Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Skenario: Bukan Bunga Layu
Suka
Favorit
Bagikan
3. BAGIAN 3

22 INT. RUMAH ZEA - MALAM

Kedua jarum jam mengarah ke angka 12. Tengah malam. (B.C.U.)

Irawan dan Kusuma keluar dari pintu kamar mereka.

Zia juga keluar dari pintu kamarnya.

Semuanya bertemu di ruang tengah.

Semuanya berjalan pelan secara bersamaan menuju kamar Zea. Berusaha melangkah tanpa suara.

Irawan sibuk mengeluarkan kue ulang tahun dari kulkas. Kusuma sibuk menyalakan lilin. Zia sibuk memakaikan Kusuma, Irawan, lalu dirinya topi ulang tahun dan memberikan terompet mainan.

23 INT. KAMAR ZEA - MALAM

Ketiganya berdiri di depan pintu kamar Zea. Bersiap-siap.

Zia menarik gagang pintu, membukanya perlahan.

ZIA/KUSUMA/IRAWAN

(ke Zea)

SURPRISE!!!

Happy birthday to you... Happy birthday to... Ha...pp...y...birth...day...

ZIA

(terbelalak kaget)

HAAAHHHH???!!!

TAKKK!!!

Zia kaget. Terompet mainan yang baru saja ia bunyikan jatuh dari genggamannya. Matanya terbuka lebar. Napasnya berat.

IRAWAN

(tak percaya)

Zea...???!!!

Irawan berdiri kaku. Masih memegang kue ulang tahun. Kaget. Tak percaya dengan apa yang ia lihat.

Zea mengucek matanya. Mencoba untuk sadar. Berusaha memahami apa yang terjadi.

KUSUMA

(ke Zia dan Irawan)

Kalian kenapa? Harusnya Zea yang kaget, malah kalian yang kaget. Gimana sih.

(beat)

Sini Je. Tiup lilinnya.

Zea beranjak dari kasur. Berjalan ke arah terangnya cahaya lilin, ke arah Irawan.

Kita melihat Zea dari pandangan mata Zia dan Irawan. Zea berubah menjadi perempuan yang tidak menarik lagi. Dahinya memiliki garis keriput, matanya sayu dam memiliki kerutan, badannya tidak lagi langsing, penampilannya menjadi lebih tidak terurus.

Zea berdiri tepat di depan Irawan. Irawan mengambil satu langkah ke belakang. Lalu Zea melangkah lebih mendekat. Irawan lagi-lagi mundur satu langkah. Menjauh.

Zea yang masih mengantuk, heran dengan kelakuan Irawan.

Kita melihat Zia berputar mengelilingi sisi belakang Zea. Memperhatikan Zea dari kepala hingga kaki. Masih kaget tak percaya.

KUSUMA

Aduh ini kenapa malah kejar-kejaran sih? Sini mama aja yang pegang kuenya.

Kusuma mengambil alih kue dari tangan Irawan. Akhirnya Zea berhasil meniup lilin. Tidak menunjukkan perasaannya, namun wajahnya terharu. Hampir meneteskan air mata.

Irawan dan Zia berdiri bersampingan menghadap ke arah Zea dan Kusuma yang berdiri berseberangan. Mereka memandang Zea dengan seksama.

IRAWAN

(ke Zia, berbisik)

Ini cuma papa yang kaget, apa kamu juga kaget?

ZIA

(ke Irawan, berbisik)

Kalau dilihat dari ekspresi papa sih, kayaknya kita melihat hal yang sama.

ZEA

(ke Zia)

Melihat hal apa?

ZIA

(ke Zea, ragu)

Melihat hal...

(ke Kusuma)

Mmm, mama enggak lihat ada yang berubah dari Zea?

Zia berusaha tidak menjawab pertanyaan Zea.

IRAWAN

(ke Kusuma)

Bukan cuma "ada yang berubah", tapi apa mama betul-betul enggak lihat kalau Zea berubah?

Kita melihat perbedaan antara Zea dalam foto yang dipajang di meja kamarnya dengan Zea yang sedang berdiri saat ini.

Kita melihat bunga yang ada di rumah Zea dan di teras rumah Zea tiba-tiba menjadi layu. (C.U.)

