisnya.

RONI

Woii, anjing lepasin aku. Balikin Roni anjiiing. Lepasin aku, balikin Ibu aku... Anjiiing.

Pram hanya melihat Roni, datar. Karina melihat Pram, melihat lukanya.

KARINA

Kita ke UKS sekarang.
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar