Cuplikan Chapter ini
Pagi itu langit Cihara masih diliputi kabut tipis Angin dari arah laut menyelusup lembut ke sela-sela rumah panggung membawa aroma asin dan tanah basah Boedy berjalan melewati pematang sawah yang sudah mulai retak-retak menandakan musim kemarau yang keras Kakinya menyentuh lumpur yang mengering tapi hatinya tergerak oleh cerita yang semalam ia dengar dari wargatentang seorang petambak yang nyaris menyerah Namanya Pak Tamin lelaki tua dengan wajah legam terbakar matahari dan sorot ma