Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Rumah Di Bukit Kelam
Suka
Favorit
Bagikan
1. Scene 1 - Kembali Ke Bukit Kelam
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

Rumah Di Bukit Kelam


EXT. JALAN MENUJU BUKIT – SORE MENJELANG MALAM


Kabut mulai turun perlahan dari celah pepohonan pinus yang tinggi. Jalan tanah berkelok, sunyi, dan hanya suara mesin mobil tua yang melawan arah angin.


Mobil berhenti.

Raka keluar pertama. Wajahnya tenang tapi matanya memantulkan sesuatu yang berat di masa lalu yang belum ia selesaikan.


RAKA

(Turun)

"Kita udah sampai..."


Adrian menyalakan rokok, sambil menatap bukit di depan mereka ada rumah tua berdiri miring, jendelanya hitam seperti rongga mata kosong.


ADRIAN

(menyeringai miris)

"Masih aja serem. Gue pikir rumah ini udah roboh."


Tari dengan hoodie abu dan senter di tangan, turun tanpa bicara. Langkahnya tegas, tapi ia sempat berhenti dan menatap sekilas ke arah pepohonan yang bergoyang tanpa angin.


TARI
(menggigil kedinginan)
"Kalau takut, masih bisa balik."

ADRIAN
"Heh, yang takut siapa? Gue cuma... nostalgia."


Mira menggenggam kalung kecil di lehernya, menatap rumah itu dengan wajah pucat. Ia berbisik pada dirinya sendiri.


MIRA

(hampir tak terdengar)

"Dulu… jendelanya nggak segelap itu deh."


Sinta menyalakan kamera, merekam jalan dan wajah teman-temannya. Lensa bergerak pelan, fokus pada rumah di kejauhan.


SINTA
(di balik kamera)
"Kita dokumentasiin yaa. Reuni sepuluh tahun rumah masa kecil kita nih. Biar gak hilang kayak kenangan."

Gilang berdiri paling belakang. Diam dengan pandangannya yang tajam ke arah rumah, seolah menghitung langkah yang tersisa.

GILANG
(menggigil kedinginan)
"Hati-hati ngomongnya, Sin. Ada kenangan yang memang harus hilang di kehidupan kita."


Sinta menurunkan kameranya. Semua menoleh ke Gilang.

Dan seketika suasana hening. Hanya suara angin yang menyapu daun kering.


CUT TO:


EXT. DEPAN RUMAH – SENJA GELAP


Rumah itu menjulang, tua, penuh lumut dan catnya terkelupas. Di beranda, kursi goyang tua berderit pelan… padahal tak ada angin.


Raka menatap pintu depan.

Tangannya gemetar sedikit saat menyentuh gagang besi berkarat.


RAKA

(lirih)

"Kayaknya masih sama… kayak dulu."


Pintu terbuka dengan suara seret panjang.

Udara dingin keluar dari dalam, seperti napas dari sesuatu yang tertidur lama.


Lampu kamera Sinta menyorot interior rumah, debu-debu beterbangan, bingkai foto keluarga pun berdebu di dinding, dan di ujung lorong ada bayangan seseorang yang melintas cepat.


MIRA
(terkejut)
"Kalian lihat itu?"

ADRIAN
(terbata)
"Lihat apaan?"

TARI
(tegas)
"Udah, masuk aja. Jangan mulai hal-hal aneh."


Mereka masuk satu per satu. Kamera Sinta terus merekam, tapi fokusnya goyah sesaat di layar, wajah seseorang lain terlihat di belakang Raka.


CUT TO BLACK:

Suara kursi goyang berhenti.


GILANG

(off)

"Rumah ini nggak pernah tidur..."

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)