Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Bahagia Itu..
Suka
Favorit
Bagikan
6. MENUJU REALITA
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

SISCA

Buat siapa kamu ngelakuin ini semua, Ben?

RUBEN

(BERTERIAK)

BUAT AKU, SISCA! KAMU GAK NGELIAT? AKU NGELAKUIN INI BUAT AKU.

Sisca mengangguk mendengar jawaban Ruben.

SISCA

Betul. Jawabanmu betul..

Ruben pergi meninggalkan Sisca. Mengelilingi Ragunan mencari wanita itu. Kemanapun dia pergi selalu ada Sisca.

SISCA (Cont’d)

Kenapa kamu ngelakuin ini buat kamu? Kalau orangnya bukan wanita itu, kamu bisa tetep happy?

Ruben menghentikan langkahnya. Melihat ke arah Sisca. Berusaha tenang tapi kita semua tau dia sangat ketakutan mendengar pertanyaan itu.

SISCA (Cont’d)

Apa harus ada dia kamu baru happy?

Ruben menguatkan dirinya.

RUBEN

Gak!

SISCA

Jadi kamu bisa tetep happy kalaupun dalam hubungan sama dia.. dia nyakitin kamu?

RUBEN

Iya! Itu normal kan berantem.. sakit hati.. dalam hubungan.

Sisca mengangguk dengan wajah remeh.

SISCA

Kalo dia selingkuh?

Ruben merespon dengan cepat.

RUBEN

Ya putus! Jadi selesai semuanya!

Sisca mengangguk lagi dengan wajah remeh.

SISCA

Betul. Karena itu yang kamu rasain waktu diselingkuhin kan.

Ruben Kembali berlari dari Sisca. Ragunan itu kosong. Hanya binatang yang ada di situ.

SISCA (V.O)

Tapi.. kalua dalam hubunganmu sama dia. Kamu diabuse gimana?

Ruben terus berlari.

RUBEN

ENGGAK!!!!!

Sebuah tangan menarik tangan Ruben yang sedang berlari. Langkah Ruben berhenti. Dia berbalik. Sang Wanita lah yang menarik tangannya. Sang wanita menampar Ruben. Ruben terjatuh.

Wajah Ruben sangat ketakutan. Sangat. Sangat. Ketakutan. Napasnya terengah-engah. Seketika Ragunan itu ramai. Orang orang beraktivitas seperti biasa. Seakan akan tidak melihat apa yang terjadi.

Tiba tiba Sang Wanita muncul Kembali dari keramaian mendekati Ruben lalu menyiramnya dengan kopi panas.

RUBEN

AAAAAAAAAAARGH

JUMP CUT TO

INT. KERETA COMMUTERLINE – SIANG

Semua orang di kereta bermain HP. Ruben terkapar di tengah tengah gerbong berlumuran kopi. Wajah Ruben sangat sedih dan takut. Dia berdiri. Mencari tempat duduk kosong. Lalu duduk di kursi kereta itu.

Dia dengan pelan melap badannya dengan tissue. Terlihat Sisca duduk di depan Ruben.

SISCA

Kenapa kamu biarin dia ngelakuin itu ke kamu, Ben?

Ruben tidak melihat ke arah Sisca. Dia terus melap badannya.

RUBEN

Aku ada salah sama dia. Wajar dia marah.

SISCA

Apa salah kamu?

Ruben berhenti melap badannya. Terdiam.

SISCA

Kenapa kamu gak minta tolong ke orang lain kalo kamu diperlakukan kayak gitu?

Ruben menatap Sisca dengan pandangan kesal.

RUBEN

Karena aku punya salah. Aku bikin dia marah.

SISCA

Okay kalua menurutmu begitu.

Tiba tiba di sebelah Ruben ada sang wanita. Lalu dia memukul bahu Ruben berkali kali. Ruben hanya terdiam menatap Sisca. Sang Wanita terus memukuli Ruben. Raut wajah Ruben perlahan berubah menjad sedih. Semakin sedih. Akhirnya Ruben menangis.

RUBEN

AKU ADA SALAH APA?!!

Ruben terus menangis sementara sang wanita terus memukulinya. Sisca hanya terdia melihat itu. Seisi kereta hilang kecuali mereka bertiga. Ruben menangis kencang. Tertunduk sedih menutup mukanya.

ANA (V.O)

(Echoing)

RUBEEEEN!!! RUBEEEN!! ABAAAANG!!!

Terdengar suara Ana memanggil Ruben samar samar. Ruben membuka tangannya yang menutupi mukanya. Seisi kereta itu kosong. Hanya Ruben sendiri.

Ruben berdiri. Mencari jalan keluar dari gerbong itu. Semua pintu tertutup. Terkunci.

RUBEN

ANA!!!!!!!!!! ANA!!!!!!!!!!!! AKU DI SINI!!!!

ANA (V.O)

(Echoing)

RUBEEEEN!!! RUBEEEN!! ABAAAANG!!!

Ruben tertunduk lemas. Kesedihannya sangat menguras tenaganya.

RUBEN

Ana.. aku di sini. Maafin aku nutupin semua dari kamu. Tolong aku, Na.

ANA (V.O)

(Echoing)

RUBEEEEN!!! RUBEEEN!! ABAAAANG!!!

Tiba tiba pintu salah satu gerbong terbuka. Ruben segera lari kea rah pintu itu lalu keluar.

Ruben keluar dari pintu itu. Terlihat cahaya terang. Sangat terang. Ruben menutup matanya karena sangat silau. Ruben tidak bisa melihat apapun di depannya.

ANA (V.O)

(Echoing)

RUBEEEEN!!! RUBEEEN!! ABAAAANG!!!

Terdengar suara Ana berteriak hal yang sama terus menerus. Cahaya yang menghalangi penglihatan Ruben pelan pelan berkurang.

CUT TO

EXT. PARKIRAN SEBUAH CAFÉ – SIANG

Cahaya itu mulai menghilang. Ruben berada di sebuah parkiran café. Dia melihat sepasang pria dan wanita sedang duduk di bawah pohon di depan café. Memunggungi Ruben.

ANA (V.O)

RUBEEEEN!!! RUBEEEN!! ABAAAANG!!!

Kali ini suara Ana terdengar jelas. Ruben melihat ke sebuah mobil yang ada di parkiran itu. Ana sedang memukul kaca driver sebuah mobil sambil menangis. Di dalam mobil itu terlihat seorang pria sedang menangis. Pria itu adalah Ruben.

Ruben menyadari dia ada di mana. Ruben hanya berdiri menangis melihat Ana yang sedang berusaha memanggil manggil Ruben. Tidak berapa lama mobil Ruben mundur dari parkiran dan pergi meninggalkan tempat itu. Ana hanya berdiri menangis melihat mobil itu pergi.

Ruben berjalan perlahan menghampiri Ana. Langkahnya lemas.

RUBEN

(Suara Pelan)

Na.. maafin aku.

Ruben menyentuh bahu Ana dari belakang. Ana berbalik badan. Masih menangis.

ANA

Kenapa? Kenapa kamu gak kasitau aku yang sebenernya? Aku Cuma tau dia selingkuhin kamu. Aku gatau ternyata dia juga perlakuin kamu sejahat itu. KENAPA BANG?

RUBEN

Aku gabisa Na.. emangnya kamu kira dunia bakal bilang apa tau cowonya diperlakuin gitu.. pasti mereka akan mikir aku ada salah makanya aku digituin.. makanya aku selalu cari tau salahku apa.. cari tau apa yang bisa aku perbaikin supaya aku gak diperlakuin gitu lagi..

ANA

Kenapa kamu harus pikirin dunia bakal bilang apa? Aku adekmu. Aku biarin kamu digituin sama temenku sendiri. Dan kamu diem aja. Ngebiarin aku mikir abang aku baik baik aja hubungannya sama temenku.

Ana berusaha tenang memperbaiki napasnya.

RUBEN

Ana, kamu jangan ngerasa bersalah. Kamu jangan ngerasa bersalah.

Ruben berusaha menenangkan Ana.

ANA

Kenapa kamu gak bilang langsung ke aku? KENAPA BEN? Kamu selalu ngehindarin aku. Adekmu sendiri. Kamu hanya bikin aku makin ngerasa bersalah.

RUBEN

Aku gamau kamu ikutan nanggung sakitku. Aku gamau nambah beban kamu.

ANA

Dan kamu piker ini cara yang bener? Menghindar? Bikin dunia ini di kepalamu buat nyiksa dirimu terus?

Ana perlahan menjauh sambil tetap menghadap Ruben. Ruben mengejarnya. Tapi Ana terus menjauh. Sampai akhirnya hilang dari hadapan Ruben.

Sekitar Ruben menjadi gelap gulita. Ruben melihat sekelilingnya. Tidak ada apapun.

SISCA (V.O)

Jadi.. kamu berhasil, Ben?

Ruben geram mendengar suara Sisca. Ruben berlari. Terus berlari.

RUBEN

SISCAAAAAAAAAAAA!! KENAPA KAMU NGELAKUIN INI KE AKU???

Terus berlari. Sampai dia melihat pintu masuk Café Kampusnya.

RUBEN

SISCA!!!!!!!!!!!!!!

INT. CAFÉ KAMPUS - MALAM

Ruben membuka pintu itu dengan keras. Di dalam café itu? Kosong. Hanya Sisca berdiri di tengah café itu. Menatap Ruben yang baru saja membuka pintu itu dengan tatapan penuh amarah.

SISCA

Aku? Kamu nyalahin aku? Bahkan di sini aja kamu tetep nyalahin aku?

Raut amarah Rueben berubah menjadi sedih. Malu. Tidak berdaya. Dia berlutut. Menangis.

RUBEN

Kenapa selalu gini!!

Sisca hanya menatap Ruben yang berlutut.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar