Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Aesthetic
Suka
Favorit
Bagikan
11. TITIK TERANG

56. INT. KANTOR AESTHETIC, RUANG KERJA, NEXT DAY — DAY

Cast: GINA, HANI

 

Gina terhenyak saat menghampiri meja kubikelnya. Mejanya bersih. Tidak ada tumpukan berkas yang selama ini terletak di sudut meja. Alifah belum tampak. Kemudian Hani berjalan menghampirinya.

 

HANI
Tadi Alifah titip pesen ke aku. Ada perintah dari Pak Nug kalau kamu disuruh meliput di luar. Katanya tadi kamu udah nggak jadi pemimpin redaksi. Nggak tahu deh jadi apa.

 

Hani segera meninggalkan Gina yang berdiri seperti patung. Beberapa karyawan sempat memperhatikannya, tapi kemudian tidak peduli.

 

GINA
Meliput apa, Han?

 

Hani hanya mengedikkan bahu. Kemudian terdengar bunyi notif WA grup dari hp Gina. Dia mengambil hp dari dalam totebag. Membaca chat dari Pak Nug.

 

Kita melihat chat pada layar hp Gina:

Pemred Aesthetic Pak Nug: Gina, hari ini meliput di luar. Ambil liputan apa saja yang cocok untuk edisi berikutnya.

Begitu juga untuk seminggu ke depan. Kamu saya tugaskan kerja di luar, meliput …

Bisa ke malioboro, atau mana saja terserah …

---

Gina memandang suasana kantor. Semua karyawan sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. dari kejauhan, Alifah melihat Gina dengan perasaan yang tidak menentu.


CUT TO


57. EXT. MALIOBORO — DAY

Cast: GINA

 

Gina berjalan dengan langkah sangat pelan di sepanjang trotoar Malioboro. Pengunjung belum terlihat terlalu ramai. Kemudian Gina memutuskan untuk duduk di bangku trotoar yang kosong. Tangannya menggenggam hp.

 

Gina melihat suasana sekitar. Sambil memikirkan ide liputan. Tapi pikirannya lebih tertuju pada semua kejadian yang telah terjadi. Termasuk perasaannya yang kecewa kepada Hamdan karena dirasa telah berkhianat.

 

Gina memandang jam digital di layar hpnya. Kemudian muncul panggilan masuk dari Hamdan, tapi Gina enggan menerimanya. Lalu dia memilih untuk pulang ke rumah lebih awal.


CUT TO


58. INT. RUMAH GINA, RUANG KELUARGA, NEXT DAY — DAY

Cast: GINA, ZEN, RAMLI

 

ZEN
Tuh Pa, liat kelakukan anak gadisnya. Jauh dari rumah, lupa deh sama ortunya.

 

Gina mencibir perkataan Zen. Dia asyik menonton acara di tv sambil duduk di sofa.

 

RAMLI
Itu tandanya adikmu kerasan sama kerjaannya. Iya nggak, Na.

 

Ramli mengusap-usap rambut Gina.

 

GINA
Jelas (tersenyum puas).

 

ZEN
Kerasan kok kurusan gitu (sambil memperhatikan Gina).

 

Raut muka Gina mendadak kecut.

 

DINDA
Kamu nggak makan indomie terus kan, Na.

 

Dinda muncul sambil membawa sepiring pisang goreng yang baru saja matang.


ZEN
Kalau makan mie, melar dong bukan kurus gitu.


Zen masih saja menggoda Gina.


GINA
Tenang aja, Ma. Gina lebih sering ke restoran.

  

ZEN
Gaya bener anak kost makan di restoran.

 

Ramli dan Dinda tertawa mendengar keributan kecil kedua anaknya. Kemudian hp Gina berdering. Muncul nama Pak Awi, petugas disnaker. Dia menyembunyikan layar hp di balik bajunya dan segera berjalan menuju kamar.


CUT TO


59. INT. RUMAH GINA, RUANG MAKAN, NEXT DAY — DAY

Cast: GINA, DINDA, ZEN

 

DINDA
Kenapa nggak balik besok aja sih? Biasanya juga baru balik Senin sekalian masuk kerja.

 

GINA
Ada kerjaan mendadak, Ma. Kemarin Gina dapet telepon penting.

  

Dinda membawakan Gina beberapa camilan yang sudah dikemas rapi dalam tas kanvas. Gina masih menghabiskan sarapannya.

 

ZEN
Na, kamu minta temenmu jemput?

 

Zen tiba-tiba masuk ruang makan lewat pintu samping. Di tangannya memegang kanebo yang sudah berwarna kusam. Gina menoleh sambil menggeleng.

 

ZEN (CONT’D)
Itu ada mobil putih di depan. Katanya mau jemput kamu. Cowok. Ganteng lho, Ma (sambil mengedipkan mata ke Dinda).

 

Gina kaget. Sudah jelas kalau itu mobil Hamdan. Gina buru-buru minum dan menuju depan rumah. Terlihat Hamdan sudah mengobrol dengan Ramli.


CUT TO


60. EXT. RUMAH GINA, TERAS RUMAH — DAY

Cast: HAMDAN, RAMLI, GINA, ZEN, DINDA


RAMLI
Na, kamu kok nggak bilang-bilang kalau mau dijemput?

 

Gina bingung. Dinda mengikuti dari belakang. Hamdan menghampiri Dinda untuk bersalaman.

  

HAMDAN
Saya Hamdan, Tante. Mau jemput Gina.

 

Dinda membalas dengan senyuman.

 

ZEN
Oh pantes adikku yang cantik ini sampai lupa pulang. Udah punya pacar ternyata. Tahu gitu nggak usah aku paksa pulang. Ganteng lagi. Tapi masih kalah ganteng dibanding aku (tertawa).
(beat)
Pacarnya udah kangen aja.

 

Zen menggoda Gina. Wajah Gina bersemu merah.

 

GINA
Mas Zen apaan sih. Nggak ada yang pacaran. Hamdan temen kerja doang.

 

HAMDAN
Tadi Gina telepon kalau motornya perlu diservis, minta dijemput. Makanya saya datang buat jemput, Om, Tante, Mas (tersenyum tengil).

 

Gina menatap Hamdan dengan jengkel. Tapi Hamdan cuma nyengir tidak jelas sambil bantu membawakan totebag kanvas Gina.

 

DINDA
Oh gitu … (sambil senyum-senyum)

 

GINA
Nggak … Eh Pa, Ma, Gina nggak telepon kok. Nggak bilang gitu.
(beat)
Kamu apa-apaan sih, Ham.


Hamdan menyeringai karena rencananya berhasil memberikan kejutan untuk Gina.


CUT TO

 

61. INT. RUMAH GINA, RUANG TAMU — DAY

Cast: GINA, HAMDAN, DINDA

 

DINDA
Sini-sini masuk dulu. Tante mau ambilkan bawaannya Gina. Masih di belakang. Sekalian minum buat Nak Hamdan.


GINA
Nggak usah, Ma. Kita mau berangkat sekarang.


Gina menyikut pinggang Hamdan. Zen dan Ramli berada di teras depan rumah mengelap motor masing-masing sambil menguping. Kemudian Dinda muncul sambil membawa tas kanvas dan segelas minuman untuk Hamdan. Lalu meletakkannya di atas meja ruang tamu.

 

DINDA
Silakan diminum dulu. Ada tamu masa nggak dikasih minum. Gimana kamu itu, Na.

 

HAMDAN
Terima kasih, Tante.

 

Hamdan meraih gelas berisi sirup melon dingin dan meminumnya.

 

DINDA
Nak Hamdan ada keperluan lain … melamar Gina … (melirik Gina yang sedari tadi di sebelah Hamdan dengan wajah bersemu merah).

 

HAMDAN
Iya, Tante. Maksudnya sih begitu (melirik Gina yang mulai tersenyum malu).

  

Gina kaget dengan jawaban Hamdan.


GINA
Apaan sih, Ma.

 

HAMDAN
(berbisik ke telinga Gina)
Diiyain aja biar cepet.

 

ZEN (O.S.)
Nah kan, beneran kan, pacaran kan. Gitu aja nggak ngaku. Tuh Pa, Ma, anak gadisnya udah mulai suka keluyuran kalau punya pacar gitu.

 

Gina berbalik dan melotot ke arah Zen dengan jengkel dari jendela. Memberikan isyarat kepada Zen agar menutup mulut. Tapi Zen memberikan senyum tengil sambil mengelap motornya.


CUT TO


62. EXT. RUMAH GINA, HALAMAN DEPAN — DAY

Cast: GINA, HAMDAN, RAMLI, DINDA, ZEN


HAMDAN
Semuanya, pamit dulu. Terima kasih (sambil membungkukkan badan).

 

GINA
Pa, Ma, Gina pamit dulu.

 

Gina mencium tangan Ramli dan Dinda secara bergantian.

 

ZEN
Ya udah buruan sana, katanya ada kerjaan mendadak.

 

Zen segera memaksa Gina mendekat kepada Hamdan.

 

RAMLI
Sudah, sudah, sana berangkat. Hamdan, hati-hati di jalan ya (sambil memberikan isyarat kepada Hamdan).

 

HAMDAN
Siap, Om. Assalamu’alaikum.

 

RAMLI, DINDA, ZEN
Wa’alaikumsalam.

 

Zen mendorong Gina agar segera masuk ke mobil Hamdan, disusul Hamdan. Gina dan Hamdan sudah berada di dalam mobil. Gina belum melepas pandangannya kepada Hamdan. Hamdan mencoba berpura-pura tidak mengetahuinya. Dia menyalakan mesin mobil, menekan klakson mobil, dan melambaikan tangan kepada Ramli, Dinda, dan Zen.


CUT TO


63. INT. MOBIL HAMDAN — DAY

Cast: GINA, HAMDAN

 

GINA
Gimana caranya kamu tahu rumahku?

 

Hamdan memegang kemudi, menyusuri jalanan desa yang tidak begitu rata.

 

HAMDAN
Ada deh.

 

Hamdan tersenyum dan menoleh sebentar melihat Gina yang masih saja menatapnya.

 

HAMDAN (CONT’D)
Kamu nggak ngasih kabar semenjak dari disnaker? Ada apa?
(beat)
Aku telepon juga nggak diangkat.

 

Gina tidak menjawab. Dia masih kecewa dengan Hamdan karena dianggap berani main belakang dengan Alifah.

 

HAMDAN
Senin aku temani kamu ke disnaker. Kemarin sore Pak Awi meneleponku kalau ada yang penting dan harus segera disampaikan.
(beat)
Rencana besok mau langsung ke kantor atau aku jemput di kost?
(beat)
Denger-denger, meja kerjamu kosong ya?

 

GINA
Dari mana kamu tahu meja kerjaku kosong?

 

HAMDAN
Kemarin aku bertemu Alifah. Dia sempat cerita sedikit.

 

Gina beralih menatap jalan raya. Dadanya terasa sesak.

 

GINA
Aku bisa ke disnaker sendiri.

 

Hamdan menoleh lagi, menatap Gina.

 

HAMDAN
Motormu kan di rumah. Rencanaku biar kita bisa mengurus semuanya bersama. Makanya aku nekat jemput kamu ke rumah.

 

GINA
Ada ojol.

 

HAMDAN
Kamu marah?

 

Gina menggeleng.


GINA
(bergumam)
Yang seolah tidak terlihat terasa lebih menyakitkan daripada yang terlihat.

 

Hamdan heran mendengar Gina bergumam.

 

HAMDAN
Besok aku jemput di kost ya. Kamu nggak perlu ke kantor dulu. Kalau Pak Nug tanya, bilang aja lagi cari liputan seperti perintahnya.
(beat)
Pak Nug nggak bakal nyari kamu juga. Kondisi seperti ini, dia udah bodo amat sama kamu.

 

Mobil Hamdan sudah memasuki jalanan ringroad selatan dan melaju dengan kecepatan sedang.

 

CUT TO


64. INT. KANTOR DISNAKER, RUANG PAK AWI, NEXT DAY — DAY

Cast: GINA, HAMDAN, PAK AWI

 

Gina dan Hamdan duduk berhadapan dengan Pak Awi. Di hadapan mereka ada beberapa dokumen. Gina memperhatikan dokumen yang sedang dipegang oleh Pak Awi.

 

PAK AWI
Jadi begini Mbak Gina, Mas Hamdan. Kemarin Jum’at adalah batas waktu nota pemeriksaan pertama, tapi Pak Nug tidak hadir ke sini. Kami mempelajari lebih lanjut bukti-bukti yang ada dan diperoleh pelanggaran tambahan.

 

Gina terkejut. Tidak dengan Hamdan.

 

PAK AWI (CONT’D)
Rekam jejak Pak Nug ternyata juga terlibat pinjaman online. Beliau memiliki hutang. Sayangnya, untuk kasus itu harus diteruskan kepada kepolisian. Apalagi ini pinjaman online ilegal. Tapi kami akan fokus dulu untuk laporan dari Mbak Gina.

 

GINA
Pinjaman online?

 

PAK AWI
Iya, pinjaman online ilegal (menegaskan). Besok kami akan mengirimkan surat yang berisi pemanggilan nota pemeriksaan kedua. Jika Pak Nug hadir, kita baru akan tahu apa kaitannya pinjaman online tersebut dengan uang koperasi. Semoga saja Pak Nug hadir untuk memberikan keterangan supaya segera clear.


CUT TO


65. KANTOR DISNAKER, GEDUNG SATRIYA, NEXT DAY — DAY 

Cast: PAK NUG, BU SESIL, PAK AWI, 2 ORANG PETUGAS DISNAKER


Dua minggu kemudian …

MONTAGE

- Pak Nug dan Bu Sesil masuk ke gedung Satriya. Kemudian disambut oleh Pak Awi dan dua orang PETUGAS DISNAKER, seorang bapak dan seorang ibu.

- Pak Nug dan Bu Sesil duduk berhadapan dengan Pak Awi dan dua orang petugas disnaker. Mereka melakukan perbincangan selama satu jam lebih. Ekspresi Pak Nug terlihat jengkel dengan setiap pertanyaan yang disampaikan oleh Pak Awi.

END MONTAGE


CUT TO


66. INT. KANTOR AESTHETIC, RUANG KERJA — DAY

CAST: GINA, ALIFAH, 3 KARYAWAN AESTHETIC

 

Kantor Aesthetic menerima banyak pertanyaan terkait laporan Gina ke disnaker. Telepon yang masuk ke bagian front office tidak juga berhenti. Media sosial Aesthetic ramai komentar dari para netizen.

 

KARYAWAN 1 berjalan ke meja Gina.

 

KARYAWAN 1
Kamu kalau mikir itu sampai panjang. Pahami risikonya. Jangan mikir sumbu pendek. Kalau Pak Nug sampai ketahuan bersalah, terus dipenjara. Nasib kita gimana.
(beat)
Kamu bisa nanggung kita-kita semua. Bisa ngasih bayaran ke kita untuk hidup?

 

Gina terdiam di kursinya. Kemudian KARYAWAN 2 dari meja kubikelnya ikut berbicara.

 

KARYAWAN 2
Sekarang Pak Nug dan Bu Sesil lagi ke disnaker. Gimana nasib mereka? Kasihan.
(beat)
Kalau sampai mereka dipenjara, kantor ini siapa yang bakalan mimpin?

 

KARYAWAN 3 dari seberang meja kubikel Gina ikut menghujat.

 

KARYAWAN 3
Kalau kantor ini ditutup, nasib kita bakal kena PHK. Kamu mau njamin kita, Na? Malu-maluin kantor kita aja. Jadi viral tuh di media sosial!

  

Alifah memperhatikan Gina dengan perasaan bersalah.


GINA
Setidaknya aku melakukan hal yang benar. Melihat kesalahan bukan berarti diam dan pura-pura tidak tahu. Kalau kalian khawatir dengan uang, berarti kalian lupa dengan Allah. Rejeki Allah itu luas dan nggak bakal ketuker.


KARYAWAN 2
(meledek)
Rupanya teman kita satu ini ngikutin saran dari Pak Nug buat ngaji lagi. Ujung-ujungnya, ceramahin kita deh.


CUT TO


67. EXT. KAMAR KOST GINA, TERAS DEPAN KAMAR — NIGHT 

Cast: GINA

 

Gina duduk di ambang jendela kamar kostnya. Pikirannya dipenuhi dengan kejadian siang tadi di kantor. Hujatan yang dia terima tadi masih memenuhi kepalanya. Apalagi Pak Awi memberikan kabar kalau Pak Nug berkelit, tidak mengakui perbuatannya. Dia memandang langit malam dan meyakinkan dirinya bahwa semua yang dilakukan itu benar, bukan kesalahan.

 

Tiba-tiba Gina mendapatkan titik terang.

 

GINA (V.O.)
Tunggu, bukankah Bu Sesil pernah bicara kepadaku tentang mobil baru dari Pak Nug?


CUT TO

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar