Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Bahagia Itu..
Suka
Favorit
Bagikan
7. REALITA
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

WANITA (V.O)

Misi..

Ruben terkejut mendengar suara itu. Dia melihat ke sekitarnya yang kosong. Sisca pun tidak ada.

WANITA (V.O)

Misi..

Ruben mengejamkan matanya. Mengepalkan tangannya.

WANITA (V.O)

Halo.. permisi.

Ruben membuka matanya. Dia melihat banyak orang ada di dalam café itu. Dia juga mendengar suara-suara orang dalam café yang sedang berbicara. Dia melihat ke depannya ada seseorang berdiri di samping sebuah kursi kosong. Sang Wanita.

Ruben bengong. Tercengang menatap sang wanita sedekat itu. Sang wanita melihat wajah bengong Ruben bingung.

SANG WANITA

Emm.. misi.. Ada orang duduk di sini?

Ruben melihat kursi yang ditunjuk oleh sang wanita. Kursi yang tepat di depan Ruben. Ruben masih bengong. Menggelengkan kepalanya.

Sang wanita tersenyum.

SANG WANITA

Thank you

Sang wanita segera menarik kursi itu. Duduk. Membuka tasnya, mengeluarkan laptop. Menyalkannya. Lalu dia mengeluarkan beberapa buku. Mulai mengerjakan tugas.

Ruben. Dengan wajah bengongnya. Berusaha tenang. Salah tingkah. Dia mengambil beberapa kertas dari dalam tasnya. Mengambil pulpen dan sesekali mencoret coret kertas itu.

Sang wanita. Dari balik laptopnya. Tersenyum kecil melihat gelagat Ruben yang sudah sangat jelas salah tingkah karena keberadaannya. Sang wanita mengintip kertas-kertas yang ada di meja Ruben. Tertulis ‘Lembar Jawaban Ujian’.

Sang wanita melihat wajah Ruben. Melihat lembaran itu. Dia penasaran.

SANG WANITA

Lo.. bukan mahasiswa ya?

Ruben terkejut. Perlahan menatap wajah sang wanita yang sedang melihat Ruben. Menunggu jawabannya.

RUBEN

mm.. iya bukan.. gue dosen hehe

Ruben tertawa kecil. Dengan wajah tegangnya. Malu maluin.

SANG WANITA

Wow, pantesen meriksain ujian mahasiswa. Dosen S1 ya?

Ruben mengangguk. Tentu saja dengan senyuman. Ruben masih mati gaya.

SANG WANITA (Cont’d)

Kalo gue gak liat lembar ujian, pasti gue kira lo mahasiswa S2. Lulusan S2 di sini ya makanya bisa langsung ngajar di sini?

RUBEN

Oooh enggak. S2 nya gak di sini, S1 nya di sini. Pas lulus S2 langsung apply ngajar di sini karena deket kantor.

Sang wanita bersemangat mendengar pernyataan Ruben.

SANG WANITA

Wow jadi kerja sambil ngajar? Keren ya!

Ruben tertawa malu.

RUBEN

Lo juga kerja sambil kuliah kan hehe lebih susah malah. Gue tinggal nyiksa mahasiswa pake tugas.

Sang Wanita tertawa mendegar candaan Ruben.

SANG WANITA

Hahaha betul juga ya.

(break)

Oh iya, salam kenal ya.

Sang Wanita menjulurkan tangannya ke Ruben. Ruben tercengang. Perlahan Ruben menjulurkan tangannya. Menyalam sang Wanita.

RUBEN

Ruben

SANG WANITA

Robin

Mereka bersalaman. Lalu saling melepas tangannya.

ROBIN

Wow, jarang ada yang gak komentar gitu denger nama gue. Fans HIMYM atau One Piece nih?

Ruben tertawa.

RUBEN

Dua duanya haha

Robin tersenyum manis.

ROBIN

Berarti bakal nyambung kita ngobrolnya

Ruben berusaha tenang. Perutnya terasa tidak nyaman. Kupu kupu mualai terasa.

RUBEN

Gue siap diskusi episode HIYM sama chapter One Piece yang mana aja.

Ruben menatap kertas kertas ujian yang sedang dia periksa.

RUBEN (Cont’d)

Maaf mahasiswaku, nilai kalian semester ini gak akan keluar.

Mereka berdua tertawa. Nerd. Mereka lanjut berbicara melupakan tugas yang seharusnya mereka kerjakan.

CUT TO

INT. GEDUNG KANTOR SINARMAS – MALAM

Kita melihat wajah Teman Ana tercengang. Ana menatap wajah temannya dengan bingung.

ANA

Woyyy!

