Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
189 EXT. DI DEPAN TOKO MUSIK - SIANG
Zea dan Galang berdiri di depan toko musik. Melihat saxophone yang dipajang di etalase kaca.
GALANG
Kamu ingat kejadian di tempat ini enggak?
Zea berpikir.
ZEA
Waktu jaman kuliah ya?
Galang mengangguk.
ZEA
Aku ingat kita sering lewat sini, tapi aku enggak ingat ada kejadian apa di sini. Cuma ingat kita pernah lewat sini.
GALANG
Kamu tahu enggak kenapa dulu aku mau jadi saxophonist? Padahal jurusan kuliah aku bisnis.
ZEA
Karena kamu suka musik?
Galang tertawa kecil.
GALANG
Percaya enggak dari dulu aku enggak pernah tahu apapun tentang musik. Apalagi suka. Tertarik aja enggak.
(beat)
Percaya enggak kalau aku suka musik itu gara-gara kamu.
ZEA
Hah? Aku pernah suruh atau maksa kamu dengerin lagu K-pop ya?
Galang tertawa lagi. Kali ini sedikit terbahak-bahak.
GALANG
Ternyata kamu memang enggak tahu sama sekali ya.
(beat)
Dulu waktu kita lewat sini. Kamu pernah bilang kalau tipe ideal cowok kamu itu saxophonist.
Zea menganga kaget.
ZEA
Gara-gara itu kamu belajar main saxophone?
Galang mengangguk.
ZEA
Terus kamu suka enggak main saxophone?
GALANG
Awalnya enggak. Tapi karena aku sering banget main saxophone. Karena niat banget ingin bisa. Lama kelamaan jadi kepincut. Jadi suka. Mungkin ini bukti dari peribahasa cinta karena terbiasa kali ya.
ZEA
Kata Zia kamu enggak akan pernah berubah demi orang lain. Ternyata kenyataannya enggak ya.
Mata Galang mengarah ke saxophone. Menatap ke kaca. Malu untuk menatap Zea. Galang dan Zea bisa melihat cerminan diri mereka di kaca
GALANG
Zia benar. Aku enggak akan pernah berubah demi orang lain. Dan aku harap, kamu juga enggak akan berubah hanya demi orang lain, atau demi aku.
Kamu enggak merubah aku dalam hal apapun. Tapi kamu menginspirasi aku.
Aku bisa suka musik, bisa main musik, punya keinginan untuk mendalami musik, sampai bisa kerja di perusahaan agensi musik, yang dimana sekarang aku enjoy banget kerja di situ, semua itu terjadi karena kamu.
Zea baru mendengar hal ini. Zea terlihat sangat kaget. Tapi tetap tenang mendengarkan.
(beat)
Aku cuma mau bilang, kalau semua orang bisa saling menginspirasi. Seperti bagaimana kamu selama ini selalu menginspirasi aku.
Secara enggak langsung kamu udah mendukung aku supaya aku bisa sampai di titik ini.
Aku harap, keberadaan aku juga bisa untuk mendukung kamu supaya bisa sampai di titik yang kamu mau.
Kalau kamu lagi dalam proses mengejar mimpi dan membenahi hidup, aku harap kamu mau memperbolehkan aku untuk ikut di setiap prosesnya.
ZEA
(terbata)
Aku harus menjawab atau merespon apa?
Galang memalingkan pandangannya dari saxophone dan menoleh ke Zea.
GALANG
Udah beberapa kali aku enggak pernah dapat jawaban atau respon sedikit pun dari kamu. Tapi jujur, aku enggak pernah merasa sedih atau merasa enggak nyaman sama kamu.
Tapi kali ini, kalau aku enggak dapat jawaban lagi, kayaknya kepercayaan diri aku bakal turun. Aku bakal mulai merasa enggak nyaman. Dan, aku memutuskan kalau kali ini gagal, aku enggak akan nanya tentang hal ini ke kamu lagi.
Galang tersenyum.
Seperti biasa, Zea hanya diam. Tidak merespon sama sekali.
GALANG
(tertawa)
Pikir baik-baik ya Je. Jangan sampai menyesal melepaskan laki-laki kayak aku.
Zea memaksakan senyum. Senyumnya penuh pikiran.
190 INT. KAMAR ZEA - MALAM
Zea sudah dalam keadaan siap tidur. Sudah berbaring di atas kasur. Tapi tidak bisa tidur. Dalam beberapa detik, selalu merubah posisi.
Zea keluar dari kamar.
191 INT. KAMAR GALANG - MALAM
Galang duduk di kasur. Melihat foto dirinya bersama Zea, Bia, dan Zia.
Hanya menatap foto Zea. Merasa tidak tenang. Ada kegugupan.
192 EXT. DEPAN RUMAH ZEA - MALAM
Zea berjalan mondar mandir di depan rumahnya. Mendongakkan kepalanya ke atas. Menatap langit. Berusaha berpikir. Berusaha mencari jawaban.
193 INT. RUMAH BIA - SIANG
TOK TOK TOK
Zea mengetuk pintu Bia. Zea terlihat mengenakan pakaian untuk lari. Berkeringat. Terlihat sangat kehabisan napas.
Bia membuka pintu. Belum menyempatkan masuk rumah, Zea langsung bercerita dalam keadaan kehabisan napas setelah olahraga.
ZEA
Bi, kemarin Galang bilang kalau dia suka sama aku lagi.
Dan kayaknya yang kali ini serius.
Karena katanya kalau kali ini aku tolak, dia enggak akan pernah tanya aku lagi.
BIA
Galang itu dari dulu ya serius Je. Dari jaman kamu lulus kuliah kamu udah diajak nikah sama dia.
(beat)
Habis ngapain sih ngos-ngosan gitu napasnya.
ZEA
Iya tapi kali ini beda. Kali ini aku benar benar merasa kalau dia tulus banget.
BIA
Bagus dong. Terus masalahnya apa?
ZEA
Aku enggak percaya diri.
BIA
Kenapa?
ZEA
Dia selalu berusaha untuk aku. Dia selalu memantaskan diri dia untuk aku. Tapi aku enggak pernah memantaskan diri aku sendiri.
BIA
Je, hal-hal yang kamu lakukan kemarin itu proses untuk memantaskan diri. Kamu udah menemukan mimpi, menjalani mimpi, membuat hidup jadi lebih berwarna, lebih berarti. Kamu itu udah berusaha memantaskan diri kamu supaya layak untuk bisa sama Galang, atau sama laki-laki manapun yang kamu mau.
(beat)
Kamu harus percaya diri kalau diri kamu memang sudah pantas untuk mendampingi seseorang dan untuk didampingi seseorang.
ZEA
Oke deh Bi. Aku mau lari lagi satu keliling.
Zea berlari keluar. Menjauh dari Bia.
BIA
(menggeleng)
Itu anak satu kenapa sih.
194 INT. RUMAH ZEA - MEJA MAKAN - MALAM
Zea, Bia, Kusuma, dan Irawan sedang makan malam bersama.
KUSUMA
Je, kabar film kamu sama Nata itu gimana? Jadi masuk nominasi?
Zea tidak menjawab. Wajahnya penuh dengan kebingungan.
KUSUMA
Kamu jangan keluar kantor lagi loh. Industri film itu enggak pasti. Belum tentu film kamu itu bisa berhasil di pasaran. Hidup itu cari aman aja. Kan udah enak kerja di satu kantor sama Zia sama Galang, jangan sampai dilepas. Kerja di sana aman, terjamin.
Zea menghela napas. Mengaduk-aduk makanan tanpa memakannya.
195 INT. KAMAR ZEA - MALAM
ZEA
Aaaaaaaaaa!!!!
Pintu kamar Zea terbuka oleh Zia, Kusuma, dan Irawan.
IRAWAN
Yaampun Zea. Papa kira kamu jatuh apa kenapa.
KUSUMA
Udah malam juga pakai teriak-teriak segala.
ZIA
Kenapa?
Wajah Zea berbinar-binar.
Zia, Irawan, dan Kusuma penasaran karena melihat wajah gembira Zea.
ZEA
Film nya masuk nominasi! Bakal diputar di acara pemutaran film nasional!
ZIA
Beneran?
KUSUMA
Yang benar?
Irawan tersenyum lega. Bangga melihat anaknya. Ikut bahagia melihat anaknya yang biasanya mengurung diri, sekarang bahagia.
ZIA
Aku diajak kan? Aku kan udah ikut bantu produksi film nya.
Kusuma, Irawan, dan Zia tersenyum melihat Zea yang lompat-lompat saking bahagianya.
196 INT. GEDUNG ACARA PEMUTARAN FILM - MALAM
Galang hanya memberikan bunga kepada Zea.
Nata melihat Galang yang memberikan buket bunga ke Zea. Nata terlihat sedih. Ada rasa cemburu.
GALANG
(ke Zea)
Selamat ya Je.
(ke Nata)
Selamat ya Nata.
(ke Bia)
Selamat ya Bia.
BIA
(ke Galang)
Jadi cuma Zea yang dikasih bunga?
GALANG
(bercanda)
Sssttt.
KUSUMA
(ke Bia)
Selamat ya Bia. Akhirnya Bia punya aktifitas. Tante ikut senang.
IRAWAN
Iya selamat ya Bia.
BIA
(ke Kusuma, ke Irawan)
Hehe. Makasih tante, om. Bia enggak kerja apa-apa. Cuma bagian kecil. Yang kerja banyak itu Zea sama Nata.
KUSUMA
(ke Nata)
Makasih ya Nata. Selain bikin penginapan tante laku, kamu juga bantu Zea wujudkan keinginannya.
NATA
Ini semua berkat Zea. Zea yang punya ide. Zea yang berinisiatif. Saya kira saya udah enggak bisa bikin film lagi. Tapi ternyata bisa berkat Zea.
(beat)
Walaupun hanya masuk nominasi, tapi paling enggak acara ini bisa bikin lebih banyak orang tahu dan menonton karya kita.
ZIA
Terima kasih juga ke aku dan Galang. Karena kita berandil besar dalam hal budget.
ZEA
(ke Zia)
Iya iya. Thank youuu banget kakakku yang tercinta.
(beat)
(tersenyum, ke Galang)
Thank you Lang.
Zea melihat buket bunga yang baru saja diberikan Galang. Ada kertas putih yang menempel di salah satu bunga bertuliskan,
"Kali ini, kamu mau kan menikah sama aku?"
Zea tersenyum kecil melihat pesan itu.
Galang melihat Zea melihat ke arah bunga, membaca pesan.
Zea melihat ke depan. Melihat ke arah Galang yang ada di depannya. Mata Zea dan Galang bertemu. Mereka saling bertatapan.
Galang tersenyum lebar. Zea tersenyum kecil. Tatapan Zea ambigu.
Nata memandang Zea dari jauh. Menggigit bibir. Terlihat bingung. Dilema.
197 INT. KAFE - MALAM
Zea, Bia, dan Nata duduk bersama di kafe. Mereka merayakan keberhasilan film mereka.
BIA
(ke Zea, Nata)
Makasih ya. Berkat kalian aku bisa mengejar karir aku yang dulu pernah enggak tercapai.
NATA
Kita harus berterima kasih ke Zea yang punya ide. Berkat Zea, rasanya piagam-piagam aku di dinding kamar enggak nganggur gitu aja.
ZEA
(ke Nata)
Jadi, ceritanya sombong nih yang udah punya penghargaan menang bikin film?
Nata tersenyum kecil. Zea pun tersenyum.
BIA
Aku ke kamar mandi dulu ya.
Sekarang hanya Zea dan Nata yang duduk berhadapan.
Nata terlihat ingin mengutarakan sesuatu.
NATA
(ke Zea)
Ze, sejak waktu di Jogja, aku suka sama kamu.
Aku merasa kita punya pemikiran yang sama.
Aku merasa kita punya ketertarikan di bidang yang sama.
Ada banyak alasan kenapa aku suka sama kamu.
Aku pernah ajak kamu nonton film itu bukan hanya karena aku ingin bayar hutang budi.
Aku pernah memilih untuk pulang bareng kamu dari Jogja di hari besoknya, padahal malam itu aku udah punya tiket.
Aku pernah kasih kamu foto Tugu Jogja itu bukan karena hanya sekadar ingin kasih foto. Bagi aku foto itu punya makna yang penting. Aku harap foto itu juga bermakna lebih bagi kamu.
Aku pikir kamu punya rasa yang sama seperti apa yang aku rasakan. Tapi aku baru sadar. Perasaan enggak akan bisa tersampaikan kecuali kalau disampaikan dengan jujur dan terus terang.
Zea, aku enggak tahu ini udah terlambat atau belum, tapi aku mau sampaikan dengan jujur dan terus terang kalau aku suka sama kamu.
Zea tersenyum mendengar pernyataan Nata. Zea pernah punya rasa namun rasa itu sudah tertutupi oleh perasaan Zea ke Galang. Zea hanya bisa tersenyum manis mendengarkan Nata. Ada rasa terharu di mata Zea.
198 INT/EXT. DI DEPAN RUMAH TETANGGA - PAGI
TOK TOK TOK. Kusuma mengetuk pintu rumah tetangganya.
Tetangganya membuka pintu.
KUSUMA
Selamat pagi Bu. Saya mau mengundang ibu ke pernikahan anak saya. Ini undangannya ya Bu.
Kusuma menyodorkan undangan pernikahan secara perlahan (SLOW MOTION).
Kita melihat undangan pernikahan bertuliskan nama Zea dan Galang (B.C.U.).
IBU TETANGGA 2
Oh. Zea udah mau nikah? Saya insyaallah akan usahakan datang ya bu.
KUSUMA
Terima kasih ya bu. Saya pamit dulu.
Ibu tetangga 2 menutup pintu. Kusuma pergi dari rumah tetangganya dengan bahagia. Bangga dan senang akhirnya anaknya sudah mau menikah.
199 INT. RUMAH IBU TETANGGA 2 - PAGI
IBU TETANGGA 2
(sedih, berteriak)
Bapak...! Gimana ini pak...
Tetangga sebelah kanan kemarin nikah. Sekarang tetangga sebelah kiri yang nikah. Anak kita kapan nikah pak?
200 INT. RUMAH ZEA - MALAM
Jam dinding di rumah Zea menunjukkan pukul 12 malam (B.C.U.).
Bunga-bunga di halaman rumah Zea berubah. Dari layu kembali menjadi mekar lagi (C.U.).
Bunga di kamar Zea juga menjadi mekar (C.U.).