Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Ruben berdiri di depan pintu café. Terdiam. Kepalanya tertunduk. Suara orang-orang yang sedang berbicara di dalam café terdengar ke luar.
ANA (V.O)
..dan menurutku itu lebih bahaya daripada rasa sayang.. jangan dilawan perasaan itu, coba abang cari tau apa yang perasaan itu mau kasitau. Kalau emang abang gak mau cerita ke aku.
Ruben mengangkat kepalanya. Tangannya memegang handle pintu café. Menarik nafas. Lalu membukanya.
Seketika suara dalam café itu menghilang. Sunyi. Tidak ada satu orang pun yang ada di dalamnya. Ruben memasuki café itu. Berjalan dengan tenang ke sudut café. Tempat favoritnya.
Dia menarik kursi lalu duduk. Mengambil laptop dari dalam tas dan beberapa kertas. Menyalakan laptopnya. Dia menarik nafas sekali lagi. Matanya menatap tajam ke kursi di depannya yang Ketika Ruben masuk masih kosong. Wajah Ruben sangat serius dan tegang.
Terdengar suara seorang wanita mengomentari raut wajah Ruben.
SISCA
Kayaknya kamu bener-bener kepincut sama cewe itu ya, Ben?
Terlihat seorang wanita duduk di depan Ruben. SISCA, 26. Wanita itu tersenyum. Dagunya bersandar di tangannya.
Ruben tersenyum kecil. Seketika ruangan itu kosong melompong. Tidak ada satu orang pun kecuali Ruben dan Sisca.
RUBEN
Aku gatau.. aku sama sekali belum kenal sama dia.
Sisca mengangguk dengan muka meremehkan.
SISCA
Tapi kamu mau kan kenal sama dia?
Wajah Ruben ragu.
SISCA (Cont’d)
Apa yang bakal kamu lakuin supaya kenal sama dia? Dan Apa yang bakal kamu lakuin beda sama sebelumnya?
RUBEN
Aku tau dia kerja di mana. Aku liat notes dia waktu dia duduk di depan aku.
Cut to
INT. RUANG KERJA RUBEN – SIANGRuben duduk di ruang kerjanya. Terlihat papan nama di meja kerjanya, bertuliskan:
RUBEN NAMORA EMMANUEL
Accounting Senior Manager
SISCA (V.O)
Jadi, kamu bakal datengin kantornya?
Ruben mengetik nama kantor Wanita yang dia liat di kampusnya. Lalu muncul lah lokasi kantor Wanita itu. Ruben mendekatkan kepalanya ke layer.
RUBEN
Hmm South Quarter Tower
Ruben segera membuka google maps, dan melihat bagaimana cara ke sana menggunakan tranportasi umum.
SISCA (V.O)
Terus, kamu bakal langsung pergi gitu aja ke sana?
Ruben segera menutup laptopnya, merapikan barangnya, mengambil electric skateboardnya dan segera buru buru pergi sembari merespon pertanyaan Sisca.
RUBEN
Aku mau ngelakuin sesuatu yang beda. Aku gamau Cuma duduk dan diam.
Cut to
INT. SOUTH QUARTER TOWER OFFICE – SIANGWanita itu terlihat sedang sibuk dengan kerjaannya. Berdiskusi dengan orang orang di sekitarnya.
SISCA (V.O)
Dan kamu yakin dia ada di sana?
Wanita itu melihat ke arah kita. Memberikan senyuman yang sangat hangat.
RUBEN (V.O)
Iya.
Cut to
EXT. JALAN JAKARTA – SORERuben melaju cepat dengan eboardnya. Badannya condong ke depan. Dalam beberapa menit, Ruben sampai di depan stasiun MRT Bundaran HI. Dia segera mengangkat boardnya dan terburu-buru memasuk stasiun itu.
INT. STASIUN MRT BUNDARAN HI – SORERuben berlari menuruni stasiun. Membeli tiket. Menunggu kereta datang. Dia terlihat sangat gelisah. Kaki nya terus bergoyang, melihat ke jalur arah kereta akan datang, sesekali melihat jam tangannya.
SISCA (V.O)
Kamu tau, Ben. Buat seseorang yang mau ketemuan sama cewe yang dia suka. Kamu keliatannya gak happy loh
Ruben tetap sibuk dengan kegelisahannya. Menunggu kereta datang.
RUBEN
Aku udah lama gak ngelakuin ini.
SISCA (V.O)
Deketin cewe? Atau keluar jadi zona nyaman?
Jump cut to
INT. CAFÉ KAMPUS – MALAMRuben dan Sisca masih duduk berhadapan, tidak ada siapapun di tempat itu selain mereka.
Sisca tersenyum licik, dagunya masih bersandar di tangannya. Wajah Ruben terlihat sedikit kesal.
RUBEN
Apa bedanya?
Senyum remeh Sisca semakin lebar menanggapi jawaban Ruben.
SISCA
Beda dong, apa lagi buat kamu. Pasti enak kan sendiri, kamu gak perlu khawatir ada yang ngecewain kamu, nyakitin kamu.
Suara kereta datang terdengar.
Cut to
INT. STASIUN MRT BUNDARAN HI – SOREKereta sampai di stasiun. Ruben terdiam. Terpaku. Menatap ke arah pintu kereta yang ada di depannya.
ANA (V.O)
Begitu kamu mutusin buat naik kereta ini. Kamu harus tau kenapa dan buat siapa kamu ngelakuin ini, bang.
Ruben terkejut mendengar suara Ana. Dia melihat ke sampingnya. Ana berdiri di sebelahnya, melihat Ruben. Pintu kereta terbuka.
ANA
Abang takut salah?
Ruben menjawab ‘iya’ dengan ekspresi wajah dan matanya.
ANA
Bukannya justru abang ngelakuin ini supaya tau abang salah atau enggak kan?
(break)
Oh iya, abang tau? Pintu keretanya Cuma kebuka 1 menit doang loh.
Ruben mendadak teringat hal itu. Dia segera melompat ke dalam kereta meninggalkan Ana. Pintu tertutup. Ruben tersenyum melihat Ana. Tersenyum memaksa diri untuk optimis. Ana tersenyum Kembali. Tersenyum kasihan karena tahu apa yang akan Ruben alami.
Kereta itu berangkat.