KUSUMA

Enggak ah. Kalian kayak enggak pernah lihat Jeje berantakan aja. Ya... walaupun bangun tidur berantakannya lebih parah sih.

Kita melihat Zea yang sama dan tidak berubah saat dilihat dari mata Kusuma.

IRAWAN

(kucek-kucek mata)

Kayaknya papa betul betul sudah tua. Kata orang, makin tua penglihatan makin buram.

ZIA

Kalau papa gara-gara umur, terus aku gara-gara apa dong?

Katarak?

KUSUMA

Kalian ini ngomong apa sih. Dari pada ribut, Zia sama papa mending kasih ucapan ke Zea.

(beat)

(ke Zea)

Mama dulu boleh ya Je.

Zea mengangguk.

Kusuma lalu memeluk Zea.

KUSUMA

Maafin mama ya, Je. Selama ini mama tahu mama selalu cerewet. Maaf kalau mungkin perkataan mama sering bikin kamu sedih. Tapi, yang mama tahu pasti, enggak ada satu pun kata-kata yang keluar dari bibir mama yang tujuannya cuma sekadar ingin bikin kamu sedih aja.

Maaf karena kadang kamu harus melewati kesedihan untuk tahu makna dibalik nasehat mama.

Zea hanya mengangguk di dalam pelukan Kusuma. Menahan air mata yang ditakutkan akan jatuh. Tengah malam merentankan rasanya.

KUSUMA

(melirik Irawan)

Papa?

IRAWAN

(terbata)

Selamat ulang tahun Zea. Papa cuma mau bilang...

(berusaha menyadarkan dirinya dari rasa kaget)

Papa mau minta maaf sama kamu, juga sama Zia. Maaf enggak selalu ada untuk kamu, untuk Zia. Papa akan selalu berdoa dan berharap yang terbaik buat Zea di umur 30 ini ya. Doa papa enggak akan pernah berhenti.

KUSUMA

(melirik Zia)

Zia?

ZIA

(singkat dan dingin)

Selamat ulang tahun, Je.

KUSUMA

Sekarang, waktunya balik ke kamar masing-masing. Acaranya kita lanjut besok. Besok waktunya makan-makan ya.

Zia dan Irawan keluar dari kamar Zea. Menggaruk-garuk kepala mereka saat menuju kamar masing-masing. Mempertanyakan yang dilihatnya tadi adalah nyata atau mimpi atau imajinasi.

24 EXT. RUMAH ZEA SECARA KESELURUHAN - DAY

ESTABLISHING SHOT:

Rumah Zea di pagi hari.

CUT TO:

25 INT. RUMAH ZEA - RUANG MAKAN - PAGI

Zia, Kusuma, dan Irawan sedang sarapan bersama.

CEKREEEK! Suara pintu terbuka dari arah kamar Zea. Zea keluar dari kamarnya.

Kusuma menoleh ke arah suara.

KUSUMA

Mau kemana, Je?

ZIA

(wajah menghadap ke piring)

Yang umur 30 udah tobat ceritanya? Udah punya resolusi hidup? Tumben amat bangun pagi.

Selesai berkata-kata penuh sarkasme, Zia lalu menoleh ke arah Zea.

TRAAANG! Zia menjatuhkan sendok dan garpu dari genggamannya. Melongo seperti orang bingung.

ZIA

(menggumam)

Alhamdulillah mata gue enggak katarak.

Terus... maksudnya... yang gue lihat ini... nyata?

IRAWAN

(menggumam)

Ternyata penglihatan papa masih jelas. Papa belum tua-tua amat.

(ke Zea, terbata)

Je, kamu salah makan? Atau jangan-jangan alergi sesuatu?

Irawan dan Zia memberhentikan semua pergerakan mereka. Memandangi Zea. Mereka masih tak percaya dengan perubahan Zea.

KUSUMA

(ke Irawan/Zia)

Papa sama Zia kenapa sih perasaan dari tadi malam aneh banget. Kayak enggak pernah lihat Zea satu abad aja.

(ke Zea)

Mungkin ini karena kamu enggak pernah keluar kamar sih Je. Mereka anggap kamu kayak dinosaurus yang udah punah. Terus kaget dinosaurusnya tiba-tiba muncul lagi.

Zia berdiri. Mengeluarkan ponsel dari kantongnya. CEKREK! Zia memotret Zea dengan ponselnya.

ZIA

(ke Kusuma)

Ma, lihat ini deh. Masa enggak keliatan sama sekali perbedaannya Zea?

Zia menunjukkan hasil foto ke Kusuma.

DING DONG!

Suara bel pintu rumah Zea berbunyi.

ZEA

Itu pasti Bia. Aku pergi dulu ya ma, pa.

Mendengar kata Bia, Zia terdiam. Memasukkan ponselnya kembali ke saku celananya. Kembali duduk dan melanjutkan sarapannya.

26 EXT. TERAS DEPAN RUMAH ZEA - PAGI

BIA

SELAMAT ULANG TAHUN!!!

Zea membalas ucapan Bia dengan senyuman dan pelukan.

ZEA

Bi, emang ada yang aneh ya?

Zea memandangi tubuhnya sampai kaki.

BIA

Aneh? Apanya? Kamu?

Kamu dari dulu memang aneh. Pakai tanya segala.

Zea mengangguk-angguk kecil. Berpikir berarti tidak ada yang aneh dengan dirinya.

27 INT/EXT. TEMPAT MAKAN PINGGIRAN/RESTORAN - SIANG

BIA

Jadi, gimana tawaran kerja dari aku? Tertarik?

(beat)

Tunggu. Tunggu. Gini aja. Seenggaknya udah dipikirin belum?

Tanpa suara Zea menganggukkan kepala.

ZEA

Tapi...

BIA

Tapi?

ZEA

Aku nemu prospek yang menurut aku lebih cocok sama aku.

BIA

Di...?

ZEA

(berhati-hati)

Di perusahaan... tempat Zia kerja...

Perusahaan di tempat aku kerja juga. Dulu.

BIA

ZEA???!!! Kamu... lagi enggak waras??? Atau kewarasan udah enggak ada lagi di diri kamu???

(beat)

Kamu enggak tahu apa manager kamu itu mempekerjakan kamu cuma karena dia suka sama kamu.

Kamu kan keluar karena alasan itu. Walaupun ada alasan lain juga. Tapi...

ZEA

(memotong pembicaraan)

Iya Bi. Aku tahu. Tapi dengar dulu alasan aku.

(beat)

Kemarin managernya Zia minta Zia suruh bujuk aku untuk kerja di sana lagi. Suasana kantor dan orang-orangnya udah enggak asing lagi buat aku. Jadi aku enggak perlu investasi waktu untuk adaptasi lagi di lingkungan yang baru. Jadi aku bisa menggunakan waktu aku untuk belajar hal lain, belajar hal lebih.

Aku pikir... kayaknya aku udah enggak punya waktu kalau harus mulai dari awal lagi. Mama benar. Aku udah cukup tua. Seharusnya di umur aku yang sekarang, aku udah punya kehidupan yang stabil.

Kali ini... aku benar-benar ingin memulai hidup yang serius, Bi. Bukan lagi untuk mencari, tapi untuk menetap.

Aku sadar, aku udah enggak punya waktu lagi untuk eksplor. Aku bahkan udah enggak punya waktu lagi untuk memilih.

Bia berempati. Matanya kosong (B.C.U.). Tatapannya menatap ke masa lalunya.

DISSOLVE TO:

28 INT. RUANG WAWANCARA DI PERUSAHAAN PRODUK KOSMETIK - PAGI

FLASHBACK

Bia dan pewawancara duduk berseberangan di sebuah ruangan di perusahaan kosmetik. Terlihat slogan di dinding bertuliskan " Kita semua sama karena kita semua berbeda".

PEWAWANCARA 1

Saya suka sekali dengan resume kamu, cara jawab kamu, tapi...

Tapi maaf sekali karena setelah kami diskusikan, kami tidak bisa menerima ibu...

Eh calon ibu...

Hmm, maksud saya mbak.

Kami tidak bisa menerima mbak Bia karena kami tidak bisa menerima calon karyawan yang sedang mengandung/hamil.

Ditakutkan mbak akan mengambil banyak cuti, dan sebagainya. Itu berisiko sekali untuk perusahaan kami yang sedang mencoba untuk berkembang di industri kecantikan.

Bia mengangguk-anggukkan kepalanya. Berusaha untuk mengerti. Raut wajahnya sedih.

BIA (V.O)

Katanya semua orang sama karena semua orang sama-sama punya perbedaan. Slogan sama perbuatan enggak sejalan.

CUT TO:

29 INT. RUANG WAWANCARA DI PERUSAHAAN PERHOTELAN - PAGI

FLASHBACK

Pewawancara menghela napas panjang.

Bia menunggu. Menatap mata pewawancara dengan penuh harap. Kakinya gemetar. Tangannya mengepal.

PEWAWANCARA 2

Jika diterima, posisi mbak Bia kan akan banyak berurusan dengan customer. Jadi...

BIA (V.O.)

Jika?... Jadi...?

PEWAWANCARA 2

Jadi...

Jadi saya takut semisal sedang mengobrol dengan customer, kalau mbak Bia tiba-tiba ingin muntah, bagaimana?

Mata Bia membesar. Kaget.

CUT TO:

30 INT/EXT. AREA HOTEL - PAGI

FLASHBACK

Kita melihat visualisasi pewawancara dan Bia saat Bia sedang berinteraksi dengan customer di area hotel, membicarakan bisnis. Tiba-tiba Bia merasa ingin muntah. Lalu Bia dan customer kebingungan.

CUT BACK TO:

31 INT. RUANG WAWANCARA DI PERUSAHAAN PERHOTELAN - PAGI

FLASHBACK

Bia dan Pewawancara kembali ke percakapan setelah proses imajinasi di kepala mereka berhenti.

BIA

Kata dokter, rasa ingin muntah akan hilang setelah kehamilan mencapai 3 bulan. Saya bisa kok mulai kerja 3 bulan lagi.

PEWAWANCARA 2

Let's say mbak bekerja setelah 3 bulan lagi. Setelah 6 bulan lagi, bagaimana kalau saat berinteraksi dengan customer, perut mbak kesakitan dan perlu dilarikan ke rumah sakit?

CUT TO:

32 INT/EXT. AREA HOTEL - PAGI

FLASHBACK

Kita melihat visualisasi pewawancara dan Bia saat Bia sedang berinteraksi dengan customer di area hotel, membicarakan bisnis. Tiba-tiba Bia merasa kesakitan. Memegang perutnya yang sedang hamil. Lalu melihat air ketubannya pecah. Bia teriak kesakitan di atas tandu/usungan yang dibawa oleh staf kesehatan. Bia dibawa oleh ambulan ke rumah sakit. Meninggalkan customer yang ikut merasa takut dan kebingungan.

CUT BACK TO:

33 INT. RUANG WAWANCARA DI PERUSAHAAN PERHOTELAN - DAY

FLASHBACK

Bia dan Pewawancara kembali ke percakapan setelah proses imajinasi di kepala mereka berhenti.

Bia menundukkan kepalanya. Tak bisa berkata apa-apa. Semangat juangnya untuk mencari kerja runtuh.

CUT TO:

34 INT/EXT. TEMPAT MAKAN PINGGIRAN/RESTORAN - SIANG

PRESENT

ZEA

Dan... aku yakin aku bisa bertahan kerja di sana bukan hanya karena satu alasan itu aja. Aku yakin karena aku juga punya potensi. Terus aku pikir pekerjaan di kantornya Zia itu pekerjaan yang lebih aku suka dibanding pekerjaan-pekerjaan lainnya yang pernah aku coba.

(beat)

Bi...? Bi...? Bia???

Zea mencoba menggerak-gerakkan tangannya di depan wajah Bia yang pandangannya sedang kosong.

Bia kembali ke kesadarannya.

ZEA

Habis mikir apa sih Bi. Aku serius ini ngomongnya.

BIA

Kamu terlalu serius sih. Sampai bikin aku sempat untuk jalan-jalan ke masa lalu, mengarungi memori-memori kelam masa lalu.

ZEA

Lah. Terus akhirnya, aku yang salah?

BIA

(menggeleng)

Aku bukan Zia yang suka salah - salahin orang lain.

ZEA

(mengangkat telapak tangan)

SETUJU!

Dibalas oleh Bia yang menepuk telapak tangan Zea. Melakukan high five.

ZEA

Jadi maaf, ibu Bia...

Untuk kali ini, aku akan mencoba untuk mengikuti kata hati dan pikiran. Jadi, dengan terpaksa, aku akan menolak dulu tawaran emas ibu.

Bia mengangguk-anggukkan kepalanya. Tersenyum manis. Mengisyaratkan bahwa ia setuju.

BIA

Cieee. Udah dewasaaa. Ibu Bia bangga.

ZEA

Pasti tadi lagi mengingat kejadian wawancara kerjaan yang dulu ya?

BIA

Tau aja.

(beat)

Dulu aku pernah merasa menikah muda itu pilihan yang salah. Dulu aku merasa menikah muda itu menghambat karir aku. Gara-gara itu aku suka merasa bersalah ke Cia, ke Aji.

ZEA

Aku enggak akan mau menikah sampai aku bisa membenahi hidup aku.

BIA

Tapi aku sadar bahwa ternyata menikah itu enggak selalu menghambat kita untuk menggapai cita-cita kok, selama punya pasangan yang bisa mengerti satu sama lain. Selama perspektif kita terhadap pernikahan itu positif.

Aku berpikiran seperti itu karena mungkin dulu aku belum bersikap dewasa. Aku masih berpikiran kalau jalan yang aku ambil seharusnya sama kayak jalan yang orang lain ambil. Padahal, jalan orang itu beda-beda Je. Ada yang berhasil meniti karir di usia yang muda, ada juga yang baru sukses meniti karir pas udah menikah, pas udah punya anak.

Jadi... kalau kamu merasa di usia kamu yang sekarang kamu harus ada di posisi yang sama kayak orang lain, itu cara hidup yang salah. Tapi, kalau kamu memang mau kehidupan yang stabil karena itu adalah visi misi hidup kamu, karena untuk menggapai mimpi, itu baru cara hidup yang benar.

Yang terpenting, hidup itu harus penuh semangat. Jangan cuma luntang lantung di rumah.

ZEA

Jadi, sekarang kamu udah 100% enggak menyesal untuk menikah muda?

BIA

Aku masih mencoba untuk berpikir kalau jalan yang aku ambil itu bukan jalan yang salah. Proses meyakinkan diri sendiri itu lama, Je. Butuh waktu yang lama. Tapi aku senang. Aku udah punya niat untuk berpikir positif.

ZEA

Aku enggak menyangka loh Bi. Kamu bakal menikah secepat itu. Sampai bikin kakak aku enggak makan 7 hari 7 malam.

BIA

Je...

Bisa berhenti bahas masa lalu aku sama Zia enggak.

ZEA

Salah sendiri kalian mirip banget. Cara ngomelnya juga mirip.

BIA

JE!!!

ZEA

(cengar-cengir)

Ampun, ampun.

BIA (V.O.)

(tatapan hangat ke Zea)

Semoga niat kamu yang baru muncul untuk menetap belum terlambat ya, Je. Jangan seperti aku.

Zea dan Bia melanjutkan aktivitas makan sambil bercanda gurau.

35 INT. PERUSAHAAN ZIA/PERUSAHAAN AGENSI MUSIK - PAGI

Zea berada di perusahaan tempat Zia bekerja. Perusahaan agensi musik. Tempat dimana Zea ingin bekerja kembali. Zea melewati berbagai ruangan. Mencari ruangan yang iya tuju.

36 INT. PERUSAHAAN AGENSI MUSIK - RUANGAN PAK MANAGER - PAGI

Zea berdiri di depan pintu. Menghela napas panjang. Menguatkan mental.

TOK TOK.

Zea mengetok pintu ruangan manajer.

MANAGER

Masuk.

Zea membuka pintu. Berjalan masuk ke arah meja kerja calon managernya. Berdiri tepat di depan managernya yang sedang menatap layar, sibuk mengetik.

MANAGER

HAAAHHH?!

Pak manager secara tidak sadar mendorong meja dengan tangan. Membuat kursi beroda yang didudukinya mundur ke belakang. Kaget saat melihat Zea.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar