Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
INT. RUMAH TUA – MALAM
Lilin di meja makan hampir habis.
Api kecilnya bergetar seolah takut padam.
Semua tertidur di ruang tamu, Raka di kursi, Sinta dengan kamera di pangkuan, Tari bersandar di dinding, Mira meringkuk di pojok, Adrian mendengkur pelan, dan Gilang duduk di lantai dengan mata terbuka... menatap kosong ke arah tangga.
Kabut tipis merayap masuk lewat celah jendela.
Dari kejauhan, terdengar dentuman jam tua berdentang tiga kali.
Tapi jam itu sudah rusak sejak siang.
CLOSE-UP:
Kamera Sinta tiba-tiba menyala sendiri.
Lensa bergerak perlahan, merekam wajah mereka satu per satu.
Suara napas dari balik kamera terdengar... berat, bukan milik siapapun di ruangan itu.
CUT TO BLACK.
INT. RUANG TAMU – BEBERAPA DETIK KEMUDIAN
Raka terbangun. Napasnya berat.
Ia menatap sekeliling semua masih tertidur.
Tapi suara tangisan anak kecil terdengar samar dari arah dapur.
RAKA
(berbisik)
“Siapa di sana...?”
Tangannya gemetar memegang senter. Ia berjalan perlahan ke arah sumber suara.
Langkahnya menginjak lantai kayu yang berderit setiap kali ia melangkah.
SFX: DERIT LANTAI. BISIKAN.
SUARA (anak kecil, jauh)
“Kamu janji gak bakal ninggalin aku...”
Raka berhenti.
Suara itu datang dari balik dinding, tepat di belakang foto keluarga lama.
Ia menempelkan telinganya.
Terdengar suara kuku menggaruk dari balik tembok.
Raka mundur. Wajahnya pucat.
INT. KAMAR ATAS - MALAM
Tari terbangun dari tidur. Napasnya terengah.
Di cermin dekat ranjang, ia melihat dirinya sendiri duduk... tapi pantulan itu tidak bergerak.
TARI (gemetar)
“Bukan... bukan gue...”
Pantulan di cermin perlahan menoleh sendiri.
Tatapannya tajam, senyumnya pelan. Seperti tahu sesuatu yang belum Tari sadari.
PANTULAN TARI
(berbisik)
“Kamu yang nyuruh dia mati.”
Tari terjatuh dari tempat tidur. Cermin retak.
Suara perempuan tertawa lirih menggema di kamar.
INT. RUANG TAMU – SAAT ITU
Sinta terbangun karena bunyi dari kameranya.
Ia menatap layar, wajahnya menegang.
Rekaman yang berjalan menunjukkan mereka sedang tidur, tapi dalam rekaman itu...
ada satu bayangan hitam berdiri di antara mereka, menatap langsung ke kamera.
SINTA
(gemetar, berbisik)
“Itu... siapa?”
Kamera tiba-tiba mati.
Cahaya di ruangan bergetar seperti napas terakhir lilin sebelum padam.
INT. DAPUR – BEBERAPA MENIT KEMUDIAN
Adrian membuka kulkas kosong, mencari air.
Tapi saat menutup pintu, wajah seseorang terlihat di balik pantulan logam kulkas — wajahnya sendiri, tapi tersenyum bengkok.
ADRIAN
(mengerutkan dahi)
“Apa”
Tangan dari pantulan itu menyentuh bahunya dari dalam pantulan.
Adrian berteriak, membanting kulkas, mundur perlahan, tapi bayangan itu tetap ada di setiap permukaan logam di dapur.
SUARA DARI BAYANGAN (serak)
“Kau juga ninggalin aku waktu itu, kan?”
INT. TANGGA RUMAH – BERSAMAAN
Mira berdiri di tengah tangga, menatap ke atas.
Ia tidak sadar sedang berjalan dalam tidur.
Matanya terbuka setengah, tapi langkahnya lambat seperti ditarik.
Dari atas, suara ketukan tiga kali terdengar dari balik pintu kamar utama yang terkunci.
Mira berhenti tepat di depan pintu itu.
SUARA PEREMPUAN
(halus, lembut)
“Mira... bukain... Aku kedinginan di dalam...”
Air mata menetes di wajah Mira yang kosong.
Tangannya terangkat pelan menuju gagang pintu.
CUT TO:
Gilang berdiri di bawah tangga, memperhatikan semuanya dengan mata kosong.
GILANG
(pelan, seperti berbicara pada seseorang yang tak terlihat)
“Belum waktunya. Biar mereka ingat dulu.”
INT. RUANG TAMU – MENIT BERIKUTNYA
Raka kembali, wajahnya pucat, langsung menarik Mira turun dari tangga sebelum ia sempat membuka pintu.
Tari berlari keluar kamar, cermin retak masih meneteskan debu kaca.
Sinta menyalakan kamera lagi, tapi kali ini lensanya tidak mau fokus.
Setiap kali ia arahkan ke wajah siapa pun, gambarnya berbayang dua.
Seolah ada dua versi dari masing-masing mereka di layar.
CLOSE-UP:
Layar kamera Sinta merekam sekilas di belakang Gilang ada bayangan tinggi dengan mata hitam menganga berdiri di sana, tangannya menyentuh pundak Gilang.
GILANG
(lirih)
“Rumahnya udah bangun... akhirnya.”
FADE OUT.
SFX: Suara kursi goyang... lagi.
Kali ini lebih cepat, seperti seseorang duduk di sana, dan menunggu.