Menyadarkan temannya yang masih bengong.

TEMAN ANA 01

Gila juga ya cerita lo. Gue gak kebayang rasanya kalo yang selingkuhin gue temen deket gue sendiri.

(break)

Tapi tetep aja lo gak boleh ngerasa bersalah. Wajar kok lo gak langsung bilang ke abang lo. Karena lo pasti pengennya cewe itu kan yang bilang langsung ke abang lo kalo dia selingkuh.. eh siapa tadi nama temen lo itu?

CUT TO FLASHBACK

EXT. PARKIRAN SEBUAH CAFÉ – SIANG

Ana berdiri di sebuah pakiran café. Parkiran tempat Ruben meninggalkan Ana. Ana menatap sinis kea rah café. Menatap sepasang pria dan wanita yang duduk di bawah sebuah pohon.

ANA (V.O)

Ih gue gamau nyebut nama dia lagi.

Wanita itu kemudian menatap kea rah kita. Wanita itu adalah Sisca.

CUT BACK TO

INT. CAFÉ KAMPUS – MALAM

Ruben dan Robin tertawa Bersama. Mereka menikmati momen itu. Waktu sudah larut. Satu per satu orang meninggalkan tempat itu.

ROBIN

Waduh udah mulai sepi ya

Robin melihat sekitarnya. Beberapa kursi yang tadinya penuh sudah mulai kosong.

ROBIN

Duh, pak Dosen nih bikin mahasiswa jadi gak nugas haha

RUBEN

Ibu mahasiswa juga bikin dosen jadi gak ngasih nilai nih haha

ROBIN

Yudah deh gue coba nugas bentaran lagi baru balik

Ruben tersadar dari keindahan moment itu. Tersadar bahwa momen itu akan berakhir.

RUBEN

Mm besok lo nugas lagi di sini?

ROBIN

Loh kan besok udah libur panjang Ben hehe baru masuk lagi September. Ini juga gue Cuma ngumpulin tugas buat UAS aja deadlienya diperpanjang.

Robin kembali serius mengerjakan. Wajah Ruben agak tegang. Dia bingung. Dia tau Langkah selanjutnya yang paling wajar adalah meminta kontak Robin. Tapi Ruben terlalu takut buat itu.

Robin menyadarinya. Karena sebagai wanita. Dia juga tau itulah yang biasa dilakukan seorang pria. Robin memperhatikan wajah Ruben yang kebingungan.

ROBIN

Separah itu, Ben?

Ruben bingung mendengar pertanyaan Robin.

RUBEN

Hah? Maksudnya?

Wajah Robin sangat lembut. Dia berusaha memilih kata katanya.

ROBIN

Gue berharap gue salah dan Cuma kegeeran. Tapi tebakan gue. Lo bingung ya mau minta kontak gue atau enggak?

Wajah Ruben merah. Malu. Sangat malu.

RUBEN

Kok.. tau..

Robin tertawa kecil.

ROBIN

Haha gausah malu gitu, Ben.

(break)

Nebak aja kok, karena Gue ngerasa enjoy ngobrol sama lo dari tadi. Mungkin lo juga ngerasa hal yang sama. Dan biasanya pasti ada ajakan buat tukeran kontak.

Ruben malu.

ROBIN (Cont’d)

Dan biasanya pasti bakal gue respon dengan antara kasih kontak palsu, atau gue tolak hahhaa

Ruben merasa kecewa. Tetapi di satu sisi dia lega karena dia tidak perlu merasakan penolakan itu.

ROBIN

Tapi gue langsung mikir. Apa yang bikin lo gak berani kalo lo tadi merasa happy.. sampe gue ngeliat itu.

Robin menunjuk ke sebelah Ruben. Terdapat sebuah Koper sangat besar sekali. Ruben melihat koper besar itu.

ROBIN

Siapapun yang harus bawa beban sebesar itu kemana mana dan masih bisa kayak lo. Luar biasa.

RUBEN

Bisa kayak gue gimana?

ROBIN

Punya semangat buat ngelakuin sesuatu. Pasti lo punya temen atau keluarga yang sangat support lo ya.

CUT TO

INT. GEDUNG KANTOR SINARMAS – MALAM

Teman Ana mengumpulkan teman temannya yang lain ke mejanya dan Ana.

TEMAN ANA 01

Malam ini kita nginep di tempat Ana!

Semua teman temannya berteriak seperti di hutan. Ana terkejut.

ANA

Eh gila lo, kagak muat!!

TEMAN ANA 01

YANG JELEK TIDUR DI LANTAI

Semua temannya berteriak lagi seperti di hutan.

ANA

Lo pada mau mau aja, emang pada bawa baju buat ngantor besok?

Semua terdiam. Berpikir. Poin Ana ada benarnya.

TEMAN ANA 01

Kita pinjem baju Ana!!!

Semua teannya Kembali berteriak. Teman Ana 01 tertawa tawa. Wajah Ana panik.

TEMAN ANA 01

Kita gak akan biarain lo sendiri male mini

Katanya dengan tersenyum kepada Ana. Ana yang panik apartemennya akan dipenuhi teman temannya. Dalam lubuk hatinya merasa senang.

ROBIN (V.O)

Dan pasti temen atau keluarga lo itu dapet support luar biasa makanya bisa terus kasih harapan buat lo.

INT. CAFÉ KAMPUS – MALAM

Ruben termenung mendengar kalimat Robin. Robin menatap Ruben kasihan.

ROBIN

Gapapa, Ben. Lo gak harus cerita kok detailnya.

RUBEN

Iya.. separah itu, Robin.

Robin kaget Ruben menjawabnya.

ROBIN

Fisik atau verbal?

RUBIN

Dua duanya.

Robin terkejut dengan jawaban Ruben.

ROBIN

It’s okay, Ben. Terkadang ada cewe yang bisa kayak gitu ke cowo.

RUBEN

Kok lo bisa nebak bukan dari keluarga?

ROBIN

Lucky guess

Tawa Robin keci. Ruben sedih tetapi di satu sisi lega. Ada yang mengerti.

ROBIN (Cont’d)

Sedikit masukan dari gue. Kalo lo ngerasa sedih. Jangan. Gampang buat ngelakuinnya? Enggak. Tapi terpaksa harus lo lakuin. Karena nanti sedih itu yang lo pikirin terus. Yang nyakitin lo yang lo pikirin terus. Padahal.. Sebagian besar hidup kita, kita habisin di dalam kepala kita. Kalo kita gak buat dalam kepala kita jadi tempat yang baik. Apapun yang ada di depan kita, tetep bikin kita gak happy.

(break)

Gue tau seharusnya bukan gue yang bilang begini walaupun kita udah kenal selama..

Robin melihat jam.

ROBIN (Cont’d)

Hampir 2 jam.

Mereka berdua tertawa.

ROBIN (Cont’d)

Tapi, apapun yang bikin lo mungkin sakit hati, jangan biarin itu bikin lo sedih terus ya. Lo harus biarin diri lo Bahagia dan apapun kondisinya, kita semua pasti bisa bahagia... Karena bahagia itu..

Ruben menatap Robin yang sedang menjelaskan ap aitu Bahagia.

JUMP CUT TO

EXT. CAFÉ – JAKARTA

Ruben berdiri di depan sebuah meja tempat Sisca dan pria lain itu duduk. Menatap mereka berdua dan mereka berdua manatap balik.

CUT BACK TO

INT. CAFÉ KAMPUS – MALAM

Robin selesai menjelaskan. Ruben menatap haru Robin.

RUBEN

Robin.. makasih ya.

Robin tersenyum lembut.

ROBIN

Enggak Ben. Makasih. Lo ijinin gue bantu lo. Karena itu yang bantu gue bisa lewatin masa masa kayak yang lo alamin.

Ruben terkejut mendengar kata kata Robin. Tetapi Robin sudah buru buru merapikan barangnya karena café sudah mau tutup.

RUBEN

Robin, gue tau ini telat, gue boleh gak..

Sebelum Ruben menyelesaikan kalimatnya. Robin meletakkan sesuatu di depan Ruben. Kartu Nama.

ROBIN

Giliran lo sekarang, Ben.

Ruben mengambil kartu nama itu.

ROBIN (Cont’d)

Kadang pulang kantor gue suka lanjut kerja di Starbucks lobby kantor...

(break)

Kalo lo mau dapetin apa yang barusan lo mau minta. You have to earn it.

Robin berdiri, mengangkat tas dan bukunya.

ROBIN (Cont’d)

Gue duluan ya, Ben.. it was really nice to talk to you and I think it was nice enough to do it again someday. See you, Ben.

Robin pergi. Tibat itba dia Kembali lagi.

ROBIN

Oh iya gue lupa bilang. Jangan lakuin ini buat gue.

Lalu Robin pergi lagi. Ruben menatap Robin keluar dari pintu, lalu menatap kartu namanya. Dia merenungi pertemuan mereka tadi. Ruben lalu menatap koper besar yang ada di sebelahnya.

Dia merapikan barang-barangnya, mengambil eboardnya lalu berjalan keluar dari café.

EXT. DEPAN KAMPUS – MALAM

Ruben berdiri di pinggir jalan. Menatap ke langit-langit. Terdiam. Tidak tahu tujuannya kemana mala mini.

ROBIN (V.O)

Dan pasti temen atau keluarga lo itu dapet support luar biasa makanya bisa terus kasih harapan buat lo.

Ruben tersenyum, wajahnya tenang. Dia meletakkan eboardnya, menyalakannya lalu naik ke atasnya. Dan melaju.

EXT. JALANAN JAKARTA – MALAM

Ruben melaju bermandikan cahaya jalanan Jakarta. Raut wajahnya tenang. Matanya berkaca kaca. Dia tidak ingat kapan terakhir merasakan ketenangan seperti ini.

EXT. APARTEMEN JAKARTA – MALAM

Ruben berhenti di sebuah apartement. Mengangkat eboardnya, masuk kedalam.

INT. APARTEMEN JAKARTA – MALAM

Lift terbuka. Ruben keluar. Menuju ke sebuah unit. Dia mengocok tasnya, mencari kunci.

Dia memegang kunci apartemen. Menghela napas Panjang. Mencolokan ke lubang kunci, memutarnya. Terdengar bunyi ‘ceklik’. Perlahan Rubeb memuntar gagang pintu. Lalu memasuki unit itu.

INT. UNIT APARTEMEN – MALAM

Ruben melepas sepatunya, meletakkan eboardnya, dan berjalan melalui Lorong pendek kea rah ruang keluar sampai tiba tiba

TEMAN ANA 01

MALINGGGGGGGGGGGGGG!!

Ruben terkejut ada seorang wanita lari ke arahnya membawa nampan. Wanita itu terkejut yang masuk adalah Ruben. Dia berusaha menghentikan larinya tapi tidak bisa. Ruben menghindar. Wanita itu menabrak tembok dan terjatuh.

Ruben bingung. Tidak mengenal siapa wanita ini.

RUBEN

Lo.. gapapa?

Teman Ana tersungkur di lantai.

TEMAN ANA 01

Gapapa, ganteng.

Ruben mengacuhkan kalimat teman ana. Dia melihat ke samping kea rah kamar Ana yang terbuka. Ana berdiri di depan pintu, di belakangnya teman temannya tersenyum melihat kea rah Ruben.

RUBEN

Ana..

ANA

Abang.. kok abang di sini?

Teman teman Ana tersenyum senyum melihat Ruben.

TEMAN TEMAN ANA

(bersamaan)

Halo abangnya Ana.

Ruben berjalan pelan menuju Ana. Lalu memeluknya.

RUBEN

Maafin abang ya, Na.

Ruben melepas pelukannya. Dari Ana yang masih tercengang bingung apa yang terjadi.

RUBEN (Cont’d)

Boleh kita ngobrol bentar?

Ana mengangguk. Berjalan ke balkon apartemennya dengan wajah bingung.

TEMAN ANA 02

Okay gue tidur di kamar abangnya Aana mala mini ya

Lalu dia ditabok teman temannya.

CUT TO

INT. BALKON APARTEMEN – MALAM

Ana menangis. Air matanya bercucuran.

ANA

Dan abang nanggung semuanya ini sendirian?

RUBEN

Sekarang udah enggak kok

Mata Ruben berkaca kaca melihat adeknya menangis.

RUBEN

Aku minta maaf. Aku gak akan ngehindar dari kamu lagi. Kamu jangan ngerasa bersalah ya.

Ana mengangguk lalu memeluk abangnya

ANA

Abang juga jangan sedih lagi ya

Ruben tersenyum dipelukan Ana.

RUBEN

Enggak akan lagi, Na

Wajah Ruben kali ini berbeda. Dia sangat yakin. Mereka melepas pelukannya.

ANA

Maaf, aku gatau kamu pulang malem ini, jadinya temen temenku pada nginep.

Ruben melihat ke dalam apartemen dari balkon. Teman temannya melihat kea rah Ruben tersenyum. Ruben mereasa takut.

RUBEN

Gapapa gapapa. Abang juga mendadak ke sininya. Aku mala mini di apartemenku dulu aja, besok baru aku resmi di sini lagi. Okay?

Ana mengangguk. Ruben masuk ke dalam apartemen, mengambil barang barangnya.

RUBEN

See you tomorrow ya, dek.

Ana mengangguk wajahnya senang. Ruben meninggalkan apartemen itu.

TEMAN ANA 01

Udah gue bilang kan dia berhasil

Ana tertawa lega.

TEMAN ANA 01

BESOK KITA NGINEP LAGI DI SINIII!!!!

Semua temannya berteriak seperti di hutan.

CUT TO PRESENT

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar