Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Skenario: Bukan Bunga Layu
Suka
Favorit
Bagikan
2. BAGIAN 2

DISSOLVE TO:

10 INT. KAFE - MALAM

FLASHBACK

Bia dan Zia duduk berhadapan di sebuah kafe. Bia memainkan sedotan di dalam gelas sembari menatap Zia. Terlihat bosan. Zia sibuk dengan laptopnya.

BIA

(terbata)

Kamu enggak capek Senin sampai Jumat kerja, Sabtu Minggu masih kerja lagi?

Zia tidak merespon. Hening.

BIA

(nada santai)

Aku setuju kamu harus jadi karyawan yang rajin. Tapi sebagai karyawan kamu juga punya hak untuk libur di hari libur.

ZIA

Iya, sebentar lagi selesai.

Satu jam kemudian.

BIA

Ji, aku pulang.

ZIA

Aku kan udah bilang sebentar lagi selesai.

BIA

Tapi sebentar kamu itu sama dengan satu jam. Belum dihitung sama berapa jam sebelum kamu respon aku. Tiga jam aku nunggu, Ji. Tiga jam.

ZIA

Kamu enggak tau rasanya kerja. Banyak banget yang harus dikerjain.

BIA

Iya kalau sibuk, seharusnya hari ini kita enggak usah ketemu. Kamu kan bisa bilang kalau kamu sibuk.

ZIA

Jadi kamu marah hanya karena aku enggak perhatiin kamu dari tadi?

BIA

Aku enggak marah. Aku cuma bilang kalau aku mau pulang.

ZIA

Tapi nada kamu marah.

BIA

(memaksakan senyum)

Aku pamit pulang.

ZIA

Enggak perlu jadi sarkasme gitu, Bi.

BIA

Loh, kenapa jadi aku yang serba salah. Jelas dong aku minta perhatian. Tujuan kita ke kafe kan memang untuk ketemu. Untuk ngobrol. Kamu malah dari tadi cuma ngobrol sama laptop. Makanya aku bilang, kalau memang kamu sibuk, hari ini harusnya kita enggak perlu ketemu.

ZIA

Aku usaha Bi. Kita hampir enggak pernah ketemu karena aku tau aku terlalu sibuk. Kalau kamu tahu aku udah usaha, seharusnya kamu juga usaha. Cobalah untuk ngertiin aku sedikit aja.

(beat)

Dari pada luntang lantung, kamu kan juga bisa pakai 3 jam tadi untuk cari kerja. Atau... usaha memikirkan masa depan kamu mau gimana. Kamu enggak malu apa cuma nganggur setelah lulus kuliah?

(beat)

(menyesal)

Maksud aku bukan kayak gitu, Bi. Aku cuma bilang kalau...

BIA

(memotong pembicaraan)

Kalau... kamu malu pacaran sama aku? Karena aku enggak sepadan sama kamu yang saat ini udah sibuk? Udah sukses?

(beat)

Enggak semua orang yang pengangguran itu enggak sibuk ya Ji. Kamu enggak tau betapa sibuknya pikiran, mental, dan hati aku, Ji.

(menghela napas)

Aku pergi.

Bia memalingkan badannya dari Zia. Berjalan keluar dari kafe. Kita melihat Zia memandang Bia yang semakin menjauh.

CUT BACK TO:

11 EXT. PINGGIR JALAN - MALAM

PRESENT

Zia memandang Bia yang masih mendongakkan kepalanya, memandang langit.

BIA

Lihat deh Ji. Ada banyak bintang di langit malam. Tapi hanya segelintir yang kelihatannya bersinar. Aku yakin mereka semua bakal bersinar di waktunya masing-masing. Kalau semuanya bersinar di waktu yang sama, mungkin langit malam enggak akan seindah sekarang. Terlalu silau.

ZIA

Aku sadar aku terlalu suka memaksakan kehendak.

(beat)

(terbata)

Walaupun udah sangat terlambat, aku... minta maaf.

BIA

(tersenyum)

Enggak ada yang salah dengan memaksakan kehendak sampai harus minta maaf. Enggak ada salahnya juga berusaha untuk selalu menjadi yang terbaik.

Yang salah itu... aku yang dulu enggak bisa mencoba untuk mengerti kamu.

Bia lalu berjalan perlahan sembari tersenyum dan masih mendongakkan kepelanya, melihat indahnya langit malam. Meninggalkan Zia yang masih diam berdiri di tempatnya.

ZIA (V.O.)

Akankah dulu lebih mudah jika kita mencoba untuk mengerti satu sama lain? Atau akan lebih mudah jika kita saling berubah untuk satu sama lain? Atau bagaimanapun memang harus berhenti sampai di sini?

BIA (V.O.)

Enggak akan ada orang yang mampu untuk berubah demi orang yang kita cinta. Yang bisa dilakukan hanyalah saling mencintai satu sama lain sampai mampu menurunkan ego untuk mengerti satu sama lain.

SPLIT SCREEN:

ZIA/BIA (V.O.)

Cukup sampai di sini karena mungkin... rasa cinta di antara kita tidak sebesar yang seharusnya.

12 INT. RUMAH ZEA - KAMAR NATA - MALAM

Kusuma dan Nata (30) sedang berbicara melalui telepon. Kusuma duduk di ruang tamu.

INTERCUT:

KUSUMA

Mas Adi, kenapa harganya diturunkan? Padahal sebentar lagi mau musim libur dan rencananya harga penginapan mau saya naikkan.

NATA

Halo ibu Kusuma, sebelumnya perkenalkan dulu. Saya Nata. Saya menggantikan mas Adi. Jadi mulai sekarang segala urusan yang berkaitan dengan penginapan milik ibu Kusuma, saya yang akan bertanggung jawab.

KUSUMA

Mas Nata, perkenalannya saya undur dulu boleh ya. Saya bingung ini kenapa harga sewanya turun. Barusan saya lihat di website kok harganya turun jauh banget. Panik saya. Masalahnya sumber penghasilan saya itu kebanyakan di hari libur.

NATA

Baik ibu. Pertama akan saya jelaskan dulu. Harga yang muncul di website adalah harga perhitungan oleh sistem. Kebetulan penginapan-penginapan di wilayah ibu harganya sangat murah. Maka dari itu sebaiknya harga tidak dinaikkan seperti biasanya. Kemungkinan bisa tidak laku.

KUSUMA

Aduh Mas. Kalau gini, mending saya tidak usah pakai agen. Saya yakin saya sendiri bisa jual dengan harga yang saya mau dan bakal laku. Sudah bertahun-tahun seperti itu. Saya pakai agen dengan harapan usaha penginapan saya bisa lebih mudah diatur. Supaya saya enggak ribet. Tapi kalau malah membuat saya menderita, lebih baik berhenti aja.

NATA

Baik ibu, terima kasih sudah menelpon. Terima kasih juga untuk komentar dan sarannya. Besok akan saya coba perhitungkan kembali dan akan saya diskusikan dengan tim kantor. Setelah itu akan saya beri kabar lagi ya, bu.

KUSUMA

Baik Mas... siapa ya?

NATA

Nata Bu.

KUSUMA

Oh iya, Mas Nata. Selamat malam.

Nata menutup telepon, lalu menghela napas. Memandang dinding kamarnya yang penuh dengan piagam juara kompetisi membuat film pendek. Kita melihat deretan piagam Nata yang menempel di dinding dan terletak di atas meja (C.U.). Tatapan Nata sedih.

CUT TO:

13 INT. KAMAR ZEA - MALAM

Zea berbaring di kasur. Melihat langit-langit atap. Memainkan jari-jemarinya. Tatapannya penuh pikiran dan kebingungan.

CUT TO:

14 INT. KAMAR ZIA - MALAM

Zia duduk di balik meja belajar. Membuka laci di sampingnya. Menatap fotonya di masa lalu bersama Bia dalam bingkai kecil. Zia membalikkan fotonya. Berusaha untuk melupakan memori masa lalu. Ingin berusaha memulai lembaran hidup baru.

15 INT. RUMAH ZEA - SIANG

TOK TOK TOK. Irawan berdiri di depan pintu kamar Zea. Mengetuk pintu.

IRAWAN

Je... Jeje... Papa masuk ya.

Irawan membuka pintu kamar. Melihat keadaan kamar Zea yang gelap dan berantakan. Jendelanya ditutup walaupun sudah siang hari. Bungkus makanan tersebar di mana-mana. Di lantai, di meja, di kasur. Lalu melihat Zea dengan keadaan seperti orang yang tidak terurus, kakinya mengangkang, kacamatanya merosot, rambut yang berantakan, sedang memakan camilan dan menonton dari laptopnya di atas kasur.

Kita melihat Irawan berdiri kaku di depan pintu kamar Zea dengan raut wajah terkejut.

CUT TO:

16 INT. GEDUNG ACARA PERNIKAHAN - PAGI

FLASHBACK

TAMU UNDANGAN 1

Pak Irawan enggak mau besanan sama saya saja? Putra saya sudah kerja, sudah siap untuk meminang.

IRAWAN

(tertawa)

Kalau putri saya mau dipinang putra bapak, saya sih enggak keberatan. Putri saya namanya Zea. Cantik, pintar, dan rajin. Seperti mamanya.

Kusuma merespon dengan tertawa kecil.

TAMU UNDANGAN 2

(bercanda)

Untung enggak ikut bapaknya ya. Bandel. Dulu kan pernah ikut geng motor di sekolahan. Kerjaannya tawuran.

IRAWAN

(bercanda)

Duh bapak. Aib saya jangan dibawa-bawa. Istri saya enggak tahu rahasia saya jaman SMA dulu. Haha.

CUT BACK TO:

17 INT. RUMAH ZEA - KAMAR ZEA - SIANG

Irawan menyesali pujian yang ia berikan untuk Zea di hadapan teman-temannya. Cantik, pintar, dan rajin. Irawan merasakan kontradiksi antara Zea yang ada di bayangan dan ucapannya dan Zea yang sekarang sedang ia lihat.

Kita melihat kontradiksi antara ucapan Irawan dan keadaan Zea saat ini yang sedang dilihat Irawan.

Irawan menutup pintu kamar Zea.

18 INT. RUMAH ZEA - RUANG TENGAH - SIANG

Berjalan menuju ruang tengah dengan wajah lesu. Langkah kaki yang diseret. Kusuma sedang duduk di sofa, menonton tv.

KUSUMA

Papa kenapa lesu gitu?

IRAWAN

Enggak lesu, cuma kaget.

KUSUMA

Kaget kenapa, pa?

IRAWAN

(ekspresi datar)

Habis lihat geng motor yang habis tawuran.

KUSUMA

Hah? Di mana pa?

IRAWAN

Itu... anak kita... penampakannya kaya geng motor yang babak belur habis tawuran.

(beat)

Papa aja dulu enggak sampai kayak gitu kalau habis tawuran.

KUSUMA

Enggak jelas deh pa. Masa anak sendiri dibilang kayak geng motor habis tawuran. Papa...papa...putri kesayangan papa itu tidak seperti yang papa bayangkan. Papa sih jarang di rumah. Zea itu makin kesini setiap hari ya gitu itu bentuknya. Udah enggak berbentuk.

IRAWAN

Ma... sepertinya kita harus selamatkan putri kita satu-satunya. Kita harus kembalikan Zea ke Zea yang dulu yang papa kenal.

KUSUMA

Papa enggak tau aja. Mama udah selalu berusaha sampai dianggap cerewet karena selalu ngomel ke Zea setiap hari. Coba dong papa bantu untuk kasih dia pengertian juga. Supaya dia tahu nasehat yang selama ini mama kasih ke Zea bukan hanya sekadar hasil dari kecerewetan mama aja.

IRAWAN

Terima kasih ya ma sudah selalu di samping anak-anak walaupun papa jarang ada untuk mereka.

Irawan ikut duduk di sofa di samping Kusuma. Menepuk sayang pundak istrinya dengan tatapan manis.

KUSUMA

Jarang-jarang papa pulang bukan Sabtu Minggu?

Irawan menatap Kusuma dengan senyuman. Berjalan ke arah kulkas. Mengeluarkan kue ulang tahun Zea ke 30 dari kulkas. Kue ulang tahun yang sudah dihias cantik. Menunjukkannya kepada Kusuma.

IRAWAN

Ulang tahun anak-anak kita, papa selalu ingat. Cuma ulang tahun mama aja yang papa selalu lupa. Tiap hari mama selalu lahir jadi seseorang yang baru di hati papa, sih. Jadinya enggak perlu ada tanggal khusus buat merayakan hari kelahirannya mama.

KUSUMA

Apa sih pa, mama enggak ngerti deh. Makin tua itu gombalnya makin dikurangi. Udah enggak mempan.

19 INT. KANTOR ZIA - SIANG

Kita melihat kesibukan para karyawan di perusahaan label musik. Beberapa orang berlalu lalang, beberapa orang sedang mendiskusikan pekerjaan. Zia sedang berdiskusi dengan timnya di suatu ruangan.

Manager Zia membuka pintu ruangan Zia.

MANAGER/ATASAN

(ke Zia)

Zia, saya bisa bicara sebentar?

ZIA

Iya pak.

Zia berdiri dari tempat duduk. Mengikuti managernya ke luar ruangan. Keduanya berdiri berhadapan.

MANAGER

Kabar Zea gimana? baik-baik aja kan? Apa dia sudah bekerja di tempat lain setelah berhenti dari sini?

ZIA

Zea baik pak. Sudah...tapi karena memang anaknya tidak bisa tahan bekerja di suatu tempat untuk jangka waktu yang lama, akhirnya keluar lagi dari pekerjaannya. Sekarang sih sedang tidak ada kegiatan.

MANAGER

Hmm... jadi gini Zi. Posisi marketing dan business development sekarang lagi kosong. Bisa kamu bujuk Zea untuk kerja di sini lagi enggak ya? Zea itu penampilannya rapi, attitude nya baik, relasi bisnis kita juga stabil waktu posisi ini dipegang sama Zea. Kebetulan staf yang kemaren itu berhenti. Dan sebetulnya saya juga kurang suka sih sama performanya. Jadi, apa bisa kamu bujuk adikmu untuk kembali lagi?

ZIA (V.O.)

Agak agak nih bos gue. Dia enggak tau aja si Jeje penampakannya kayak apa kalau di rumah.

ZIA

Oke pak. Nanti saya akan coba ajak dia untuk kerja di sini lagi.

MANAGER

Thank you ya Zi. Nanti kasih saya kabar ya. Silakan dilanjut lagi diskusinya.

ZIA

Baik pak.

20 INT. RUMAH ZEA - MALAM

ZIA

Aku pulang!

(beat)

(memanggil Zea)

Je...???

(ke Kusuma)

Zea mana ma?

(ke Irawan)

Eh, tumben papa pulang.

KUSUMA

Biasa... Di mana lagi kalau bukan di kamarnya...

IRAWAN

Eh, sini dulu Zi.

Zia yang hampir mengetuk kamar Zea, kembali berjalan mundur menghampiri Irawan yang memanggilnya.

Zia lalu duduk di samping Irawan di sofa depan televisi.

IRAWAN

Adikmu itu besok ulang tahun. Kita kasih surprise ke dia malam ini ya.

ZIA

Udah tua juga pakai acara surprise-surprise-an segala.

IRAWAN

Pantas kamu belum punya pacar. Sikap kamu dingin dan cuek banget. Kamu enggak tahu ya kalau perempuan itu suka dikasih kejutan. Kayak mamamu itu.

Irawan sembari melirik istrinya yang sedang meletakkan kopi untuknya di atas meja di depan sofa.

IRAWAN

Laki-laki itu harus jadi laki-laki yang unexpandable.

ZIA

Hah? Kayaknya nama film hollywood tuh. Maksud papa "The expandables"?

IRAWAN

Loh kok jadi nama film. Maksud papa, laki-laki itu jangan mudah untuk ditebak. Supaya perempuan pada penasaran.

(beat)

Tapi, cara biar enggak mudah ditebak dan bikin penasarannya jangan dengan cara yang kurang ajar ya. Yang sederhana - sederhana saja. Seperti contohnya dengan bikin kejutan yang sederhana.

ZIA

Oh, maksud papa unexpectable kali? Bukan unexpendables. Aku kira papa mau jadi Sylvester Stallone, aktor action.

Zia beranjak dari sofa. Mau menuju kamar Zea.

IRAWAN

(beranjak dari sofa)

Papa juga masih bisa loh jadi aktor action. Dulu jaman SMA sama kuliah kan ikut karate. Biar bisa melindungi mamamu...

Irawan berdiri dan memeragakan gerakan karate. Sembari mengeluarkan suara-suara. Hiaaattt. Haaakkk.

Kusuma dan Zia menggeleng-gelengkan kepala menatap kelakuan Irawan.

21 INT. KAMAR ZEA - MALAM

ZIA

Je, udah baca Whatsapp belum?

ZEA

Udah.

ZIA

Enggak nyangka adik gue favorit manager perusahaan.

(beat)

Dari pada diam di rumah cuma sibuk mikir passion, mikir arti hidup, biar itu let it flow aja Je. Memikirkan masa depan memang butuh waktu, memang butuh proses. Makanya mikir itu sambil menjalani hidup, sambil kerja, jangan sambil nganggur. Pengalaman kerja pasti bisa kasih pencerahan kedepannya mau gimana, kok.

ZEA

Dateng-dateng harus banget langsung ngomel? Di kamar orang?

(beat)

Rehat dari kerjaan itu menurut aku ya menjalani hidup. Hidup enggak semata-mata harus sibuk. Kadang, hidup ini perlu sedikit keheningan. Dunia ini udah terlalu sibuk dan ruwet. Enggak ada lagi waktu buat orang untuk merenung, untuk refleksi diri.

ZIA

Mau refleksi diri itu ya harus menghadapi masalah dulu di dunia nyata. Misalnya nih, di dunia kerja. Terus ambil pelajaran hidup dan hikmah dari masalah itu. Enggak perlu untuk mengurung diri di kamar. Enggak perlu juga untuk tutup semua jendela. Apalagi ganti kerjaan tiap tahun dan berhenti dari kerjaan sampai nganggur.

Zea menghela napas panjang. Benar-benar kesal.

Zea berjalan ke arah Zia yang berdiri di depan pintu.

Berusaha mendorong Zia keluar dari kamar. Menutup pintu.

Zea bersandar di pintu kamarnya. Menghela napas lagi untuk kesekian kalinya.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar