Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Adam
Suka
Favorit
Bagikan
2. Sequence 2 : Menghapus Ragu

19.INT. RUMAH KONTRAKAN ADAM - KAMAR - NIGHT

Adam memegang beberapa foto. Ia perhatikan foto Nadia saat masih bayi, saat sedang merangkak. Ia lihat foto selanjutnya, Nadia dengan seragam Taman Kanak-Kanak. Dalam foto lain, Nadia balita belajar naik sepeda.

NADIA (O.S.)

Ayaaah.

ADAM

Iya. Dimakan sayurnya sayang.

Di foto terakhir, Nadia dan Adam tersenyum lebar di sebuah taman bermain.

20.INT. RUMAH KONTRAKAN ADAM - RUANG MAKAN - NIGHT

Nadia dan Adam baru selesai makan. Nadia meneguk air putih, Adam memperhatikannya.

ADAM

Nadia.

NADIA

Mmm.

ADAM

Kalau tante Juwita jadi ibunya Nadia, gimana?

Nadia terdiam, memperhatikan piring kosong di hadapannya.

ADAM

Nadia sayang kan sama Tante Juwita?

Nadia mengangguk. Tak ada respon lagi. Adam agak mati langkah.

ADAM

Kamu inget ngga waktu kita jalan-jalan ke kebon binatang?

Nadia kembali mengangguk, senyum kecil muncul di wajahnya.

ADAM

Tante Wita beliin apa waktu itu?

NADIA

Beliin es krim, balon, boneka, banyak ayah.

ADAM

Nadia seneng ngga?

NADIA

Seneng.

ADAM

Tante Wita sayang banget sama Nadia.

Nadia terdiam sejenak.

NADIA

Emang ibu Nadia ke mana sih ayah?

Adam mengatur nafas.

ADAM

Ibu Nadia pergi waktu Nadia masih bayi.

NADIA

Namanya siapa?

Tok tok tok! Suara ketukan pintu.

NARTI (O.S.)

Assalamualaikum!

ADAM

Walaikumsalam.

Adam memberikan ponselnya ke Nadia.

ADAM

Kamu nonton youtube dulu ya, ayah ngobrol dulu sama bu Narti.

Nadia mengangguk agak lesu. Adam berjalan ke depan rumah, membuka pintu.

ADAM

Masuk bu.

NARTI

Makasih, dam.

NARTI (50-an) agak gemuk, membawa plastik hitam agak besar.

NADIA

Bu Narti.

NARTI

Eeeh, cah ayu. Udah makan, nak?

NADIA

Udaah.

Nadia masuk ke kamar. Narti membongkar isi plastik di atas meja makan.

NARTI

Cakwe, kacang, seledri--

ADAM (O.S.)

Seledri masih ada.

NARTI

Ya nanti kan habis. Kerupuk, tongcai, daun bawang.. sama bawang goreng.

Adam datang dengan uang tunai di tangan, memberikannya ke Narti.

ADAM

Makasih ya, bu.

NARTI

Kamu ngga mau bawa sate, dam? Lumayan lho.

ADAM

Engga lah bu, ngga muat. Nanti aja kalo saya udah punya warung bubur sendiri.

NARTI

Kalo kamu punya warung, aku jadi asisten, Dam.

ADAM

Iyaa.

Narti beranjak, Adam mengikuti. Namun, Narti berhenti dan duduk di sofa.

NARTI

Dam. Aku denger dari bu Nainggolan, ada polisi dateng ke rumah Haji Ramli.

ADAM

Iya, Wita udah cerita. Mau kenalan katanya.

Narti agak berbisik.

NARTI

Lho.. ngelamar, Dam.

Adam terdiam.

NARTI

Dia keponakannya Bu Dewi, waktu kecil pernah tinggal di sini. Wong aku inget dia main bola di lapangan. Sekarang uwis dadhi polisi.

Adam tak merespon.

NARTI

Tapi tenang, dam. Juwita iku kepincut karo sampeyan.

Adam berdiri, memberi gestur Narti untuk segera pergi.

ADAM

Halah, Bu Narti.

Narti berdiri, beranjak.

NARTI

Lhoo, aku biar gini intel, dam.

ADAM

Intel bubur ayam.

NARTI

Lhoo, sepele.

ADAM

Makasih ya, bu.

NARTI (O.S.)

Sama-sama, Dam. Assalamualaikum.

ADAM

Waalaikumsalam.

Adam berdiri di depan pintu, senyumnya surut perlahan.

21. EXT. RUMAH HAJI RAMLI - DAY

Sebuah bangunan sederhana dengan halaman yang luas khas rumah Betawi. Dua buah mobil terparkir.

HAJI RAMLI (O.S.)

Wii.. Witaa.

JUWITA (O.S.)

Iya beeeh.

22.INT. RUMAH HAJI RAMLI - RUANG TAMU - DAY

Juwita mencari sesuatu di dalam tas. Bedak di wajah agak tebal, kemejanya sedikit berkerut. HAJI RAMLI (60-an) berkumis tebal, peci di kepala, datang membawa secangkir kopi dan duduk di sofa.

HAJI RAMLI

Wi, duduk bentar.

Juwita masih mencari.

HAJI RAMLI

Nyari ape si lu?

JUWITA

Kunci mobil.

HAJI RAMLI

Ono di meja.

JUWITA

Astaghfirullah.

Juwita segera menyerobot kunci, beranjak ke pintu depan.

HAJI RAMLI

Heh, heh, duduk dulu.

JUWITA

Aduh beh, telat nanti.

HAJI RAMLI

Dari pade telat nikah?

Juwita cemberut, duduk di sofa.

HAJI RAMLI

Cakep bener anak gw.

JUWITA

Buruan.

HAJI RAMLI

Wi. Jadi kan si Adam?

JUWITA

Iye beh. Hari minggu kemari.

HAJI RAMLI

Mantep.

Haji Ramli menyeruput kopi.

JUWITA

Udeh?

HAJI RAMLI

Lu kenapa sih mau-mauan sama si Adam?

Juwita bersiap.

HAJI RAMLI

Kan diye--

JUWITA

Miskin? Tukang bubur?

HAJI RAMLI

Astaghfirullah. Gw juga dulu miskin, Wi.

JUWITA

Terus?

HAJI RAMLI

Elu kan udah 27. Lu anak terakhir gw yang belom nikah. Gw mau lu dapet yang terbaik.

JUWITA

Iye, beh.

Haji Ramli menunggu.

JUWITA

Dari semua laki yang Wita pernah temuin, pernah deket, Wita paling sreg sama Bang Adam. Wita udah cerita sama babeh, ketemu bang Adam waktu ikut bantuin orang-orang miskin daerah sini pas COVID.
(beat)
Orangnye tulus. Baek.

HAJI RAMLI

Diye kan duda 1 anak, Wi.

JUWITA

Ya terus?

Haji Ramli agak gusar.

HAJI RAMLI

Kenape ga cari perjaka? Belom ade buntutnye.

JUWITA

Wita udah sering maen sama Nadia. Anaknya pinter beh, sopan. Kalo emang jodoh sama Bang Adam, Wita ikhlas.

Haji kembali menyeruput kopi.

HAJI RAMLI

Lu kan kerja di sturup--

JUWITA

Startup.

HAJI RAMLI

Iye. Emang ga ade laki-laki bagus di sono?

JUWITA

Ye ade. Tapi gitu deh beh, belom ape-ape udah minta macem-macem.
(beat)
Bang Adam ngga gitu. Diye hormatin Wita sebagai perempuan.

Haji Ramli tersenyum.

HAJI RAMLI

Gw demen kayak gini. Lu biar kata begajulan, masih inget agama.

Wita cemberut.

HAJI RAMLI

Oke. Lu udah punya sikap. Tapi gw mesti adil. Kite pake care babeh.

WITA

Beh--

Jari telunjuk Haji Ramli menghentikan Wita.

HAJI RAMLI

Ini usahe gw sebagai babe lu. Pokoknye lu jangan kasih tau Adam.
(beat)
Biar ape?

Wita terdiam sejenak.

WITA

Biar adil.

HAJI RAMLI

Nah itu.

Haji Ramli menyeruput kopi, puas. Wita agak murung.

23.INT. WARTEG - DAY

Adam duduk di salah satu meja kosong. Tak jauh darinya, seorang wanita muda merokok selepas makan. Adam memperhatikannya.

24.EXT. RUMAH PETAK ADAM - NIGHT (FLASCHBACK)

Sari sedang merokok sambil menatap layar ponsel. Adam muncul dari dalam rumah.

ADAM

Sar. Ngga baik perempuan ngerokok.

SARI

Terus kalo laki, boleh?

Adam terdiam. Ia memperhatikan dandanan Sari yang menor.

ADAM

Mau ke mana, Sar?

SARI

Main sama anak-anak.

ADAM

Terus Nadia gimana?

Sari terlihat kesal.

SARI

Lo bawel deh, dam. Emang cuma gw orangtua Nadia?

Sari membanting rokoknya, mengambil tas di meja halaman rumah dan beranjak. Adam memperhatikan dengan wajah khawatir.

ROSITA (V.O.)

Dam. Dam!

25.INT. WARTEG - DAY

Adam terkejut. ROSITA (40-an), kurus, berjilbab, berdiri di hadapannya. Ia membawa koper ukuran sedang.

ROSITA

Siang-siang kok ngelamun.

Rosita duduk.

ADAM

Sorry, kak.

ROSITA

Gimana ponakanku?

ADAM

Sehat, alhamdulillah. Kak Ros ngga bilang bang Zul kan?

ROSITA

Belum. Kurusnya badanmu.

ADAM

Ya emang segini dari dulu.

Rosita tersenyum.

ROSITA

Jadi gimana?

Adam terdiam, berpikir.

ROSITA

Kalau emang dia baik, keluarganya baik, nikahlah, dam.
(ke pelayan)
Mbak, es teh manis satu!

ADAM

Kakak diabetes mesennya kok es teh manis.

ROSITA

Hidupku udah pahit, dam. Sedikit gula ya ngga apa-apa.

Adam menghela nafas.

ROSITA

Udah kau gausah mikirin aku, jadi kapan lamarannya?

ADAM

Belum lamaran. Bapaknya mau ngajak aku ngobrol dulu. Besok.

ROSITA

Nah, cocok itu.

Pelayan membawa segelas es teh manis, menaruhnya di meja. Mimik wajah Adam semakin serius.

ROSITA

Kenapa? masih suka kepikiran Sari?

Adam tak menjawab. Rosita mengaduk es teh.

ROSITA

Kesedihan itu hendaklah segera sirna digantikan oleh sukacita. Ingat kata papa dulu?

ADAM

Tapi, kak--

ROSITA

Sudah lama kau sendiri. Laki-laki Batak harus tegar. Harus kuat.

Adam agak terharu.

ROSITA

Jangan kesedihanmu kau turunkan ke anak. Dia berhak bahagia.

ADAM

Kalau aku gagal lagi, gimana kak?

ROSITA

Orang gagal masih bisa hidup, dam. Orang yang ngga melangkah karena takut gagal, itulah yang mati.

Rosita menyeruput minumannya.

ROSITA

Menginapnya aku di rumahmu?

26.INT. RUMAH PETAK ADAM - KAMAR - DAY

Adam menyisir rambut, membasuh sedikit kerutan di kemeja putihnya. Nadia dan Rosita memperhatikan.

NADIA

Udah ganteng, yah! Ya kan tante Ros?

ROSITA

Ah dipanggilnya aku tante. Panggil Bou sayang. Bou Ros.

NADIA

Oh iya, Bou.

Adam tersenyum.

ROSITA

Nadia. Ayahmu ini dulu banyak yang suka. Lihat itu matanya, bibirnya--

ADAM

Udah, udah.

Nadia tertawa.

ROSITA

Hidungnya, senyumnya.

Ros dan Nadia terus cekikikan.

27.EXT. PERKAMPUNGAN BETAWI - DAY

Motor Adam melaju dengan kecepatan rendah. Sebuah parsel buah terikat di jok belakang motor. Terlihat beberapa rumah khas Betawi, beberapa orang lalu lalang.

28.EXT. RUMAH HAJI RAMLI - DAY

Motor Adam sampai di depan rumah Juwita. Terlihat beberapa mobil terparkir di halaman, salah satunya mobil bernomor plat polisi.

29.INT. RUMAH HAJI RAMLI - DAY

Haji Ramli tengah berbincang dengan tiga pria di ruang tamu. ANTON (30-an) berbusana batik lengan panjang. Tampan, berbadan tegap. INDRA (20-an) memakai kemeja putih dibalut jas hitam. FERDY (30-an), menggunakan seragam polisi dengan satu melati di pundak.

HAJI RAMLI

Ya gitulah Juwi. Anaknye emang keras. Hahahaha.

Adam berdiri di daun pintu.

ADAM

Assalamualaikum, Ji.

HAJI RAMLI

Waalaikumsalam. Eh, dam, duduk.

Juwita datang mengambil parsel buah dari Adam, lalu kembali masuk. Ketiga pria lain memandangi Juwita. Adam duduk terpisah dari tiga pria yang bersandar di sofa panjang.

ADAM

Maaf ji, saya telat.

HAJI RAMLI

Gapapa. Nah, semue udah ngumpul, gw mulai ye. Biar kata lu orang ibaratnye berkompetisi gitu, kite jalin silaturahim.

Adam agak terkejut sambil melihat Juwita yang mengintip dari balik tirai.

HAJI RAMLI

Ini Anton, anak Haji Nuim, kerja di mana sekarang Ton?

ANTON

Saya di perbankan, Ji.

HAJI RAMLI

Ape sekarang, manajer?

ANTON

Iya, Ji. Manajer Cabang di Semarang. Insya Allah masa depan Juwita terjamin, Ji.

Adam agak pucat.

HAJI RAMLI

Hahaha bisa aje lu. Nah ini Indra, anak juragan sembako di Rawamangun. Jadi lu nerusin usaha babeh lu?

INDRA

Engga, Ji. Saya Lawyer di Himawan & Partners. Ya salah satu law firm terbesar di Indonesia.

HAJI RAMLI

Masya Allah. Loyer Gajinye dollar ye?

INDRA

Ya Alhamdulillah, Ji. Banyak klien dari luar negeri juga.

Haji Ramli geleng-geleng terkesima.

HAJI RAMLI

Mantep. Nah nyang ini, komandan kite nih, bang Ferdy. Tugas di Polda Metro ye?

FERDY

Siap, Ji.

Tegas, berkarisma.

HAJI RAMLI

Bapak ente jenderal gw denger?

FERDY

Siap, purnawiran, Ji. Waktu bapak saya tugas di Papua, saya dititipin tinggal di daerah sini sama tante saya.

HAJI RAMLI

Oh iye, bu Dewi ye?

FERDY

Siap, Ji. Insya Allah, saya akan membahagiakan Juwita. Cinta pertama saya.

Ferdy melirik Juwita yang masih mengintip di balik tirai.

HAJI RAMLI

Insya Allah, Insya Allah. Nah yang ini Adam.

Kemeja putih lusuh dengan celana bahan tua. Ketiga tamu melihat Adam dari atas ke bawah.

HAJI RAMLI

Adam nih tukang bubur keliling sini.

Indra tersedak, tertawa kecil. Anton tersenyum, sementara Ferdy menatap Adam agak tajam.

ADAM

Salam kenal bapak-bapak.

HAJI RAMLI

Anak sehat, dam?

ADAM

Alhamdulillah, sehat, Ji.

HAJI RAMLI

Itu yang penting. Kalo anak sehat, seneng, kite orang tua udeh berhasil.

ANTON

Jadi mas Adam sudah punya anak?

ADAM

Iya, putri saya satu-satunya. Dari pernikahan sebelumnya.

Anton dan Indra mengangguk, meremehkan. Ferdy tetap dingin.

HAJI RAMLI

Oke, biar ga lama-lama, gw langsung aje. Ente semua punya niat baik minang Juwita, anak terakhir gw. Pertama-tama, makasih. Gw terima niat baiknye dengan tangan terbuka.

Adam terlihat agak tegang.

HAJI RAMLI

Gw bakal milih calon terbaik dengan dua syarat. Satu, untuk resepsi nikah, tolong siapin duit lima puluh juta.

Indra dan Anton tersenyum.

HAJI RAMLI

Gw sebenernye ga butuh-butuh amat. Kalo cuma buat resepsi, kecil. Tapi duit itu bukti komitmen. Laki-laki tugasnye ngasi nafkah. Cari duit. Jadi buktiin.

Ferdy terlihat dingin. Adam semakin pucat.

HAJI RAMLI

Sanggup?

ANTON

Sanggup, Ji.

INDRA

Aman, Ji.

FERDY

Siap, ji.

HAJI RAMLI

Dam?

ADAM

Insya Allah, Ji.

Haji Ramli tersenyum.

HAJI RAMLI

Kedue. Untuk mas kawin, gw minta lu semua..

Keempat kandidat melihat Haji Ramli dengan tegang.


Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar