Cuplikan Chapter ini
Mbah Asemo menua dengan menghabiskan sebagian besar waktu hidupnya untuk melenyapkan penasarannya Kepenatan pikiran dan lelah tubuhnya selama bertahun-tahun tidak dia pedulikan demi penasarannya lenyap Dan agar dia tidak mati penasaranTubuhnya ringkih kerentaan dan bertubi-tubi penyakit mulai menyerang Mbah Asemo Namun ketegaran tetap tampak dari wajah berhidung bangir itu Meski hari-harinya kebanyakan berbaring di tempat tidurnya dia tetap tersenyum bila dikunjungi cucunya yang gemar