Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
201 INT. KAMAR ZEA - PAGI
Alarm dari ponsel Zea berdering. Jam ponsel menunjukkan pukul setengah 5 pagi. Zea membuka mata. Langsung beranjak dari kasur.
Zea berjalan ke kamar mandi.
202 INT. KAMAR ZEA - KAMAR MANDI ZEA - PAGI
Zea mengenakan handuk di kepalanya. Baru saja mandi. Berdiri di depan cermin wastafel. Menyikat gigi dan membasuh wajah dengan santai.
Kita melihat transisi wajah Zea. Dari wajah yang dilihat dari cermin ke wajah Zea yang asli. Kali ini Zea dari cermin dan Zea yang asli sama-sama terlihat menarik. Sosok Zea yang dilihat di cermin dan sosok Zea yang asli sama.
Penampilan Zea yang sekarang berubah kembali menjadi Zea yang dulu.
203 INT. RUMAH ZEA - MEJA MAKAN - PAGI
Zea mempersiapkan makanan untuk keluarganya sarapan.
Zia yang baru bangun dari tidur menghampiri meja makan.
Zia melihat Zea berdiri di dekat meja makan sedang menaruh makanan.
ZIA
Je, kamu kenapa lagi sih. Tumben amat pagi-pagi bikin sarapan buat orang rumah. Aku takut Je.
Zia mengucek matanya. Melihat Zea berubah.
ZIA
Jeje??? Itu beneran kamu Je???
Zia mengucek matanya lagi. Berjalan mendekati Zea.
Zea heran. Mulai panik. Dia takut ada perubahan aneh lagi yang menimpa dirinya.
ZEA
Aku kenapa? Jangan-jangan... jadi nenek-nenek?
Zea panik. Meraba-raba dirinya. Mencoba mencari apa yang salah dari dirinya.
ZIA
Akhirnya Zea balik lagi!!!
Zia memeluk Zea dengan gembira. Rindu akan wajah adiknya yang asli.
ZEA
Hah? Aku udah enggak aneh lagi?
Udah balik lagi kayak dulu?
ZIA
Coba lihat di cermin deh. Eh kamu enggak bisa lihat ya.
Iya tapi beneran kamu balik lagi Je.
Zea lari ke dalam kamarnya.
204 INT. KAMAR ZEA - PAGI
Zea berdiri di depan cermin di kamarnya. Mecoba untuk bercermin. Namun tidak bisa melihat bahwa dia sudah kembali lagi.
Karena selama ini dia selalu melihat dirinya yang asli, yang tidak pernah berubah, sebagai Zea yang cantik.
ZEA
(tersenyum bahagia)
Zea Azela, terima kasih banyak. You did well. Makasih udah selalu melakukan yang terbaik.
Zea berbicara ke dirinya sendiri di depan cermin.
Puk puk puk.
Zea memeluk dirinya sendiri dengan menepuk-nepuk bahunya dengan tangannya sendiri.
Zea berterima kasih ke dirinya sendiri karena sudah melakukan yang terbaik.
Irawan dan Kusuma datang ke kamar Zea. Irawan kaget melihat Zea.
IRAWAN
(ke Zea)
Sini peluk papa.
Zea berjalan ke arah papanya. Mendekap dalam peluknya.
IRAWAN
(ke Zea)
Papa suka versi Zea yang manapun. Yang sekarang, yang kemarin. Semuanya sama. Semuanya Zea.
ZEA
(ke Irawan)
Terus kenapa waktu itu papa kaget banget? Kayak mau pingsan.
IRAWAN
Karena belum terbiasa sama wajah yang baru.
Pelukannya Irawan ke Zea semakin erat.
IRAWAN
Tapi papa lagi kangen sama wajah Zea yang sekarang. Udah lama banget papa enggak lihat Zea yang sekarang.
Kusuma melihat Zea dan Irawan yang sedang berpelukan. Kusuma tersenyum.
Merasa bersalah karena tidak bisa merasakan ketidaknyamanan Zea selama ini.
205 INT. PERUSAHAAN KECIL ZEA - PAGI
Zea, Nata, dan Bia membangun perusahaan rumah produksi film sendiri. Mereka menyewa rumah kecil untuk dijadikan kantor. Bertiga mulai serius merintis perusahaan mereka.
Bia dan Nata sudah ada di kantor.
Zea datang menyapa.
ZEA
(ke Nata dan Bia)
Pagi!
Nata dan Bia melihat Zea datang.
BIA
(ke Zea)
Pagi Je!
Nata terdiam. Terpukau. Baru melihat sosok Zea yang asli untuk pertama kalinya.
Nata tidak berkata apa-apa. Hanya tersenyum sembari melihat Zea.
ZEA
(ke Nata)
Jangan kaget ya kalau ternyata penampilan aku yang sekarang lebih jelek dari yang kemarin.
NATA
Enggak sama sekali.
BIA
Hah? Kamu udah balik ke semula lagi Je?
Zea mengangguk bahagia.
Bia berdiri dari kursi, memeluk Zea. Ikut bahagia.
206 EXT. DEPAN TOKO MUSIK - SORE
Galang dan Zea berhadapan. Mereka berdiri di depan toko musik yang biasanya mereka datangi.
GALANG
Jadi... ini toh wajah Zea yang aku lihat terakhir kali dua tahun yang lalu?
Zea mengangguk.
GALANG
Ternyata jauh lebih cantik.
ZEA
Aku tahu. Semua laki-laki pasti bilang Zea yang kemarin itu jelek. Aku aja yang terlalu naif. Sempat-sempatnya menganggap kamu itu beda dari yang lain.
Galang tertawa.
GALANG
Aku enggak bilang yang kemarin jelek. Aku cuma bilang yang sekarang lebih cantik.
ZEA
Kayaknya maksudnya sama aja deh.
GALANG
Bukan itu yang penting. Yang penting itu aku lagi kangen sama Zea yang ini.
Galang memeluk Zea.
GALANG
Udah 10 tahun lamanya aku lihat Zea yang ini. Waktu aku pulang, aku udah bayang-bayangin bakal lihat Zea yang ini. Eh, kemarin tiba-tiba Zea yang ini hilang. Kan jadinya kangen.
Pelukan Galang semakin erat.
GALANG
Terima kasih ya Je.
ZEA
Terima kasih apa?
GALANG
Karena membuat 10 tahun penantian aku enggak sia-sia.
Karena telah memberikan kupon yang lebih berharga dari pada kupon permintaan maaf.
Zea tertawa kecil.
ZEA
Aku juga mau bilang terima kasih.
GALANG
Karena?
ZEA
Karena kamu bisa menerima aku apa adanya.
Dan bisa membuat aku merasa layak untuk berbagi kehidupan sama kamu.
Terima kasih karena kamu sudah menawarkan diri kamu untuk mau selalu ada di setiap proses hidup aku.
GALANG
Kembali kasih, Zea.
Zea dan Galang masih berpelukan di bawah senja (LONG SHOT).
Zea dan Galang berjalan meninggalkan toko musik. Kita melihat mereka berdua dari sisi belakang berjalan ke arah senja.
GALANG
(ke Zea)
Mau cari rumah kapan?
ZEA
(ke Galang)
Enggak mau tinggal di rumah aku aja?
GALANG
Geli deh aku serumah sama Zia. Sampai sekarang aku enggak sangka kalau aku sama Zia bakal jadi satu keluarga.
Keduanya tertawa.
ZEA (V.O.)
Menjalani hidup penuh makna bersama orang yang kita cinta, senja tidak terlihat seperti sedang menggelapkan hari, tetapi lebih terlihat seperti sedang menyiapkan esok pagi yang lebih cerah.
Dan aku salah. Ternyata, usahaku waktu itu tidak berhasil bukan karena cerita dongeng itu tidak ada. Bukan juga karena aku yang kurang usaha. Tetapi, karena hidup ini selain harus dipenuhi dengan mimpi dan cita-cita, ternyata juga harus dipenuhi dengan... cinta.
Aku hampir lupa hal satu itu.
Untung, di hidupku ada Galang yang mengingatkan.
Oh iya satu lagi. Kita selalu diperbolehkan membuat cerita dongeng untuk kehidupan kita masing-masing. Masalah happy ending atau sad ending, tergantung kita yang membuat cerita. Kali ini, aku ingin hidupku happy ending. Makanya, aku perjuangkan untuk hidupku menjadi happy ending. Dengan usahaku sendiri.
207 INT. PERUSAHAAN AGENSI MUSIK - RUANG MANAGER - PAGI
Ada surat pengunduran diri dari Zea di atas meja managernya (C.U.)
MANAGER
ZEA...!!!
Manager meneriakkan nama Zea sambil meletakkan tangan ke dahinya. Terlihat seperti orang yang sedang pusing kepala.
208 INT. PERUSAHAAN AGENSI MUSIK - RUANG REKAMAN - PAGI
Zia duduk di depan komputer. Menggunakan headset. Memonitor suara hasil rekaman.
TOK TOK TOK. Ada suara ketukan pintu. Zia tidak mendengar.
Ada perempuan yang membuka pintu lalu masuk.
NIA
(ke Zia)
Permisi. Ruangan manager di mana ya?
Zia masih tidak mendengar karena headphone yang dipakainya.
Perempuan itu mendekati Zia. Menyentuh bahu Zia. Memanggil.
Zia secara refleks melepaskan headset dan menoleh ke belakang.
Mata mereka bertemu.
NIA
Permisi, maaf mengganggu. Ruangan manager di mana ya? Meja receptionisnya kebetulan lagi kosong. Ini ruangan yang terdekat setelah masuk.
Zia menatap Nia. Jatuh pada pandangan pertama.
ZIA
Dengan siapa ya?
NIA
(tersenyum)
Nia.
ZIA
Oh untuk posisi marketing dan business development ya?
Nia mengangguk.
ZIA
Mari ikut saya.
Zia berjalan keluar ruangan. Nia pun mengikuti. Kita melihat Zia dan Nia berjalan berdampingan di lorong kantor.
SELESAI