Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Adam
Suka
Favorit
Bagikan
8. Sequence 8: Pilihan Adam

112.INT. RUMAH KONTRAKAN ADAM - RUANG MAKAN - NIGHT

Nadia dan Adam baru selesai makan.

ADAM

Nadia.

NADIA

Iya, yah.

ADAM

Nadia seneng ngga mau punya ibu baru?

Nadia mengangguk.

NADIA

Tapi. Ayah ngga pernah kasi tau ibu kandung aku siapa.

Adam terdiam.

ADAM

Kalau Nadia disuruh pilih, Nadia pilih ibu kandung Nadia atau Tante Wita?

Nadia berpikir.

NADIA

Nadia pilih yang bikin ayah bahagia.

Adam tak mengantisipasi jawaban itu. Ia seketika menangis.

NADIA

Ayah.. ayah kenapa?

ADAM

Ngga apa-apa sayang.

Adam berdiri, memeluk Nadia dengan erat.

ADAM

Ayah sayang banget sama Nadia.

NADIA

Aku juga sayang sama ayah.

113.INT. RUMAH KONTRAKAN ADAM - KAMAR - MOMENTS LATER

Adam masuk ke kamarnya. Terlihat Sari terlelap. Ia duduk di samping ranjang. Ia perhatikan wajah Sari.

114.EXT. SEBUAH SEKOLAH MENENGAH ATAS SMA - DAY (FLASHBACK)

Puluhan siswa SMA merayakan kelulusan mereka. Mencoret pakaian sekolah dengan cat semprot, merokok, minum alkohol. Sari ada di antara mereka. Adam, juga mengenakan seragam SMA, tak ikut berpesta. Hanya memperhatikan Sari dari kejauhan. Adam mendekati Sari. Seragam Sari penuh coretan, lipstiknya tebal tak karuan.

ADAM

Sar, ngga baik ngerokok gitu.

SARI

Apaan sih lo kunyuk?

ADAM

Balik jam berapa? Aku anter ya?

Sari tak menjawab. Adam memahami penolakan.

115.EXT. LORONG JALANAN - NIGHT (FLASHBACK)

Sebuah lorong jalan yang sempit di malam hari. Beberapa wanita tuna susila menjajakan diri. Sari berbusana seronok, merokok, berbincang dengan seorang pria. Adam sedang berjalan bersama dua orang teman di lorong jalan itu. Pria yang berbincang dengan Sari mencium pipinya, lalu pergi.

ADAM

(ke teman-temannya)
Eh kalian duluan deh.

Teman-teman Adam berlalu. Ia mendekat ke Sari.

ADAM

Sar?

SARI

Huh?

ADAM

Ini gw Adam.

Sari melihat Adam dari ujung kepala ke ujung kaki.

SARI

Oh. Satu SMA kita?

ADAM

Iya. Lo kerja begini?

Wajah Sari menunjukkan rasa tak enak.

SARI

Iya. Kenapa? Mau nge-judge gw lo?

Adam menggeleng.

ADAM

Emang ga ada kerjaan lain?

Sari naik pitam, membanting rokok.

SARI

Siapa nama lo? Adam? Adum? Ngga usah ikut campur deh.

ADAM

Sorry, sorry.

Adam mengeluarkan secarik kertas dari tasnya, ia tuliskan sesuatu di kertas itu dan memberikannya ke Sari.

ADAM

Ini nomer gw.

SARI

Lo mau ngebooking gw?

ADAM

Engga, engga. Mau ngajak ngobrol pas lo ngga sibuk.

Sari menyimpan kertas itu di tasnya dan pergi.

116.INT. SEBUAH RUKO KOSONG - NIGHT (FLASHBACK)

Sari tergeletak di lantai. Bajunya berantakan. Tetiba ia terbangun. Menangis, meraung. Ia merogoh tasnya, mengambil ponsel.

Ia kebingungan. Ia melihat kertas di dalam tas, nomer telepon Adam. Menghubungi.

SARI

Dam.. dam..

Sari terus menangis.

SARI

Tolong gw, dam..

117.INT. SEBUAH RUKO KOSONG - MOMENTS LATER (FLASHBACK)

Sari masih menangis, duduk di lantai. Adam datang, berusaha membantu Sari.

SARI

Dam.. gw diperkosa dam..

Adam terperangah.

ADAM

Sar..

SARI

Tolong gw dam..

ADAM

Kita ke rumah sakit sekarang.

Adam membantu Sari berdiri, keluar dari ruko.

117.INT. RUMAH KONTRAKAN ADAM - KAMAR - NIGHT

Adam hampir menangis mengenang memori. Ia perhatikan sebuah kertas di samping bantal Sari. Ia ambil kertas itu. Ia baca.

SARI (V.O.)

Assalamualaikum, Bang Adam. Aneh ya aku panggil Bang? Selama kita dulu bersama, aku ngga pernah manggil kamu Bang. Maaf tulisan tanganku jelek. Lewat tulisan ini, aku ingin meminta maaf. Meminta ampun sama bang Adam.

Adam langsung menangis.

SARI (V.O.)

Aku istri durhaka. Aku ibu yang meninggalkan anaknya. Aku manusia yang penuh dosa. Maafkan, bang Adam. Aku sudah sangat senang bisa melihat dan menyentuh Nadia lagi. Kamu begitu baik, mengizinkanku bersama anakku lagi.

Adam makin sesenggukkan.

SARI (V.O.)

Bang Adam, menikahlah. Kau berhak bahagia. Nadia berhak bahagia. Maafkan aku. Sari.

Adam tertunduk lesu.

118.EXT. RUMAH HAJI RAMLI - DAY

Hari akad telah tiba. Rombongan keluarga Adam disambut gema pukulan rebana dan shalawat. Rumah Haji Ramli disulap menjadi area resepsi dengan tenda-tenda besar. Adam terlihat ragu, tak bahagia.

Rosita mendorong kursi roda Sari. Nadia memegang tangan Adam. Zul menahan haru. Di sela-sela kerumunan, Ferdy menatap Adam.

119.INT. RUMAH HAJI RAMLI - MOMENTS LATER

Teras rumah Haji Ramli didesain sebagai tempat akad. Adam duduk di kursi pengantin pria. Penghulu tengah bersiap. Keluarga besar Juwita lengkap. Haji Ramli berdiri di samping Adam.

ADAM

Ji, boleh bicara sebentar?

HAJI RAMLI

Iya, Dam?

ADAM

Ada yang--

HAJI RAMLI

Eh bentar-bentar. Gw ngobrol sama Ferdy bentar.

Adam tertegun. Ia menatap Ferdy dari jauh.

120.EXT/INT. RUMAH HAJI RAMLI - DAY (CONTINUOUS)

Haji Ramli berbincang dengan Ferdy. Sang polisi memberikan beberapa kertas sambil berbisik ke Haji Ramli. Adam memperhatikan dari meja akad. Wajah Haji Ramli tiba-tiba merah padam.

Adam memahami, sebuah kemarahan akan menimpanya. Ferdy terus berbisik, menunjuk-nunjuk kertas yang ia telah berikan. Juwita keluar dari rumah, anggun. Ia duduk di samping Adam. Beberapa anggota keluarga memberi kode kepada Haji Ramli untuk segera masuk.

Haji Ramli berjalan ke arah meja akad. Ferdy mengikutinya.

121.INT. RUMAH HAJI RAMLI - DAY (CONTINUOUS)

Adam masih berdiri, menatap Juwita dengan wajah haru.

JUWITA

Bang, kenapa?

Haji Ramli semakin mendekat.

ADAM

Maafin aku, Wi. Maaf.

JUWITA

Maaf kenapa?

Haji Ramli mendekat ke Adam - PLAK!- Haji Ramli menampar pipi kiri Adam. PLAK! Giliran pipi kanan Adam. Semua hadirin berdiri, terdiam. Adam menunduk.

Haji Ramli kembali menampar pipi kiri Adam. Zul berusaha intervensi, Adam melarang. Rosita, Sari dan Nadia menangis.

HAJI RAMLI

Gw buka pintu rumah gw. Gw kasih anak gw. Ini balesan lo?

Haji Ramli kembali menampar pipi kanan Adam.

ADAM

Saya bisa jelasin, Ji.

HAJI RAMLI

JELASIN APE!? Itu cewe di kursi roda bini lu kan?

ADAM

Ji--

HAJI RAMLI

Itu ibunya Nadia, kan?

Nadia terkejut. Haji Ramli kembali menampar Adam. Bibirnya kini berdarah. Juwita menangis, memeluk Haji Ramli.

JUWITA

Beh, udah beh, dengerin Bang Adam dulu.
(ke Adam)
Bang, bilang ini semua ngga bener bang.

Adam terdiam, gemetar. Semua orang menunggu jawabannya.

ADAM

Benar.

Tangisan Juwita makin menjadi-jadi.

HAJI RAMLI

Jadi istri lo sakit. Terus sekarang lo ingin jadiin anak gw istri kedua lo?

Haji Ramli kembali mengayunkan tangan tapi kini Zul berhasil mengintervensi, menahan tangan Haji Ramli.

ADAM

Tidak ada niatan saya begitu, Ji.
(melihat ke Sari)
Namanya Sari.

Air mata Sari meleleh, ia menatap Adam dari atas kursi roda.

ADAM

Delapan tahun lalu, ia meninggalkan saya dan anak kami, Nadia. Dia hilang, tak pernah kembali. Sejak saat itu, saya membesarkan Nadia sendiri. Tak pernah memberitahu Nadia, siapa nama ibunya. Kenapa ia pergi.

Para hadirin terpaku mendengarkan.

ADAM

Hingga di hari lamaran bulan lalu. Ia tiba-tiba datang, diantar seorang sopir taksi. Sudah dalam keadaan sakit.
(beat)
Sari meminta untuk bisa kembali menemui Nadia. Itu saja, ji. Saya mohon maaf telah berbohong.

Haji Ramli masih kesal. Mondar-mandir.

HAJI RAMLI

Kalian pisah. Tapi lo ga pernah menceraikan dia kan?

Para hadirin saling lihat.

ADAM

Tidak, Ji.

HAJI RAMLI

Bangsat emang lo, dam. Lo bohongin gw, keluarga gw.

JUWITA

Beh.. udah beh..

Haji Ramli kini menggoreng Juwita.

HAJI RAMLI

Ini wi. Ini laki-laki pilihan lo. Yang lo bilang orang baek. Orang soleh.

Juwita mengatur nafas.

JUWITA

Wita ikhlas.

Haji Ramli terkejut. Ferdy terkejut.

JUWITA

Sekarang, bang Adam pilih.

Adam terdiam.

JUWITA

Pilih aku atau Sari.

Air mata Adam meleleh. Zul dan Rosita menatap Adam, menunggu jawaban. Adam memandang Sari.

JUWITA

Pilih, bang.

Adam lalu menatap Nadia.

122.INT. RUMAH KONTRAKAN ADAM - RUANG MAKAN - DAY

Sebuah ember kecil berisi air hangat di samping kursi roda. Adam membersihkan kaki Sari dengan kain basah.

ADAM

Nadiaaa. Cepet sarapan.

NADIA (O.S.)

Iya yaaah.

Sari terlihat haru. Adam memandangnya.

ADAM

Kenapa Sar? Kok kamu kayak sedih?

Sari hanya tersenyum, air matanya tiba-tiba meleleh. Adam berdiri, memeluk Sari. Nadia keluar dari kamar, ikut memeluk kedua orangtuanya.

((END))

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar