Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
37 INT. PERUSAHAAN AGENSI MUSIK - RUANG REKAMAN - SIANG
Zia sedang duduk di depan komputernya. Mendengarkan dan memonitor hasil rekaman musik. Tidak lama kemudian Zia melihat layar ponsel di samping komputernya menyala. Ada pesan dari Zea singkat, "dimana?".
Zia lalu membalas pesan Zea singkat. "Ruang rekaman".
TOK TOK!
Mendengar suara ketukan pintu, Zia menengok ke arah teman kerjanya yang sedang berjalan masuk ke ruangan.
TEMAN KERJA 1
Gue ganggu?
Teman kerja Zia (laki-laki) menarik kursi terdekat yang ada di ruangan. Memosisikan kursi untuk menghadap Zia yang tak menolehkan wajahnya sedikit pun. Zia tak acuh padanya. Zia tetap pada posisi yang sama. Fokus dengan komputernya.
ZIA
(bercanda)
Banget
TEMAN KERJA 1
Zea balik lagi ya Zi?
ZIA
Cepat banget rumor adik gue balik kerja lagi di sini beredar.
TEMAN KERJA 1
Masih single?
ZIA
(mengangguk pelan)
Kayaknya seumur hidup dia bakal single.
TEMAN KERJA 1
Lo enggak mau kan adik lo single seumur hidup? Kali ini bantuin gue deketin Zea dong. Kalau enggak mau bantuin, paling enggak lo kasih restu buat gue deketin Zea.
ZIA
Comblangin orang enggak pernah ada di kamus gue. Apalagi comblangin adik sendiri. Kalau masalah minta restu, minta restu langsung ke orangnya (Zea).
Zia mendengar suara pintu terbuka di belakangnya. Kepalanya menoleh dan melihat Zea lah yang membuka pintu. Lalu kembali menghadap komputernya.
ZIA
Tuh, anak yang lagi diomongin datang.
Mendengar Zia, teman kerjanya terlihat merapikan rambut dan baju sebelum menoleh ke belakang. Raut wajahnya gugup mau bertemu Zea.
Zea perlahan berjalan masuk. Melangkah menghampiri Zia. Hingga berdiri tepat di belakangnya.
Teman kerja Zia perlahan mengarahkan kepalanya ke atas. Ingin menatap Zea yang ada persis di depannya.
Kita melihat sosok Zea dari kaki hingga kepala. Di mata teman kerja Zia, Zea bukan sosok yang menarik lagi seperti dulu. Penampilan Zea yang sedang dilihatnya membuat matanya terbelalak. GLUP! Susah menelan ludah.
Perlahan memundurkan kursi roda yang didudukinya. Mencoba sedikit menjauh dari Zea sekaligus Zia. Lalu perlahan beranjak berdiri dari kursi.
TEMAN KERJA 1
(terbata)
Gue balik dulu ya, Zi.
Zia dan Zea melihat gerak-gerik teman kerja Zia dengan dahi yang berkerut. Merasa aneh melihat teman kerjanya tiba-tiba terbata dan salah tingkah. Mereka bingung melihat tingkahnya.
TEMAN KERJA 1
(keringat dingin)
Gue ada kerjaan banyak banget. Jadi harus buru-buru. Biasa, entar si bos marah.
Teman kerja Zia lalu terlihat buru-buru pergi dari ruangan. Tidak ditanya alasan ingin pergi, namun sudah sibuk mencari alasan.
CUT TO:
38 INT. PERUSAHAAN AGENSI MUSIK - LORONG KANTOR - SIANG
TEMAN KERJA 1
(berjalan pelan)
Huh. Sampai keringat dingin gue. Untung aja belum terlanjur deketin Zea. Kok bisa beda gitu sih penampilannya. Apa dia stres?
CUT BACK TO:
39 INT. PERUSAHAAN AGENSI MUSIK - RUANG REKAMAN - SIANG
ZIA
(menggumam)
Enggak nyangka tuh orang ternyata lembek di depan cewek.
ZEA
(tidak mendengar Zia)
Apa Zi?
ZIA
Enggak apa-apa.
(beat)
Aku yang harusnya nanya ada apa. Kenapa? Tumben butuh.
ZEA
Aku kenapa sih Zi? Ada yang salah ya sama aku?
Mendengar keresahan Zea, Zia lalu memutar kursinya ke belakang supaya dirinya bisa menghadap Zea.
ZIA
Emang kenapa? Ada yang bilang kamu aneh?
ZEA
Iya...
Enggak...
Mmm, maksud aku mereka enggak bilang apa-apa tapi reaksi mereka waktu lihat aku persisss banget kaya reaksi kamu sama papa lihat aku waktu malam itu.
Zea memandangi dirinya dari atas ke bawah. Mencari-cari apa yang salah. Penasaran.
ZEA
Perasaan aku sama aja. Dari dulu ya dandanannya gini. Enggak pernah berubah.
(beat)
Ya... kecuali kalau di rumah. Paling cuma bikin orang shock dikit.
ZIA
Kemarin Bia enggak bilang apa-apa waktu ketemu kamu?
Zea menggeleng-geleng sedih.
Zia yang tadinya tidak ingin memberi tahu bagaimana sosok Zea di matanya, namun berubah pikiran saat melihat raut wajah Zea yang sedih.
ZIA
Nih ya. Aku mau bilang sejujur-jujurnya sesuai sama penglihatan aku. Aku cuma mau jelasin kenapa di mata aku kamu beda. Mata enggak pernah salah kan? Jadi kamu enggak perlu marah ya. Ok?
ZEA
Ok.
Zia mengambil ponselnya dari meja. Mencari foto Zea di galerinya. Lalu menemukan foto Zea bersama Zia saat liburan.
ZIA
Zea Azela disini (menunjuk ke foto di ponsel), sama yang sekarang di depan aku, beda.
ZEA
Bedanya?
Telunjuk Zia menunjuk foto Zea di ponselnya dan menunjuk Zea yang berdiri di hadapannya secara bergantian.
ZIA (O.S.)
Yang di foto kurus.
(terbata)
Yang sekarang di depan aku... enggak langsing lagi.
Yang di foto belum keriputan.
(terbata)
Yang sekarang di depan aku punya... garis keriput.
Yang di foto tatapannya ceria.
(terbata)
Yang sekarang di depan aku... tatapannya sayu.
ZIA
(mencoba menganalisa)
Apa... jangan-jangan...ini bukti kata-kata pepatah kalau bertambahnya usia wanita akan menurunkan kadar menarik diri seorang wanita? Jadi, gara-gara kamu ulang tahun, gara-gara tambah usia, kadar menarik kamu sebagai wanita menurun?
ZEA
JI!!! JANGAN BERCANDA AKU SERIUS!!!
ZIA
SIAPA YANG BERCANDA?! AKU JUGA LAGI SERIUS!
Kali ini aku enggak ada niat buat mengejek Ze. Kali ini aku nyebutin fakta yang aku lihat pakai mata aku sendiri.
Walaupun... untuk kata-kata yang terakhir, aku minta maaf. Itu spekulasi bukan fakta.
Raut wajah Zea sedih. Zea mengambil napas panjang. Kesal dengan perkataan Zia yang dianggapnya hanya sebuah bercandaan dan sebuah bahan ejekan. Tapi, disaat yang sama tatapannya ragu. Mulai percaya dengan perkataan Zia. Otaknya berpikir keras. Mencoba mencerna kata-kata Zia.
40 INT. PERUSAHAAN AGENSI MUSIK - MEJA KERJA ZEA - SORE
Zea sedang membereskan dokumen-dokumen di mejanya. Jam pulang sudah mendekat.
Terlihat sekumpulan karyawan laki-laki saling berbisik sambil mencuri-curi pandang ke arah Zea (INSERT).
Zea merasa dia sedang dibicarakan. Di sela-sela resahnya Zea, ada satu teman kerjanya (laki-laki) menghampiri Zea.
TEMAN KERJA 2
Ini ya Ze dokumen prospek hasil riset bulan ini.
(tersenyum)
Enggak lupa cara approach client kan?
ZEA
Lupa-lupa dikit lah. Nanti aku tanya-tanya dikit gapapa kan?
TEMAN KERJA 2
Dengan senang hati...
ZEA
Orang-orang pada ngomongin aku ya?
TEMAN KERJA 2
(bercanda)
Enggak usah geer deh Ze.
(beat)
Alah... lagi pula kalaupun mereka beneran ngomongin, enggak usah didengerin. Anggap aja angin lalu.
Zea tertawa kecil sembari mengangguk.
ZEA
Ada yang salah ya dari aku?
TEMAN KERJA 2
Salah kenapa? Enggak ada yang salah kok.
ZEA
Aku ganti deh pertanyaannya.
(beat)
Ada yang beda dari aku?
TEMAN KERJA 2
Mmm...
Teman kerjanya tidak merespon Zea dalam waktu yang lama. Hanya menggigit bibirnya. Matanya ragu. Menolak untuk jujur dan terus terang.
Zea menunggu respon temannya. Setelah melihat raut wajah temannya, Zea hanya tertawa kecil.
ZEA
(tersenyum)
Enggak perlu dijawab. Kamu transparan banget. Aku tau apa isi pikiran kamu tanpa kamu bicara.
TEMAN KERJA 2
(khawatir)
Emang isi pikiran aku apa?
ZEA
Ada deh...
(beat)
Jangan berubah ya. Kadang dunia ini perlu orang yang enggan terus terang, tapi juga enggak menyakiti. Kayak kamu.
TEMAN KERJA 2
(bingung)
Hah? Maksudnya?
ZEA
Maksudnya...
Hmm pokoknya baik kok.
Teman kerja Zea tersenyum . Zea pun tersenyum.
41 EXT. TROTOAR JALAN - SORE/SENJA
Zea jalan di trotoar pinggir jalan. Melewati deretan toko-toko. Zea melihat cerminan dirinya melalui kaca-kaca toko yang dilewatinya. Langkah jalannya melambat.
Lalu berhenti tepat di depan satu kaca toko. Memandangi cerminan dirinya secara seksama. Bingung. Dia tetap melihat dirinya sebagai Zea yang sama seperti dulu. Tidak menemukan perubahan apapun yang terjadi pada dirinya seperti menurut yang orang lain katakan.
Kita melihat waktu senja sedikit demi sedikit berakhir. Matahari mulai terbenam. Seperti melambangkan kepercayaan diri Zea yang mulai terbenam.
42 INT/EXT. JALAN RAYA - BUS - MALAM
Zea duduk di bus yang berjalan. Menyenderkan kepalanya ke jendela bus di sampingnya. Tak berekspresi. Lelah. Tak bertenaga.
Kita melihat transisi perubahan sosok Zea melalui cerminan dirinya di jendela bus. Dari sosok Zea yang cantik (dahulu) berubah menjadi sosok Zea sebagaimana dilihat oleh orang lain (kurang menarik).
Tiba-tiba sopir bus mengerem mendadak. Membuat badan para penumpang terpaksa terdorong ke depan.
Kepala Zea terbentur jendela bus di sampingnya. Lalu mengelus kepalanya sendiri.
Di serong kanan depan ada pasangan. Laki-laki mengelus dahi perempuan yang baru saja menabrak kursi di depannya. Zea melihat pasangan tersebut sembari mengelus kepalanya sendiri. Zea sedikit iri.
Di seberang Zea ada pasangan. Keduanya saling tertawa melihat si perempuan menumpahkan air ke wajahnya. Botol minum yang sedang diminum bergoyang lalu membuat air tumpah.
PENUMPANG 1 (PEREMPUAN)
(sedih namun tertawa)
Rusak make up nya...
PENUMPANG 2 (LAKI-LAKI)
(tertawa)
Makanya enggak usah pakai make up. Cuma pergi sama aku ini...enggak usah dandan ribet-ribet.
Si laki-laki mengusap air dari wajah pasangan perempuannya. Menatap perempuannya manis.
Zea melihat pasangan itu. Sedikit iri.
43 INT. RUMAH BIA - SIANG
Zea sedang bermain dengan Crescencia (1 tahun), anak perempuan Bia. Zea menggendong Cia dan berusaha mengobrol dengannya. Zea berbicara ke Cia dengan menirukan suara anak kecil.
BIA
Kenapa ya kira-kira?
Kenapa kita enggak bisa lihat?
Kenapa orang lain bisa lihat?
Bia berjalan mondar mandir sembari berusaha berpikir.
ZEA
Terus... yang lebih bikin bingung lagi.
Orang lain tuh sebenarnya lihat apa?
Aku yang punya badan aja enggak bisa lihat perubahan sedikit pun.
BIA
Atau...jangan-jangan...ada yang "jampe-jampe"?
ZEA
Yaelah. Jaman sekarang masa masih ada yang namanya "jampe-jampe". Lagian, kalau pun ada, bagian mananya dari diri aku yang bikin orang iri. Yang ada juga aku yang nge-jampe-jampe-in orang.
BIA
(bercanda)
Lah geer. Siapa juga yang bilang karena mereka iri. Yang ada juga karena mereka kesal.
Dalam keadaan duduk, Zea mengangkat Cia sehingga mata cia sejajar dengan Zea.
ZEA
(ke Cia)
Cia enggak takut kan sama kak Jeje?
BIA
(meringis, ke Zea)
Aku aja takut lihat kamu ngomong sama Cia kayak gitu. Apalagi Cia...
Bia heran dengan tingkah Zea yang tumben-tumbennya berbicara dengan nada anak kecil. Intonasi nada suaranya dinaikkan.
Zea, tanpa ekspresi, memandang Cia. Cia juga memandang Zea dengan raut wajah yang ceria, tersenyum.
ZEA
(antusias)
BI!
BIA
Apa?
ZEA
Cia cewek kan?
BIA
Ya iyalah cewek. Dia enggak pernah operasi ubah gender.
ZEA
(masih memandang Cia)
Cuma cowok yang bisa melihat perubahan aku.
(menoleh ke Zea)
Masuk akal enggak?
Bia mendengarkan ucapan Zea dengan mengerutkan dahi. Lalu berjalan ke arah Zea. Zea meletakkan Cia ke pangkuannya. Bia duduk di depan Zea.
Bia mengutak-atik wajah Zea. Mencubit pipinya. Menarik dahinya. Menginspeksi wajah Zea secara detail.
Beberapa detik kemudian Bia menyerah. Melepas gerakan-gerakan tangannya dari wajah Zea. Bia menyilangkan kedua tangan di depan dadanya.
BIA
Huh. Enggak ada. Aku enggak melihat perubahan satu pun yang bisa bikin orang kaget histeris. Ini sama sekali enggak masuk akal. Masa perempuan enggak bisa lihat tapi cowok bisa? Mata manusia kan seharusnya bisa melihat hal yang sama.
ZEA
(resah)
Bi?
BIA
Ya?
ZEA
Apa aku kerja jadi babysitter-nya Cia aja?
Satu-satunya kerjaan yang enggak perlu untuk interaksi sama orang.
BIA
Emang Cia bukan orang?
(sarkasme)
Enggak jadi personal pembantu aku sekalian?
ZEA
Iya sih Cia orang. Tapi kan seenggaknya Cia enggak bakal lihat aku dengan tatapan aneh. Enggak akan ngomongin aku dari belakang. Apalagi bikin aku merasa rendah.
Zea menghela napas panjang. Rasa putus asa sudah mulai menggerogoti.
Bia melihat Zea dengan rasa khawatir.
44 EXT. JALANAN KOTA JAKARTA - SIANG
Nata menyusuri jalanan kota. Mengalungkan tali kamera di lehernya. Terkadang berhenti untuk mengambil foto dan video. Tenggelam dalam pesona kota.
45 INT. RUANG BIOSKOP - SIANG
Zea duduk di kursi bioskop. Menonton putaran film sendirian. Ekspresinya berubah. Terkadang tertawa, terkadang terharu, terkadang sedih.
46 INT. BIOSKOP - SORE
Film selesai. Zea jalan keluar dari ruangan bioskop. Ada laki-laki yang memandangi Zea dengan tatapan heran. Ada pula yang saling berbisik sambil melirik Zea.
47 EXT. TROTOAR PINGGIR JALAN - SORE
Zea dan Nata berjalan dari arah yang saling berlawanan. Dua orang yang tidak saling kenal saling berpapasan (SLOW MOTION).
48 INT. RUMAH ZEA - PAGI
Zea sedang mengenakan sepatu. Siap-siap pergi ke kantor. Kusuma berjalan ke arah Zea yang berdiri di dekat pintu keluar.
KUSUMA
Je, Sabtu depan kamu mau enggak ke Jogja? Mama lupa kalau harus ketemu sama mas mas agensi. Mama sudah keburu ada janji sama ibu-ibu komplek Sabtu depan.
ZEA
(bingung)
Hah? Ngapain? Mas mas agensi?
KUSUMA
Nanti mama jelasin. Kamu atur-atur jadwal aja dulu. Nanti kabari mama bisa atau enggak.
ZEA
Zia enggak bisa?
KUSUMA
Mama udah tanya. Zia enggak bisa katanya. Jadwal ketemu sama masnya Sabtu sore kok. Jadi jadwalnya enggak akan ganggu jadwal kantor kamu. Kamu bisa berangkat Jumat sore, Sabtu pagi, atau Sabtu siang.
ZEA
Oke nanti aku atur-atur dulu.
Aku berangkat dulu ya.
Zea membuka pintu, berjalan keluar, dan menutup pintu rumah.
SPLIT SCREEN:
49 INT. KAMAR NATA - PAGI/SUBUH
Nata bersiap-siap. Menyiapkan ranselnya. Memasukkan banyak barang.
Kita melihat tiket kereta jurusan JAKARTA - YOGYAKARTA (C.U)
Nata dengan tas ranselnya berjalan keluar dari kamar.
50 INT. KAMAR ZEA - PAGI/SUBUH
Zea masih tertidur pulas di kasurnya. Posisi tangan dan kakinya kemana-mana.
Terdengar alarm dari ponsel Zea berdering namun dimatikan oleh Zea.
Kita melihat tiket pesawat jurusan JAKARTA - YOGYAKARTA (C.U.).