Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Bintang SMA 101
Suka
Favorit
Bagikan
1. Bagian 1

EXT. TEMPAT KECELAKAAN KARINA — MALAM

Dalam gerakan lambat, Wajah Perempuan, berlumuran Darah terbaring di Jalanan, KARINA HARTONO, 17, tak berdaya, matanya memandang ke arah depan, mengatupkan matanya, terdengar suara nafasnya yang berhembus, perlahan. Ia tidak bergerak sama sekali, hanya diam.

LAKI-LAKI, 17, terduduk di depannya, dengan Tangan yang memegang Perutnya, darah keluar dari sana, membuat bajunya memiliki bercak kemerahan, menyebar ke seluruh arah. Tidak terlihat jelas wajah seseorang ini.

Dari Pandangannya Karina, sebuah Mobil Putih, terparkir, bersamaan dengan SESEORANG yang berjalan menjauhi Laki-laki itu dan SESEORANG yang berdiri di belakang Mobil, melihat mereka. Keduanya tidak terlihat jelas mereka. Mereka masuk ke dalam Mobil dan terdengar suara Mobil yang berjalan.

Seseorang yang di tusuk itu berusaha mendekati Karina, tetapi ia jatuh.

Mereka berdua saling melihat satu sama lain, sama-sama berdarah dan terluka.

Perlahan-lahan, Mata Karina tertutup.

CUT TO:

INT. KAMAR KARINA — SEKOLAH KARINA — SUBUH

Mata Karina terbuka, sesaat ia melihat sekitar, ia berada di kamarnya.

Karina bangun, sesaat ia melamun. Kemudian ia turun dari Tempat Tidurnya dan ia berjalan menuju cermin di sudut kamar.

Ia melihat dirinya sendiri di sana, datar. Ia memegang Bahunya, menggerakannya, terlihat wajah Karina yang tidak nyaman.

Kemudian ia mendekati Cermin itu dan mendekatkan kepalanya, terlihat ada bekas jahitan di Kepala Karina, cukup besar dan sudah tidak terlihat lagi.

Karina melihat datar sambil ia meraba titik itu, merasakannya.

Kemudian ia mengambil Handuk yang tergantung di belakang pintu dan berjalan keluar kamarnya.

CUT TO:

Karina berdiri di depan Meja Belajar dengan Seragam Sekolahnya, ia memasukan buku-buku dan alat-alat tulis ke dalam Tasnya.

Karina mengambil Papan Namanya dan ia melihatnya, datar.

Terdengar suara ketukan pintu dan suara yang memanggil Karina dari arah luar kamarnya.

PEREMPUAN (O.S)

Karina.

Sesaat Karina tersadar.

KARINA

Iya, Bu.

PEREMPUAN (O.S)

Kita sarapan.

KARINA

Iya, Bu. Sebentar lagi.

Karina menutup Tasnya dan berjalan ke arah cermin, memasang Papan Namanya ke Seragam Sekolahnya.

Karina merapikan Seragam Sekolahnya dan ia berjalan keluar kamarnya.

INT. RUANG MAKAN — RUMAH KARINA — PAGI

Karina duduk bersama dengan HARINI HARTONO, akhir 40-an, Ibu Karina dan HARRIS HARTONO, 16, Adik Laki-laki Karina, ia memakai Seragam Sekolah yang sama. Mereka duduk di meja makan, memakan sarapan mereka.

Sesaat Harini melihat Karina, datar. Karina menyadarinya.

KARINA

Karina gak apa-apa.

Harini hanya mengangguk, pelan. Ia masih memperhatikan Karina, melihat setiap bentuk Anak Perempuannya itu.

HARINI

Bahu kamu?

Sesaat Karina menggerakan Bahunya, kemudian meraba Tulang Selangka.

KARINA

Bahu Karin gak apa-apa, Tulang Selangka juga gak apa. Cuma pergelangan tangan kadang-kadang suka nyeri tiba-tiba.

HARINI

Kalau kamu gak tahan lagi, kita bisa pergi fisioterapis.

KARINA

Gak usah, gak terlalu sakit. Karin bisa minta tolong Rosa nanti.

Karina memperhatikan Ibunya yang masih melihat dirinya.

KARINA

Ibu gak usah khawatir, Karin baik-baik aja sekarang. Ini udah enam bulan sejak Karin kecelakaan.

HARINI

Baru beberapa hari kita pindah ke sini, kamu kecelakaan. Kamu gak bisa sekolah enam bulan, padahal kamu baru pindah.

KARINA

Karin juga naik kelas kan sekarang, gak ada masalah lagi kan.

HARINI

Buat kamu gak masalah, buat Ibu?

HARRIS

Ini bukan salah Ibu.

HARINI

...Iya, Ibu tahu.
(berbicara ke Harris)
Kamu juga harus tinggal di rumah Tante kamu sampai kamu lulus SMP.

HARRIS

Harris udah lulus SMP sekarang, gak usah di bahas lagi.

KARINA

Kalau ada yang harus merasa bersalah, itu bukan Ibu, tapi Ayah.

Ada jeda di antara mereka.

HARRIS

Dia pergi gak bilang apa-apa sama keluarganya. Ninggalin utang, kita harus bayar semua. Jual semua barang yang kita punya, pindah ke sini.

HARINI

Sudah Harris, jangan di bahas lagi, kita lagi makan, jangan bicaraiin itu disini.

Mereka melanjutkan sarapan mereka, dalam diam.

HARINI

Apapun yang terjadi sama kita, itu jadi masalah kita sekarang. Ibu yang jadi kepala keluarga sekarang, jadi semua harus ikut aturan Ibu.

Karina dan Harris saling melihat, datar.

KARINI

Karin ngerti, Bu.

Harini melihat Harris, menunggu jawabannya.

HARRIS

Harris ngerti, Bu.

Mereka melanjutkan makan dalam diam, Karina melihat sebuah Koran tak jauh dari tempatnya, sesaat ia mengambil dan membuka lipatan koran itu dan ia melihat sesuatu di depannya dengan datar.

Terdapat tulisan di Koran itu, bertuliskan:

"PELAKU PENUSUKAN DAN PENABRAK DUA ORANG DI TUNTUT DUA PULUH TAHUN PENJARA"

Sesaat Harini dan Harris melihat Karina yang membaca Koran itu.

HARINI

Mereka bilang, Orangnya masih bilang dia bukan pelakunya. Dia akan banding.

Karina tidak menjawab, ia masih melihat Koran itu, membacanya dengan serius.

Karina tidak menjawab, ia hanya melihat Harini dan Harris, bergantian.

Mereka melanjutkan Sarapan dalam diam, sesaat Karina masih melihat Koran itu, datar.

Dibawah Judul Utama Koran itu, Karina melihat Artikel dengan judul

"GURU MENCABULI TIGA SISWI DI UKS, SATU ORANG HAMIL".

Sesaat Karina melihat berita itu dengan datar.

EXT. JALAN RAYA - BERGERAK — PAGI

Harris mengendarai Motor dengan Karina berada di belakangnya, mereka menembus lalu lintas di Jalanan yang tidak terlalu ramai.

Karina sesaat memandang datar ke arah depannya. Sementara Harris melakukan hal yang sama, mereka tidak bicara satu sama lain.

EXT. PINTU MASUK - SEKOLAH — PAGI

Murid-murid berjalan masuk melalui pintu sekolah, bersamaan dengan Motor-motor yang di kendarai Murid melewati pintu yang sama.

Motor Harris memasuki pintu itu dan berjalan masuk, melewati murid-murid, satu di antara mereka, OKTAVIANI PUTRI, 17, berjalan memasuki halaman sekolah.

KARIM WARDANA, 30-an, terlihat wajah semangat dan optimis dari wajahnya, dan IRFAN JAYA, 30-an, berdiri tak jauh dari Pintu Gerbang Sekolah, memperhatikan murid-murid yang masuk.

KARIM

Bapak lihat koran hari ini, kasus guru SMA Empat? akhirnya ketangkap juga pelakunya.

IRFAN

Iya saya lihat. Satu orang hamil, kasian.

KARIM

Apapun yang di lakukan guru itu, pelecehan itu salah.

IRFAN

Bagaimana kalau mereka sama-sama saling suka?

Sesaat Karim melihat Irfan.

KARIM

Maksud Bapak?

Dari belakang, SEPTIA MARIONO, 30-an, Guru BK, berjalan ke arah mereka. Karim dan Septia saling melihat, sama-sama menunduk, kemudian Septia berdiri di sebelah Karim.

Bersamaan dengan Okta yang berjalan di depan mereka. Okta sesaat melihat Septia, ia tersenyum kepadanya, Septia juga melakukan hal yang sama, ia juga menyalami Karim, sesaat ia melihat Irfan, satu detik ia terpaku, kemudian berjalan menuju dirinya.

Septia hanya melihatnya dengan datar, sesaat ia melihat Irfan, datar.

IRFAN

Gimana kalau ternyata murid yang menggoda gurunya dulu, maksud saya, pelecehan gak akan terjadi kalau tidak ada penyebabnya, kan?

Bersamaan dengan Irfan yang melihat Okta, namun Okta tidak bisa melihat Irfan, ia menghindar. Dengan pelan, Okta menyalami Irfan.

Irfan memegang tangan Okta dan meremasnya, lembut. Okta hanya diam, mencium tangannya sambil memenjamkan matanya, erat.

KARIM

Kenapa Bapak bicara gitu, pelecahan bisa terjadi kapan dan di mana aja, gak peduli siapa dan penyebabnya apa.

Okta berjalan meninggalkan mereka berdua, terlihat Irfan yang melihat Okta dari tempatnya.

Okta berjalan sambil membersihkan sesuatu di wajahnya, sambil tertunduk, ia berjalan cepat menuju kelas.

Sesaat Irfan melihat Karim.

IRFAN

Bisa jadi, Pak. Murid itu menyebut dirinya korban karena hubungan mereka sudah terlewat batas, karena gurunya gak mau tanggung jawab, akhirnya murid itu mengarang cerita.

KARIM

Saya rasa itu pemikiran yang keliru, Pak.

IRFAN

Kucing kalau di kasih Ikan pasti gak mau nolak. Bapak pasti pernah dengar analogi itu kan. Menurut saya itu analogi yang pas buat kasus pelecehan.

SEPTIA

Itu seakan-akan terlihat perempuan yang menyerahkanya dirinya untuk di lecehkan. Perempuan gak pernah mau di lecehkan, sekali lagi, tolong jangan pernah gunakan analogi itu, Pak.

Karim melihat Irfan, datar. Sementara Irfan tersenyum kecil sambil menyalami murid-murid lain.

IRFAN

Saya hanya menggunakan yang biasa di gunakan orang-orang untuk meanalogikan kasus pelecehan. Tidak lebih.

Sesaat Septia melihat Irfan, datar. Karim melihat Septia, datar, kemudian berbalik ke Irfan.

EXT. TEMPAT PARKIRAN - SEKOLAH — PAGI

Karina turun dari Motor, sementara Harris memakirkan Motor mereka di Parkiran.

Sesaat Karina melihat suasana sekolah yang sudah tampak ramai dengan kegiatan sekolah. Datar.

Harris berjalan di sampingnya dan melihat Karina.

HARRIS

Pulang sama aku atau sama Kak Rosa?

KARINA

Kakak pulang sama Rosa.

Harris mengangguk, mengerti. Ia berjalan menuju kelasnya.

Karina terdiam beberapa saat di tempatnya, sesaat kemudian ia berjalan, menuju Kelas.

EXT. KORIDOR SEKOLAH - SEKOLAH KARINA — PAGI

Karina berjalan di Koridor sekolahnya, ia melihat kiri dan kanan, seakan baru pertama kali ke sini dan itu memang benar.

Ia berhenti di depan sebuah kelas, ia melihat ke Papan Penanda, bertuliskan:

"11 IPA 1"

Sesaat Karina melihat sekitarnya dan ia masuk ke dalam kelas itu.

INT. RUANG KELAS - SEKOLAH KARINA — PAGI

Suasana Kelas tidak terlalu ramai, hanya ada beberapa Anak yang sudah datang.

Karina berjalan dan melihat sekitar, tidak tahu ia harus duduk di mana, menerka-nerka Kursi yang tidak ada pemiliknya.

Dari pintu kelas, terlihat seseorang yang masuk, melihat Karina.

ROSA

Heiii, Bebiiii....

Karina menoleh ke belakang, melihat ROSA MULYADI, 17, Teman Karina, terlihat tubuhnya yang atletis dan ia juga seorang Atlet Renang, dengan Rambut Pendek. Tersenyum kepadanya.

Mereka berpelukan, seperti tidak lama bertemu satu sama lain. Kemudian, Rosa menarik Karina dan mereka duduk di sepasang meja dan kursi yang berada di Pinggir Jendela Kelas.

ROSA

Aku udah siapin bangku buat kamu.

Sesaat Karina melihat tempat belajarnya dan kemudian ia melihat Rosa. Bangku mereka berada di tengah-tengah, tidak terlalu belakang dan depan.

KARINA

Pas banget kamu pilih bangku. Makasih.

ROSA

Aku tahu kamu, Karina. Aku tahu kamu dari ujung kepala sampai ujung kaki.

KARINA

Kalau dalamnya?

ROSA

Apalagi itu.

Karina membentuk tatapan Genit kepada Rosa, di balas dengan Tatapan yang sama.

ROSA

Kamu makin aneh gara-gara kecelakaan itu.

KARINA

Atau memang kita yang udah aneh dari dulu?

Sesaat mereka berdua tertawa bersamaan, lepas, terlihat sisi Karina yang berbeda. Bersamaan dengan Karina dan Rosa yang meletakan Tas mereka masing-masing dan Duduk di kursi mereka.

Rosa meletakan Kepalanya di atas meja.

ROSA

Aku seneng lihat kamu lagi, serius. Tapi aku ngantuk sekarang, maraton drama enambelas episode, baru selesai semalam. Nanti bangunin aku, oke.

Karina tersenyum melihat Rosa.

KARINA

Oke.

Karina mengelus Kepala Rosa. Karina melihat sekitar kelasnya dan melihat keluar jendela.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Perasaan saya pernah baca ini.😁 Apa karena Scriptnya dibagi menjadi beberapa bagian, jadi saya lupa baca yang mana. Wkwkwk😂🙈
1 tahun 6 bulan lalu