Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Ambang Senja
Suka
Favorit
Bagikan
Chapter #5
Bab 5. Kala Hati telah terpaut
Chapter ini masih diperiksa oleh kurator
30. "Assalamu"alaikum. Mbok Yem ada di rumah tidak, Gil?"
31. "Ada kok, Bang, sudah, ayo masuk. Bu! Ada Bang Irwan!"
32. "Wah panjang umur. Ibumu ini sedang memikirkan kamu. Lho kok ya, Abangmu belum mampir sebelum ke Belanda. Apa kabar keluarganya Tengku Rasyid, baik?"
33. "Alhamdulillah keluarga Ayah sehat. O, iya Bu, biasa, ada titipan dari keluarga Ayah Rasyid untuk Ibu dan warga desa di sini."
34. "Barep dan Budi, di mana?"
35. "Barep dan Budi sudah berangkat bekerja ke perkebunan. Terima kasih banyak ya, Wan. Titip salam untuk keluarga Tuan Rasyid."
36. "Jangan ditanya, Gil. Abangmu ini doyannya ngopi. Eh, Wan, makan di sini, ya!"
37. "Wah, enak betul ini!"
38. "Makanan yang banyak, Wan."
39. "Lho, kamu tidak tahu ya?"
40. "Tidak. Soalnya tidak mirip,"
41. "Bapaknya Bang Irwan ini, Orang Melayu asli. Terus, ibunya Bang Irwan itu, ya sepupuku, orang Jawa."
42. "Lho kok mancung, kulitnya Abang juga tidak hitam?"
43. "Hehe. Ibumu ini Jawa tulen. Tapi ibunya Bang Irwan Jawa campuran. Katanya, Bapaknya Arab dengan Jawa. Ibunya Jawa dengan Cina. Mungkin wajahnya sedikit ambil Arab, kulitnya sedikit ambil Cina,"
44. "Lho, tapi kuli-kuli Cina, kulitnya sama hitamnya dengan orang Jawa, bagaimana sih?"
45. "Cina kuli terjemur, Nak. Aslinya ya putih, hehe. Untung Bang Irwan dipelihara Tengku Rasyid, jadinya tidak kejemur, hehehe,"
46. "Karena pinter! Bang Irwan iku sudah yatim piatu sejak kecil. Terus setelah Mbah Deroen yang melihara meninggal, warga kampung Secanggang nganter Abang ke sini. Dulu, Bang Irwan kecil seneng dengerin orang belajar di pondok Tuan Guru Besilam. Kebetulan Wak Rasyid yang sering mampir ngelihat Bang Irwan,"
47. "Aku kan sama pintarnya. Lho, kok tidak diminta Wak Rasyid jadi anak angkatnya?"
48. "Gil, itu airnya sudah panas, buatkan kopi Abangmu dulu, Nak,"
49. "Niatnya bagus. Kalo nanti dilamar orang Belanda, mau tidak?"
50. "Tidak mau! Orang Belanda kaya tapi tidak bisa ngaji. Pokoknya Ragil maunya sama Bang Irwan saja,"
51. "Lha gimana sih, Gil? Saya kan abang kamu. Bang Irwan juga sudah mengenalkan kamu ke kak Farisya, waktu kami ke sini."
52. "Heh? Gil! mulutmu ini lho?"
53. Perjanjian Versailles (1919) adalah suatu perjanjian damai yang secara resmi mengakhiri Perang Dunia I antara Sekutu dan Kekaisaran Jerman.

‹ SEBELUMNYA
Bab 4. Hasut
BERIKUTNYA ›
Bab 6. Merantau ke Negeri Belanda - a
Komentar
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar