109. Pulau Kalimantan juga dikenal dengan nama lain yaitu, Borneo. Pulau Kalimantan adalah pulau ketiga terbesar di dunia. Nama Borneo berasal dari kesultanan Brunei.
110. Pulau Sumatera juga dikenal dengan nama lain yaitu, Pulau Percha, Andalas dan Suwarnadwipa (bahasa Sanskerta, berarti 'pulau emas'). Pulau Sumatera adalah pulau keenam terbesar di dunia.
111. Ketika kesultanan Malaka jatuh ke tangan Portugis pada 1511, Sultan Malaka terakhir, yaitu Sultan Mahmud Syah mundur ke Kampar, Sumatera. Ia tinggal disana hingga meninggal. Sultan Mahmud meninggalkan dua pangeran bernama Sultan Alauddin Riayat Syah dan Sultan Muzaffar Syah. Nantinya Sultan Alauddin Riayat Syah mendirikan Kesultanan Johor dan Sultan Muzaffar Syah mendirikan kesultanan Perak. Keturunan Sultan Mahmud di abad 17, Raja Kecil dari kerajaan Pagaruyung mendirikan Kesultanan Siak Sri Indrapura di Buantan pada tahun 1723. Raja kecil juga dikenal dengan nama Sultan Abdul Jalil. Raja Kecil melakukan perluasan wilayah kesultanan Siak di Sumatera dan Semenanjung Malaya, yaitu Rokan, Bintan hingga Johor. Pada tahun 1717 Raja Kecil atau Sultan Abdul Jalil menguasai Kesultanan Johor sekaligus mengukuhkan dirinya sebagai Sultan Johor, dengan gelar Yang Dipertuan Besar Johor. Pada abad ke-18, Kesultanan Siak telah menaklukkan kesultanan Langkat, Deli, Serdang, Asahan, Selangor dan sebagainya.
112. Kerajaan Negeri Sembilan berasal dari para perantau dari Minangkabau. Besarnya peran orang-orang Minang di sana, membuat rakyat Negeri Sembilan selalu pergi ke Minangkabau agar Raja Pagaruyung memberi mereka pemimpin. Pada tahun 1773 Raja Pagaruyung mengirim Raja Melewar atau Raja Mahmud menjadi raja pertama Negeri Sembilan. Begitu pula dengan raja kedua, yaitu Raja hitam pada tahun 1798. Begitu pula dengan raja ketiga, yaitu Raja Lenggang pada tahun 1808. Sebelum Raja Lenggang meninggal pada tahun 1824, Raja Lenggang mengatakan keinginannya bahwa Tuanku Radin dijadikan Yang Di-Pertuan Besar. Dengan keputusan ini, maka datuk-datuk undang tidak lagi melakukan perjalanan ke Pagaruyung. Dan untuk pertama kalinya dalam sejarah, Negeri Sembilan memiliki seorang pemimpin turun-temurun.
113. Muhammad Delikhan atau Tuanku Sri Paduka Gocah Pahlawan, bergelar Laksamana Khoja Bintan adalah seorang tokoh pendiri Kesultanan Deli. Dia seorang keturunan bangsa India yang diangkat menjadi panglima dan ditugaskan oleh Sultan Iskandar Muda dari Kesultanan Aceh Darussalam pada tahun 1612 untuk memerintah di daerah bekas Kerajaan Aru dan melawan bangsa Portugis di wilayah tersebut.
114. Volksraad atau Dewan Rakyat adalah sebuah lembaga penasihat bagi gubernur jendral Hindia-Belanda.
115. "Jangan tembak! Kami adalah warga sipil!"
116. "Tunjukkan wajahmu!
117 "Di sini tidak ada tentara. Hanya ada warga sipil, orang tua, ibu, dan anak-anak!""
118. Yano Kenzo adalah adalah seorang birokrat Jepang. Pada 1 Agustus 1942, Yano ditunjuk oleh Angkatan Darat Kekaisaran Jepang sebagai Gubernur Sumatera Barat, ketika daerah itu berada di bawah kekuasaan Angkatan Darat Divisi ke-25. Ia menjadi satu-satunya pemimpin sipil yang ada di daerah pendudukan Jepang di Indonesia. Namun, karena sikapnya yang menentang kebijakan Jepang di daerah pendudukan, ia mengundurkan diri sekaligus mengakhiri karirnya sebagai birokrat pada akhir Maret 1944. Salah satu peninggalan Yano saat menjabat adalah Kerukunan Minangkabau (Gui Gan), badan yang diinisiasi untuk mengkonsolidasi kekuatan para elite Minangkabau. Anggotanya berasal dari setiap distrik dan subdistrik, terdiri dari kepala nagari, kepala adat, para ulama, pemuda, dan kelompok terpelajar.
119. "Selamat malam, Yano Kenzō-san. Nama saya Irwansyah."
120. "Saya ingin pulang, tetapi karena tidak ada kapal ke Sumatra, saya naik kapal tanker Inggris yang masih berlabuh di Maraya."