Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Aesthetic
Suka
Favorit
Bagikan
3. DARI MAGANG JADI PKWT

10. INT. SEBUAH RESTO BERGAYA JEPANG — NIGHT

Cast: GINA, ALIFAH

 

Kita melihat PELAYAN RESTO mengantarkan pesanan ke meja Gina dan Alifah. Setelah selesai menyajikan pesanan di atas meja, pelayan resto segera pergi.

 

GINA
Hari pertama magang harus lembur banget ya?

 

Gina memegang kepalanya yang terasa pusing. Alifah menyendok kuah ramen yang masih panas.

 

ALIFAH
Nggak juga. Kamu aja yang lagi apes (terkekeh).

 

Alifah meniup-niup kuah ramen di sendoknya. Terlihat asap mengepul dari sendok tersebut.

 

GINA
(protes)
Kok gitu?

  

ALIFAH
Aku yakin kamu bakal menikmati hari demi hari di Aesthetic. Tenang aja, aku temani kalau kamu harus lembur … karena lembur sudah menjadi makanan sehari-hariku juga. Kita bakal sering lembur bersamaaa (ceria).

 

Gina menggigit tempuranya tanpa tenaga. Kemudian Alifah menatap Gina dengan serius.

 

ALIFAH (CONT’D)
Kamu ingat bapak-bapak yang tadi siang di ruangannya Pak Nug?

 

 GINA
Maksudmu yang tadi dimaki dan dibentak sama bos kita?
(beat)
Aku belum tahu namanya, memang kenapa?

 

Gina mengunyah tempuranya sangat pelan. Alifah menyeruput kuah ramen yang sudah mulai dingin dari sendoknya. Dia memajukan badannya mendekat ke telinga Gina.

 

ALIFAH
(setengah berbisik)
Namanya Pak Agus, dia driver senior di Aesthetic. Tapi sayangnya besok kamu sudah nggak bisa kenalan …

  

GINA
Fah, to the point aja deh.

  

Alifah menegakkan kembali badannya. Dia makan ramen sampai terdengar suara ‘slurp’. Kemudian mengambil tisu di sebelahnya dan mengelap mulutnya.

 

 ALIFAH
Pak Agus dipecat.

 

Gina tersedak green tea yang baru saja diminumnya. Alifah memperhatikan Gina dengan santai. Dia meletakkan sumpit di samping mangkok dan menyilangkan kedua tangannya.

 

GINA
Habis dimaki terus dipecat? Semudah itu memecat orang?

 

 CUT TO


11. INT. KANTOR AESTHETIC, RUANG KERJA, NEXT DAY — DAY

Cast: GINA, ALIFAH

 

Gina membaca chat WA dari hpnya dengan serius. Terlihat deretan chat dengan bahasa yang singkat-singkat. Sesekali dia mengumpat kesal. Alifah yang mendengar, melirik ke arah Gina.

 

ALIFAH
Kamu kenapa, Na? Kesambet? (terkekeh)

  

Gina menoleh ke arah Alifah sambil memberengut kesal.

 

GINA
(kesal)
Pak Nug keluar kota nggak bilang-bilang. Padahal harus ngoreksi editanku. Kalau nggak segera dikoreksi, bisa-bisa terbitnya mundur.

 

ALIFAH
(santai)
Tenang aja, kalaupun mundur, bukan salahmu. Yang penting kamu udah menyelesaikan kewajiban. Lagian ya Na, nggak bakal mundur. Mana mungkin Pak Nug mau menanggung malu karena majalah nggak bisa terbit on time.

 

GINA
Walaupun begitu, seharusnya kerja itu mengikuti timeline. Sejak aku bekerja di sini, Pak Nug terlalu sering mengabaikan timeline.
(beat)
Aku kok nggak yakin kalau Pak Nug itu pemimpin redaksi.

 

ALIFAH
Aku juga nggak yakin kalau Pak Nug itu bos …

 

Alifah menyandarkan badannya di kursi. Sesekali terlihat karyawan Aesthetic berjalan melewati meja mereka sambil membawa berkas.

 

GINA
Haruskah aku bertahan?

 

Alifah mengedikkan bahu.


CUT TO

 

12. INT. KANTOR AESTHETIC, RUANGAN PAK NUG — DAY

Cast: GINA, PAK NUG

 

Sebulan kemudian setelah Gina menjadi karyawan magang …

Gina duduk berhadapan dengan Pak Nug.

 

PAK NUG
Jadi gimana?

 

Pak Nug menyatukan kedua jemari tangannya sambil senyum-senyum tidak jelas.

 

GINA
(kebingungan)
Gimana apanya ya, Pak?

  

PAK NUG
Mau lanjut atau tidak?

 

Gina melipat tangannya di atas meja. Kemudian menatap Pak Nug.

 

GINA
Maaf, Pak … Setahu saya, keputusan untuk lanjut atau tidak itu ditentukan oleh perusahaan, bukan karyawannya …

 

 PAK NUG
(santai)
Tinggal bilang saja. Kalau mau lanjut ya lanjut, kalau nggak ya sudah.

 

Gina bengong. Pak Nug memajukan badannya.

 

PAK NUG (CONT’D)
(setengah berbisik)
Lanjut?

 

Gina sempat ragu. Dia mengalihkan pandangan mengamati ruangan Pak Nug yang terdapat banyak plakat menempel di dinding. Lalu kembali menatap Pak Nug.

 

GINA
Tentu saja lanjut, Pak.

 

 PAK NUG
(senang dan menyeringai puas)
Gitu dong! (sambil menepuk meja dengan tangannya) Dari tadi jawab lanjut apa susahnya sih, Na. Kamu tanda tangan di sini.

 

Pak Nug menunjukkan bagian surat yang harus Gina tanda tangani. Gina meraih surat kontrak PKWT itu. Kemudian membalik ke halaman paling depan dan membaca setiap poin yang tertulis sebelum menandatanganinya.


CUT TO


13. INT. KANTOR AESTHETIC, RUANG KERJA, NEXT DAY — DAY 

Cast: GINA, PAK NUG

 

MONTAGE

- Pak Nug meletakkan setumpuk berkas yang telah selesai dikoreksi di meja kerja Gina. Kemudian Gina menatap tumpukan berkas yang ada di hadapannya dengan mata terbelalak. Semua karyawan melihat ke arah mereka. Alifah menepuk-nepuk pundak Gina dengan tatapan mengiba.

-Gina harus menyelesaikan revisi dari Pak Nug. Dia lembur. Suasana kantor sudah sepi. Alifah menemaninya sambil memesankan cemilan lewat aplikasi go food.

-Pagi harinya, Gina mengirimkan pesan kepada Pak Nug yang menjelaskan revisiannya sudah selesai melalui chat WA. Terdengar suara notif dari hp Gina. Kemudian dia membaca balasan chat WA dari Pak Nug yang bertuliskan ‘Saya sedang sibuk. Langsung saja kamu serahkan ke Dea untuk proses layouting’. Lalu Gina menatap Alifah dengan mata berkaca-kaca.

END MONTAGE


CUT TO


14. INT. KANTOR AESTHETIC, RUANG KERJA, NEXT DAY — DAY

Cast: GINA, ALIFAH

  

Sebulan kemudian sejak menjadi karyawan PKWT …

Hari ini Gina menerima gaji pertamanya sebagai karyawan PKWT. Gina membuka email dari laptop dan tertegun membaca nominal gaji yang diterimanya. Dia mencermati slip gajinya dengan serius.

 

GINA
Fah, serius nih? Kamu ngasih aku gaji segini?

 

Gina tetap menatap layar laptopnya. Alifah sedang fokus menghitung lembaran uang seratus ribuan di atas meja kerjanya.

 

GINA (CONT’D)
Fah?

 

 ALIFAH
(jengkel)
Apa, Na? Bentar deh jangan ganggu, aku lagi ngitung nih. Jadi lupa kan?

 

Gina menoleh dan baru sadar kalau sudah mengganggu Alifah.

 

GINA
Eh, sori … sori, Fah. Nggak liat kalau kamu lagi ngitung duit.

 

Mulut Alifah tidak berhenti berhitung dan dalam sekejap sudah menyelesaikan hitungannya. Lalu menoleh ke arah Gina.

 

ALIFAH
Gimana neng geulis? Ada yang bisa saya banting? (senyum tengil).

 

Logat Sunda Alifah keluar untuk menggoda Gina yang terlihat suntuk.

 

GINA
Kamu serius ngasih aku gaji segini?
(beat)
Kok pelit?

  

ALIFAH
Neng Gina yang sholehah, saya hanya menerima mandat dari bos yang berada di ruangan sana (sambil menunjuk ruangan Pak Nug). Nominal gaji sesuai mandat dari beliau. Sebagai kepala keuangan di sini, saya hanya meneruskan. Perinciannya sudah ditentukan oleh bos di ruangan itu ya, cantik (sambil mengedip-ngedipkan mata).

 

Alifah kemudian kembali pada kesibukannya, menghitung uang. Lalu menumpuk uang-uang yang sudah selesai dia hitung ke sisi meja kerjanya.


GINA
Wah, nggak beres lagi ini. Kemarin waktu PKWT, aku yang harus nentuin mau lanjut apa nggak. Sekarang, gaji juga dikibulin.

 

Alifah sempat tertawa mendengar Gina mengomel.


ALIFAH
Jadi karyawan jangan polos-polos amatlah, Na. Ujung-ujungnya dikibulin kan. Jangan-jangan gajimu itu juga korban PHP Pak Nug.


CUT TO

 

15. INT. KANTOR AESTHETIC, RUANGAN PAK NUG — DAY

Cast: GINA, PAK NUG

 

Gina berdiri di samping meja dan Pak Nug duduk santai di kursinya. Sudah satu menit tidak ada yang bicara. Pak Nug melirik Gina, lalu menyibukkan diri mengelap kacamata hitamnya.

 

GINA
Kenapa Pak Nug melanggar janji?

 

 PAK NUG
Janji apa? Kapan saya pernah berjanji sama kamu.

 

Pak Nug tetap sibuk mengelap kacamata hitamnya dengan wajah yang menyebalkan.

 

GINA
(menahan marah)
Anda pernah berjanji kalau saya sudah menjadi karyawan PKWT, gaji akan dinaikkan.

 

Pak Nug menyimpan kacamata hitamnya di kotak kacamata. Lalu menatap Gina sambil tersenyum.

 

PAK NUG
Kan sudah saya naikkan.

 

Kedua tangan Gina mengepal. Pandangannya menatap Pak Nug yang masih tersenyum menyebalkan.


GINA
(senyum terpaksa)
Tapi tidak sesuai perjanjian di awal, Pak.

 

Pak Nug memajukan kursinya dan menyatukan kedua tangan.

 

PAK NUG
(angkuh)
Saya bertanya, gaji kamu naik?

 

(Beat)

 

GINA
Gaji yang Anda berikan hanya sebatas minimal UMK Kabupaten Sleman.

 

PAK NUG
(tenang)
Coba sekarang sebutkan, waktu jadi karyawan magang gajimu berapa dan sekarang setelah menjadi karyawan PKWT jadi berapa?

 

GINA
(mulai meradang)
Saat magang saya menerima gaji satu koma lima juta rupiah dan sekarang saya menerima dua koma seribu rupiah.

  

PAK NUG
Nah, sudah naik lima juta koma seribu rupiah (tersenyum puas).

  

GINA
(jengkel)
Anda berjanji akan memberikan gaji minimal di atas dua koma lima juta …

  

PAK NUG
(angkuh)
Janji saya menaikkan gaji. Gajimu sudah naik. Bahkan lebih tinggi dari UMP Kota lho. Sekarang, silakan keluar ruangan.

 

Pak Nug menunjuk pintu ruangannya.

 

GINA (V.O.)
Bos macam apa yang ingkar janji seperti ini?

 

Gina menatap Pak Nug dengan sangat jengkel. Kemudian berbalik badan berjalan menuju pintu. Tepat saat Gina hendak membuka pintu, Pak Nug beranjak dari kursinya. Berjalan menghampiri Gina.

 

PAK NUG
(setengah berbisik)
Sebagai gantinya supaya kamu tidak kecewa, saya angkat jadi pemimpin redaksi.

 

Gina menoleh ke arah Pak Nug dengan tatapan semakin jengkel.

 

GINA
(jengkel)
Kalau saya jadi pemimpin redaksi, terus yang jadi editornya siapa?

 

PAK NUG
Ya tetap kamu dong, masak saya. Nanti yang jadi direkturnya terus siapa dong? Masak kamu (tertawa meledek).
(beat)
Hanya untuk sementara waktu (berbisik ke telinga Gina, seakan terlihat meyakinkan).

 

GINA (V.O.)
Sakit nih orang. Gampang banget ngubah posisi karyawan, semaunya lagi. Kemarin habis maki orang, terus mecat orang. Sekarang, enak kali naik-naikin jabatan gitu aja. Maksa double job lagi. Ketahuan Pak Wisnu baru tahu rasa!

 

Gina segera membuka pintu, lalu keluar ruangan secepat mungkin. Pak Nug terlihat senyum-senyum sendiri, kedua tangan ia masukkan ke saku jasnya.


CUT TO

 

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar