Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Scene 4 - Suara Dari Loteng
INT. RUANG TENGAH – MALAM
Raka, Adrian, dan Tari duduk di meja, wajah mereka lelah. Di belakang mereka, Mira tertidur di kursi, Sinta sedang menatap kamera yang rusak, dan Gilang sibuk menggambar sesuatu di buku sketsanya.
Suara itu terdengar lagi, kali ini terdengar lebih jelas seolah tepat di atas kepala mereka.
Sebuah benda jatuh dari loteng. Semua menoleh panik.
Wajah raka tegang, pupil matanya membesar.
Raka mengambil senter dan menatap ke arah tangga menuju loteng.
EXT. TANGGA LOTENG – MALAM
Mereka naik perlahan, dan seketika suasana mulai goyah dan mencekam.
Senter Raka bergetar. Setiap langkah mereka menimbulkan suara kayu yang retak.
Suara langkah lain seolah meniru mereka dari atas.
INT. LOTENG – MALAM
Mereka tiba di atas.
Loteng gelap. Debu tebal. Hanya ada beberapa kotak tua, dan sebuah cermin besar retak di sudut ruangan.
Udara di sini lebih dingin, terlihat dari napas yang membentuk uap tipis.
Adrian
(berjalan ke arah cermin)
Cermin segede ini… kenapa ditaruh di sini?
Adrian menatap pantulan mereka di cermin.
Sosok tanpa wajah di pantulan kini berdiri tepat di belakang Adrian.
Lalu tangannya terangkat pelan…
Raka
(teriak)
ADRIAN! MUNDUR!
Cermin pecah menghantam lantai. Kilatan cahaya gelap menyebar, seperti kabut hitam melintas keluar dari cermin.
Debu, pecahan kaca, dan kilatan cahaya menari di udara.
Mata Tari membulat.
Mira menjerit.
Sinta jatuh tersungkur, kameranya hidup otomatis dan merekam semuanya.
CUT TO:
KAMERA SINTA (POV REKAMAN)
Dalam rekaman:
Adrian berdiri mematung, matanya kosong, bibirnya gemetar.
Di belakangnya, bayangan gelap perlahan merayap di dinding, menuju langit-langit.
Adrian
(suara pelan, seperti bukan miliknya)
Rumah ini... akhirnya bangun...
FADE OUT.
TEKS DI LAYAR:
“Dan malam itu, mereka semua mulai mendengar suara dari loteng, bahkan saat mereka sudah di luar rumah.”