16. INT. KANTOR AESTHETIC, RUANG MEETING — DAY
Cast: GINA, ALIFAH, PAK NUG, BU SESIL, 3 KARYAWAN AESTHETIC
Tiga bulan kemudian …
PAK NUG
Semenjak pemimpin redaksi dan editor dihandle oleh Gina, majalah bisa selesai sesuai target. Edisi kelima belas ini, saya memiliki tema spesial untuk menyambut ulang tahun Aesthetic.
Gina dan Alifah memperhatikan Pak Nug yang sejak tadi mondar-mandir di hadapannya. Sementara BU SESIL, 54, terlihat sibuk dengan hpnya.
GINA (V.O.)
Ya kali kalau terbitnya mundur, bisa dihujat orang sedunia, Pak. Anda juga bakal menjadikan saya kambing hitam untuk menghujat saya.
PAK NUG (CONT’D)
Tema majalah kali estetik. Apapun yang akan kita bahas di majalah, harus berkaitan dengan estetika.
Mata Gina terbelalak. Tiga karyawan mulai berkasak-kusuk. Alifah memperhatikan Gina yang mengangkat tangan dengan cemas. Pak Nug mempersilakan Gina untuk bicara.
GINA
Maaf, kenapa mendadak ganti tema, Pak. Bagaimana dengan tema dan konsep majalah yang sudah kami ajukan minggu lalu? Anda sudah menyetujuinya.
Pak Nug menggelengkan kepala. Gina dan Alifah berpandangan dengan tatapan bingung.
PAK NUG
Selama ini kita mengikuti permintaan dari CEO terkait tema. Sekarang waktunya kita menentukan tema itu sendiri.
BU SESIL
(senyum licik)
Setuju.
Gina melirik tajam ke arah Bu Sesil sambil mencibir.
GINA
(protes)
Baru kemarin kami menyelesaikan pembagian kolom redaksi dan menghubungi para narasumber. Jurnalis kita juga sudah dijawalkan untuk meliput besok pagi. Kenapa tema estetik tidak dipakai untuk edisi berikutnya saja, Pak?
Tiga karyawan lain yang berada di ruang meeting menyetujui usul Gina.
PAK NUG
Batalkan saja kan bisa. Untuk tema yang kamu ajukan, itu bisa digunakan untuk edisi berikutnya. Nggak usah dibikin sulit (sambil mengibaskan tangannya). Kamu itu sukanya berpikir yang ribet. Pantas kerjamu lambat.
Gina tersinggung dengan kata-kata Pak Nug barusan. Belum ada satu menit Pak Nug memujinya, sekarang sudah ganti menilainya lambat dalam bekerja.
ALIFAH
Maaf Pak, bagaimana dengan para narasumber yang sudah bersedia untuk diwawancara?
PAK NUG
Alifah, kamu juga ketularan Gina rupanya. Ya tinggal dibatalin aja apa susahnya.
Gina tertunduk sambil memegang kepalanya yang mendadak terasa migrain.
CUT TO
17. INT. KANTOR AESTHETIC, KANTIN — DAY
Cast: GINA, ALIFAH
Kita melihat Gina duduk sambil menyeruput boba. Kemudian datang Alifah yang membawa nampan berisi soto dan es teh manis.
ALIFAH
Nggak makan, Na? Ntar asam lambung baru tahu rasa.
Gina memperhatikan Alifah yang sudah duduk di hadapannya.
GINA
(jengkel)
Sejak kerja di sini aku emang udah asam lambung.
Gina memainkan sedotannya dengan tangan.
ALIFAH
Bawa santai aja. Kerja di sini kalau terlalu kaku, bisa stress, Na.
Alifah menuangkan sambal ke mangkuk sotonya. Gina memperhatikan yang sedang Alifah lakukan.
GINA
Kamu udah tiga tahun kerja di sini kok bisa-bisanya betah? Kenapa nggak pulang kampung terus nyari kerja di Bandung aja?
Alifah tidak mempedulikan pertanyaan Gina.
GINA (CONT’D)
Sebenarnya yang jadi pemimpin redaksi itu siapa sih, Fah?
Alifah menikmati makan siangnya.
ALIFAH
Mending kamu ikutan makan siang deh biar asam lambungmu nggak berontak. Kamu ngomel karena lapar itu.
GINA
Tahu gini mending aku jadi editor aja daripada dipaksa jadi pemimpin redaksi tapi otoritas tetap di tangan Pak Nug … buat apa?
ALIFAH
(tertawa)
Kamu sendiri nerima-nerima aja diangkat jadi pemimpin redaksi (sambil menggelengkan kepala).
GINA
Faaah, kamu tahu sendiri kalau aku nolak bakal kayak gimana nasibku.
Alifah memandang Gina dengan tatapan tajam.
ALIFAH
(mengecilkan suara)
Itu yang dirasakan semua karyawan Aesthetic di sini, Na.
(beat)
Sekarang, coba deh kamu ingat-ingat lagi. Saat kamu jadi editor, berapa kali harus revisi hanya karena kalimatnya nggak sesuai sama yang Pak Nug minta? Terus kamu inget nggak waktu Dea bikin cover majalah? Dia juga disuruh buat ulang karena style covernya dinilai jelek dan nggak sesuai seleranya Pak Nug. Padahal waktu rapat, desain cover udah deal.
Alifah mengedikkan bahu sambil menyendok sotonya yang sudah hampir habis.
ALIFAH (CONT’D)
Terus waktu kita ngasih laporan keuangan. Inget nggak Pak Nug bilang apa? ‘Kok baru sekarang ngasihnya?’ … Padahal kita udah pernah ngasih softfilenya lewat grup majalah jauh-jauh hari, tapi nggak direspon, cuma diread. Ya sudah, anggap aja itu ujian hidup.
GINA
(terhenyak)
Kalau dipikir-pikir, Pak Nug duduk tenang di ruangannya, tinggal menerima laporan dari kita-kita tanpa harus campur tangan dari nol apa yang kita lakukan, jauh lebih enak. Nggak usah ikut ngerecokin apa yang seharusnya jadi otoritas kita. Iya kan, Fah?
ALIFAH
Kalau Pak Nug kayak gitu, pemimpin redaksi sebelum kamu nggak bakal resign, Na.
GINA
(kaget)
Maksudmu? Sebelum aku sudah ada yang pernah jadi pemimpin redaksi Aesthetic? Aku pikir selama ini pemimpin redaksinya Pak Nug?
ALIFAH
(senyum meledek)
Pak Nug itu direktur Aesthetic. Humasnya Bu Sesil. Berkali-kali Pak Wisnu, CEO Aesthetic, meminta Pak Nug untuk cari orang buat mengisi posis pemimpin redaksi. Tapi nggak tahu kenapa belum juga dipenuhi, baru sekarang … Ya kamu itu.
Alifah memperhatikan Gina yang termenung.
ALIFAH (CONT’D)
Masih kurang? Kalau aku …
GINA
Nggak nanya.
Gina mengambil bobanya yang belum habis, lalu segera meninggalkan Alifah sendirian.
ALIFAH
(teriak)
Na, ntar temenin aku lembur yak! Besok-besok aku ceritain juga mantan-mantan editor sini ya, biar kamu tambah semangat kerjanya.
GINA
(teriak)
Bodo’!
Gina terus berjalan tanpa menoleh. Alifah tertawa sendiri mendengar jawaban Gina. Dia segera menghabiskan soto dan meminum es teh manisnya. Lalu buru-buru menyusul Gina.
CUT TO
18. KANTOR AESTHETIC, RUANG KERJA, NEXT DAY — DAY
Cast: GINA, PAK NUG
PAK NUG (O.S.)
Kenapa kerjamu lambat sekali, Na. Kenapa nggak dari kemarin waktu di Jogja? Saya lagi di Bekasi, nggak bisa ngoreksi.
GINA
Kami sudah berusaha mengikuti timeline, Pak. Kalau saja Anda tidak mengganti temanya, semua redaksi sudah selesai saya edit dari kemarin.
PAK NUG (O.S.)
(mengomel)
Alasan. Kirim saja softfilenya lewat WA. Tapi saya nggak janji bakal ngoreksi selama di sini. Ada-ada saja, lagi meeting sama klien suruh ngoreksi.
Gina menekan tombol berwarna merah pada layar hpnya.
GINA
(ngedumel)
Bisa nggak sih aku jadi editor lagi aja?
Alifah yang sedang sibuk menghitung dengan kalkulator menoleh ke arah Gina.
GINA (CONT’D)
Minta dicarikan editor biar aku bisa fokus jadi pemimpin redaksi nggak dikasih, sekarang … diomelin karena kerjanya lambat …
Gina merapikan dokumen yang sudah selesai diedit, lalu memasukkannya ke map. Wajahnya cemberut karena jengkel dengan kelakuan Pak Nug.
ALIFAH
Bisa, tapi beban kerjamu sama dan kamu tetap harus proofing lewat Pak Nug. Pemimpin redaksi hanya sekedar identitas, aslinya.
(beat)
Ya tetep Pak Nug pemimpin redaksinya (tertawa terbahak-bahak).
Gina mengambil tisu yang ada didekatnya dan melemparnya ke arah Alifah.
GINA
Aku jadi tertarik mendengar kisah para mantan editor di sini. Coba ceritain sekarang aja deh, Fah. Mumpung aku tinggal nunggu koreksian dari Pak Nug.
Alifah melihat keadaan sekitar ruang kerja Aesthetic. Di ruangan itu hanya ada mereka berdua dan seorang karyawan bagian administrasi.
ALIFAH
Oke, aku ceritain ya. Kamu dengerin dulu.
(beat)
Sudah ada tiga mantan editor yang bekerja di Aesthetic dan semuanya hanya bertahan sampai magang. Kamu seharusnya dapet penghargaan karena bisa bertahan sampai detik ini (menyeringai).
Gina tidak memberi komentar.
ALIFAH (CONT'D)
Editor pertama, dia bukannya nggak betah. Tapi karena Pak Nug nggak suka aja. Apes kali ya. Ceritanya tuh pagi-pagi ngeliat kucing di parkiran Aesthetic. Terus dia ngasih makan di pinggir. Nggak tahunya Pak Nug liat. Dia dipanggil deh ke ruangan Pak Nug. Nasibnya ya seperti Pak Agus. Dimaki-maki dulu, terus saat itu juga disuruh pulang dan nggak diperbolehkan balik lagi.
GINA
Cewek apa cowok tuh?
ALIFAH
Siapanya? Kucingnya? Atau, editornya?
GINA
(jengkel)
Ya kali aku nanya kucing, Fah.
Alifah tertawa. Dia perlu minum sebentar dari tumblrnya.
ALIFAH
Editornya cewek. Tapi yang perlu kamu tahu ya, Na. Pak Nug itu juga pelihara kucing. Cuma dia lebih suka jenis kucing yang mahal. Mirip yang kamu pelihara. Katanya nggak level sama kucing kampung. Itukan menyinggung dunia perkucingan. Menurutmu, sebagai pecinta kucing gimana, Na?
GINA
Pendapatku nggak penting. Terus lanjut editor yang kedua.
Gina semakin penasaran dengan nasib para mantan editor Aesthetic.
ALIFAH
Editor kedua karena sadar dengan sendirinya. Alhamdulillah dia dapet hidayah dari Allah untuk tidak melanjutkan kerja di sini.
Gina mengernyitkan dahi mendengar komentar Alifah.
ALIFAH (CONT'D)
Bukannya apa-apa, Na. Dia itu sempat kena makian Pak Nug juga.Sebelum Pak Nug bilang nggak lanjut, dianya sendiri udah ngomong duluan kalau nggak mau lanjut. Ini perihal harga diri.
GINA
Oke-oke. Bisa juga itu aku praktikkan kalau udah nggak mau lanjut di sini.
ALIFAH
Terus yang ketiga itu karena nggak menyapa Pak Nug saat papasan di jalan. Gila, kan?
GINA
Wah, kalau yang ketiga ini nggak masuk akal banget sih, Fah.
Gina jadi semakin merasa insecure untuk melanjutkan bekerja di Aesthetic.
CUT TO
19. INT. KAMAR KOST GINA — NIGHT
Cast: GINA, DINDA
Gina sedang menerima telepon dari Dinda.
DINDA (O.S.)
Na, gimana kerjaannya? Aman kan? Jangan lupa perhatikan makanmu. Jangan mie.Ya bolehlah, tapi jangan sering-sering. Kalau uang bulananmu habis, bilang mama. Nanti mama transfer.
GINA
Idih mama, masak Gina udah kerja masih terima transferan dari orang tua. Kayak masih kuliah aja. Nggaklah. Gaji Gina Alhamdulillah cukup.
DINDA (O.S.)
Tapi kan ada Lion. Biaya perawatan si gembul itu juga nggak sedikit, Nak.
(beat)
Ya udah, gini aja, Lion biar mama yang tanggung. Nanti mama transfer uang buat hariannya Lion. Jadi biar kamu fokus sama dirimu sendiri. Gajimu buat seneng-senengin kamu aja.
GINA
Oke, Ma. Makasih.
DINDA (O.S.)
Sekarang kamu cepetan tidur, udah malem. Besok kerja. Assalamu'alaikum.
GINA
Wa'alaikumsalam.
Kemudian kita melihat Gina yang rebahan di atas tempat tidur dengan memakai piyama bergambar kartun. Dia menatap langit-langit kamar kost. Hpnya digeletakkan begitu saja di atas tempat tidur. Sementara itu, Lion sudah tidur nyenyak di dekat kaki kirinya.
GINA
(mendesah)
Pengen pulang …
QUICK FLASHES OF GINA’S LIFE
-- Gina melihat lowongan di surat kabar.
-- Gina mengirim surat lamaran ke kantor pos dan ditegur tukang parkir karena melamun.
-- Adegan melihat papa Gina yang berbicara dengan Zen di telepon, lalu papa Gina mengacungkan jempol.
-- Gina menggendong Lion ketika sudah di kost.
-- Gina berdiri di depan pintu ruangan Pak Nug.
-- Gina duduk di meja kerjanya dan berkenalan dengan Alifah.
BACK TO SCENE
Gina beranjak dari rebahan dan membelai lembut kepala Lion yang tidur sambil mendengkur.
GINA (TALKING HEAD)
Nggak Na, kamu nggak boleh nyerah gitu aja. Tunjukkan kalau kamu itu perempuan tangguh yang punya potensi, bukan perempuan yang cari kerja karena butuh duit. Punya bos nyebelin adalah tantangan … SEMANGAT!!!
CUT TO
20. INT. KANTOR AESTHETIC, RUANG KERJA, NEXT DAY — DAY
Cast: GINA, PAK NUG, ALIFAH
Kita melihat Gina layar hpnya menunjukkan notifikasi dari grup WA bertuliskan ‘Majalah Aesthetic’. Kemudian terdengar nada notifikasi dari hpnya, sekali, dua kali, sampai empat kali. Kita juga mendengar nada notifikasi dari hp Alifah yang berada di balik kubikel. Gina hanya melirik layar hpnya yang sempat menyala, lalu redup kembali.
ALIFAH
Kamu nggak buka chatnya? Siapa tahu penting (sambil melirik ke arah Gina).
Layar laptop Alifah menunjukkan tampilan Microsoft Excel yang penuh dengan angka. Gina membalas lirikan Alifah sambil menunjukkan senyum memaksa. Kemudian dia meraih hpnya dan menekan tulisan Majalah Aesthetic.
Kita melihat chat pada layar hp Gina:
Pemred Aesthetic Pak Nug: Pertemuan kemarin dengan manager Heritage Mall kayaknya menarik kalau dijadikan konten majalah …
Bu Sesil coba bikin konten terkait pertemuan kemarin. Jadinya deal kan besok kita ikut pameran di mall itu bulan depan. Lumayan kalau banyak yang tahu majalah kita, sponsorship bakal banyak yang bergabung sama kita …
Gina tolong disiapkan ya … diskusi sama Bu Sesil …
Kesempatan buat promoted majalah kita …
---
Gina menelan ludah. Bu Sesil langsung membalas chat tersebut.
---
Humas Aesthetic Bu Sesil: Baik, Pak. Segera kami siapkan.
---
Belum sempat menekan tombol back di hpnya, dering nada telepon masuk dari hp Gina berbunyi. Terlihat tulisan ‘Humas Aesthetic Bu Sesil’.
GINA
Assalamu’alaikum.
BU SESIL (O.S.)
Gina, bisa ke ruangan saya sebentar?
GINA
(dengan malas)
Baik, Bu. Wa’alaikumsalam.
Gina menekan tombol merah pada layar hpnya. Kemudian meletakkan hpnya dengan kesal di atas meja. Alifah melihat Gina yang menunjukkan wajah kesal.
ALIFAH
Dari siapa?
GINA
Bisa nggak sih Pak Wisnu ikut masuk ke grup majalah. Atau kalau nggak … stay di kantor gitu.
Alifah melirik Gina dengan heran.
GINA
Perasaanku nggak enak (sambil memberengut).
Gina beranjak dari duduk dan berjalan dengan langkah lambat menuju ruangan Bu Sesil yang berada di bagian depan dekat front office.
CUT TO
21. INT. KANTOR AESTHETIC, RUANGAN BU SESIL — DAY
Cast: GINA, BU SESIL
Kita melihat Bu Sesil sedang mengetik chat di layar hpnya. Sesekali membetulkan letak kacamata baca yang sempat melorot. Dari dalam ruangan, terdengar suara pintu diketuk.
BU SESIL
Masuk.
Gina membuka pintu dan masuk ke ruangan Bu Sesil. Kemudian Gina menggeser kursi yang berada di depan meja Bu Sesil. Dia duduk dan membiarkan Bu Sesil berbicara.
BU SESIL
Disiapkan ya, Na. Nanti kalau sudah selesai, kamu kirim ke saya biar saya baca dulu. Kalau sudah oke, baru kamu proofing ke Pak Nug. Seperti biasa, paham kan.
Bu Sesil meletakkan hpnya dan menatap Gina sambil menunjukkan senyum paling manis.
GINA
Maaf Bu, tapi saya tidak tahu-menahu soal pertemuan dengan Heritage Mall. Untuk urusan apa, saya juga tidak tahu.
BU SESIL
Tadi Pak Nug udah nyebutin di grup, dibaca lagi.
GINA
(protes)
Daripada saya salah dan menulis informasi yang kurang jelas … sepemahaman saya membaca chat tadi, Pak Nug yang meminta Bu Sesil untuk membuatnya.
BU SESIL
Aduh saya lagi penuh. Hari ini padet banget. Tadi pagi aja harus ketemu klien yang tertarik mau jadi investor di majalah kita. Terus siang ini harus ke Dinas Pendidikan karena ada acara. Bu Sesil nggak ada waktu. Udah kayak biasanya aja, kamu tulis. Bu Sesil percaya sama kamu, ya.
Duduk Gina mulai terasa tidak nyaman.
BU SESIL (CONT'D)
Kamu sendiri tahu kan saya jarang di kantor. Banyak sekali yang harus saya kerjakan di luar. Kamu buat saja seperti biasanya (berkelit untuk menerima tugas).
GINA
Siapa aja yang ke sana, kapan, dalam rangka apa? Saya tidak tahu-menahu, Bu. Bagaimana caranya saya bisa menulis artikelnya? Saya tetap perlu berdiskusi dulu dengan Bu Sesil.
Bu Sesil meraih hpnya.
BU SESIL
Sebentar, kemarin Dea sempat bikin flyernya kok. Bu Sesil kirim ke WA ya. Nanti dari flyer itu kamu jabarin jadi konten. Kurang lebihnya nanti kan kamu kirim dulu ke saya. Nanti Bu Sesil bantu koreksi… (tangannya menekan layar hp berkali-kali) Nah, sudah terkirim.
(beat)
(menghubungi seseorang dari hpnya) Halo … Assalamu’alaikum …
GINA (V.O.)
Boleh makan orang nggak sih? (menatap Bu Sesil dengan sangat jengkel)
CUT TO
22. INT. SEBUAH RESTO BERGAYA JEPANG — NIGHT
Cast: GINA, ALIFAH
GINA
(jengkel)
Tahu gini aku nggak lanjut!
Gina menyeruput green tea hangat dari cangkir. Kemudian mencomot tempura yang terlihat begitu krispi. Lalu memakannya dengan lahap.
GINA (CONT'D)
Enak ya jadi bos, tinggal perintah. Pak Nug tuh beneran paham redaksional nggak sih? Gampang banget minta tambahan konten? Untung belum masuk tahap layouting, jadi kita masih bisa nggeser halamannya.
Gina memainkan sedotan di gelasnya yang berisi jus alpukat.
ALIFAH
(tersenyum geli)
Sepertinya kamu mulai menikmati pekerjaan di Aesthetic. Selamaaat.
Alifah kemudian meminum jus mangganya dengan sedotan. Gina menatap Alifah dengan tajam.
GINA
Pantes tampang-tampang kalian kayak butuh healing. Inget nggak hari pertama aku masuk dan nyapa kalian?
(beat)
Punya bos modelnya kayak begitu sih. Bu Sesil juga tuh, humas sukanya cari muka di depan bos.
ALIFAH
Hanya orang-orang tangguh yang bertahan di Aesthetic.
GINA
(tegas)
Hanya orang-orang butuh yang bertahan.
Keduanya tergelak dan tertawa terbahak-bahak. Membuat pengunjung resto melihat dengan wajah-wajah heran ke arah mereka.
CUT TO