2021 —
NADA-RAGA — 19 TAHUN
EXT — BALKON KAMAR RAGA (SORE)
Menunggu Nada mengangkat panggilannya lewat ponsel yang sedang dia pegang.
RAGA
Tuh anak ngapain sih, kok gak diangkat-angkat? (menggerutu dengan tangan satunya lagi yang sedang mengetuk-ngetuk gitar)
Raga melihat layar ponselnya begitu bunyi panggilan terakhir tidak juga mendapat respon. Pun dia berjalan menuju balkon dengan tidak sabar.
Berusaha mencari keberadaan Nada lewat jendela balkon kamar gadis itu.
RAGA
Woi Nada, Nada (berteriak dengan kepala yang menjulur kearah balkon kamar Nada)
Raga menekan kembali no ponsel Nada. Dan dia dapat mendengar dari tempatnya berdiri dering ponsel Nada yang berbunyi.
Lah itu bunyi, ni anak pasti lagi tidur ni. Kebiasaan tidur sampe sore. Gw gangguin dah.
Raga terkekeh kecil, lalu memanjat menaiki pagar balkon kamarnya dan melompat ke balkon kamar Nada dengan kaki panjangnya.
Setelah mengintip dari jendela dan melihat Nada sedang tertidur pulas ditempat tidurnya, Raga langsung membuka pintu balkon kamar Nada yang memang sudah terbuka sedikit.
Ya ampun ni cewek ya.(menggeleng-geleng kepala)
Raga melihat ponsel Nada yang terletak diatas nakas yang tidak jauh dari tempat tidur Nada.
Bisa-bisanya dia gak denger suara hapenya bunyi dengan jarak sedekat ini (berjalan mendekati tempat tidur Nada)
Raga tersenyum licik, muncul ide usil dikepalanya.
Tanpa pikir panjang, Raga menjepit hidung Nada dengan jarinya.
Nada mulai megap, bergeliat berkali-kali.
NADA
Hmft..hmft (bergumam) AArgh..(berteriak kecil dan membuka mata)
Raga spontan mundur agak jauh. Mata Nada langsung menuju padanya.
NADA
Elo ya ternyata (melempar bantal pada Raga yang dengan sigap langsung menangkapnya)
Lo ngapain gangguin gw tidur, gw masih capek banget, Raga.
RAGA
Gw nelfonin dari tadi, dan ternyata itu hape jaraknya deket banget sama lo, tapi lo nya gak bangun. Kebo banget, sumpah (memilih duduk dikursi yang ada disana)
Nada melirik ponselnya sejenak masih dengan raut kesal. Lalu kembali melihat Raga.
Ya karena gw cape, makanya tidur gw pules banget. Tadi malam begadang buat lagu bareng elo, trus paginya harus kekampus sampe 3 mata kuliah.
RAGA (berdecak)
Gw juga kali, bukan lo aja.
NADA
Ya beda dong, lo cowok, tenaga lo lebih banyak dari gw. Lagian ya Raga, uda gw bilangin lo jangan main masuk kekamar gw, gimana coba kalau gw abis mandi, lagi pake baju.
RAGA
Terus kenapa? Oh iya gw lupa, lo cewek ternyata, sorry-sorry (terkekeh)
Mendengar itu Nada melempar lagi bantal pada Raga yang lagi-lagi berhasil menangkapnya.
Tiba-tiba pintu kamar terbuka. Mamanya Nada masuk membawa nampan.
MAMA NADA (TANTE INDAH)
Ada Raga ternyata, yah tante cuma bawain satu gelas. Kamu mau jus juga? (meletakkan gelas jus diatas meja)
Raga spontan berdiri dan menyalami tangan mama Nada.
RAGA
Gak usah tante, Raga lagi gak haus
NADA
Iya gak usah ma, dia tamu yang gak diundang, ngapain dikasih minum (mencibir Raga yang langsung dibalas cibiran juga sama Raga)
MAMA NADA (TANTE INDAH)
Mulai deh, sebentar berantem, sebentar baikan, kayak gitu mulu. Gimana ntar pas mau audisi.
RAGA
Nah itu dia tante, uda jelas-jelas mau audisi, dia masih aja tidur lama-lama. Orang mah kalau mau ada tujuan, gak boleh lengah, harus fokus.
Nada menjawab dengan gigi rapat, menahan emosi
Uda gw bilang gw cape, gw manusia, bukan robot.
MAMA NADA (TANTE INDAH)
Udah-udah (menyela sebelum aksi melempar terjadi lagi, karena Nada uda siap-siap mengambil bantal)
Itu minum jusnya, biar kamu seger lagi abis ini. Mama mau lanjut masak buat makan malam.
(lalu melirik Raga) Bunda kamu uda pulang belum? Kalau belum kamu makan malam disini ya?
RAGA
Besok baru pulang tante, masih ada urusan di Bandung.
MAMA NADA (TANTE INDAH)
Oh yauda tante turun dulu. Awas jangan berantem lagi.
Nada dan Raga saling melirik sebal, kemudian sama-sama mengangguk.
Raga berjalan kesudut kamar Nada, mengambil gitar pink yang terletak disana.
RAGA
Gw uda dapat tambahan lirik ni, mau denger gak? (Mengetuk-ngetuk gitar)
Raut Nada berubah semangat, ya begitulah Nada. Cuma hal yang berhubungan dengan musik yang bisa merubah mood dia.
NADA
Mau-mau, coba gw dengerin (memperbaiki cara duduknya agak lebih tegak)
FX — RAGA BERNYANYI SAMBIL MEMETIK GITAR
Mengapa jika ini cinta
aku harus berhenti
Mengapa jika ini sayang
aku harus relakan
Maaf aku akan terus berjuang
Lalu Raga berhenti dan menatap Nada penuh harap.
RAGA
Gimana menurut lo?
NADA (menautkan kedua alis)
Kata-katanya sih uda bagus, nadanya apalagi, bagus banget. Tapi…
RAGA
Tapi apa?
NADA
Cocok gak disuara gw?
RAGA
Ya cocoklah, kan lo bilang kalo lo gak mau sama lagu yang nadanya terlalu tinggi. Justru gw ngerasa ini lagu cocok banget sama suara lo
NADA
Tapi di elo barusan lagunya bagus banget Ga. Gw takut jadi gak cocok di gw.
RAGA
Tuh mulai lagi deh. Ini mulu yang gw denger.
NADA
Ya habis emang faktanya begitu kok. Suara lo juga sebagus itu. Ditambah sama lo yang juga main gitar. Pas aja gitu.
Raga beranjak dan duduk ditepi ranjang Nada
Suara gw gak sebagus suara lo. Gw gak ada niatan buat nyanyi, kita itu udah sepaket (sedikit tertawa) lo nyanyi, gw main gitar.
Nada mulai tertawa mendengarnya.
RAGA
Setiap gw ciptain lagu, itu gw sambil ngebayangin suara lo. Jadi uda pasti cocok sama lo. Udah ah, yuk latihan, hafalin lirik barusan. (mengacak-acak rambut Nada lalu berdiri)
NADA
Lo mau kemana?
Raga yang sudah sampai pintu balkon berbalik
Ambil gitar gw dulu, uda gw bilang kalo pake gitar pink lo itu, gw ngerasa kurang macho. (mengangkat kedua lengannya seolah memamerkan otot, lalu terkekeh seraya naik kepagar balkon sebelum Nada sempat melemparnya lagi pakai bantal)
NADA
Dasar lo, sejak kapan sih lo macho.
2. INT — RUANG TAMU NADA (MALAM)
Selesai makan malam, Raga dan Nada tampak berlatih lagi. Nada mencoba bernyanyi dengan lirik yang Raga kasih sore tadi. Sesekali Nada berhenti, meminta arahan dari Raga. Dan juga ada beberapa melodi yang agak diubah oleh Raga, karena merasa Nada kurang nyaman ketika menyanyikannya.
Jika sudah berlatih seperti ini, mereka selalu tidak sadar kalau waktu sudah berlalu cukup lama.
Kalau mama Nada tidak mengingatkan, mungkin mereka tidak berhenti.
3. EXT — MOTOR RAGA (SIANG)
Nada dibonceng oleh Raga. Mereka dalam perjalanan menuju audisi. Tampak gitar Raga yang tergantung dipunggung Nada.
Sepanjang perjalanan mereka tetap berlatih dengan menyanyi.
Ini audisi kedua yang mereka lakukan. Karena audisi pertama yang mereka lakukan ketika masih duduk dibangku SMU, mereka gugur di 15 besar.
INT — BALROOM AUDISI MUSIK
Raga melihat Nada yang tampak gelisah dengan meremas-remas kedua tangannya sendiri.
Sebentar lagi giliran mereka untuk masuk keruangan tempat mereka bertemu dengan juri.
RAGA (memegang bahu Nada)
Lo jangan gugup, ini bukan yang pertama kan kita audisi.
Nada mengigit ujung ibu jarinya
Tapi tetep aja Ga, apalagi kita sempat gagal. Gimana kalau sebagian juri disana masih ingat sama kita yang dulu. Masih dua tahun yang lalu lho Ga.
RAGA
Ya trus kenapa, yang ada mereka bisa aja salut karena lihat kemauan kita yang belum juga menyerah.
Bismillah aja Nad, gak masalah hasilnya kayak apa. Yang penting kita tampil dulu.
Nada menghembuskan nafas setelah menariknya perlahan.
NADA
Oke, yang penting tampil dulu. Sebelumnya gw minta maaf kalau ntar kesalahan ada di gw ya Ga.
RAGA
Apaan sih, belum tentu. Bisa aja gw yang salah.
Tidak lama kemudian, pembawa acara yang akan membawa mereka, keluar dari ruang audisi.
Pembawa acara yang cukup terkenal bernama Marcell.
Marcell memandangi mereka dengan penuh selidik.
MARCELL
Kayaknya gw inget deh sama kalian. (tersenyum ramah, bersalaman dengan Raga dan Nada) Semoga beruntung lagi guys, ayo masuk.
Raga dan Nada saling menatap sekilas, sama-sama tersenyum untuk saling meyakinkan. Lalu berjalan mengikuti Marcell masuk.
RAGA-NADA
Selamat siang (sapa mereka kompak)
Beberapa juri yang masih sama dengan dua tahun yang lalu tertegun lalu tersenyum menyambut.
OM ANDI (PENYANYI)
Kita ketemu lagi, halo apa kabar? (Sapanya ramah)
RAGA (tersenyum)
Baik om, alhamdulillah (melirik Nada yang tampak terdiam karena gugup)
Nada yang langsung sadar karena dilirik Raga ikut menganggu
Baik om.
MAS PETER (VOKALIS BAND)
Apa kabar, aku juga masih ingat banget sama kalian berdua, akhirnya kita ketemu lagi (antusias, khas anak band)
Dua orang lagi yang memang juri baru, diisi oleh Diva indonesia dan produser Musik yang cukup terkenal.
KAK LUNA (DIVA)
Dulu aku pernah nonton, mereka sempat tampil dipanggung kan? (Melirik Om Andi dan Mas Peter)
OM ANDI (PENYANYI)
Mereka gugur begitu pemilihan masuk 10 besar dari 15 peserta.
OM BIMO (PRODUSER)
Kok bisa? (melihat Raga dan Nada)
RAGA
Saat itu kita gak latihan sama sekali Om, karena bentrokan sama jadwal ujian akhir kita disekolah. Jadi pas tampil, kita berdua benar-benar gak sempat punya persiapan.
KAK LUNA (DIVA)
Yah sayang banget. Tapi emang sih sekolah itu lebih penting. Semoga kali ini kalian bisa fokus ya, dan gak ada halangan lagi.
Raga dan Nada mengangguk, lalu Raga menjawab
Amin
Akhirnya mereka pun dipersilahkan untuk memulai pertunjukan. Diawali dengan intro dari gitar yang Raga petik, pun Nada memulai nyanyiannya.
Karena hati tahu kemana ia akan berlabuh.
Oh..oh
Mengapa jika ini cinta
aku harus berhenti
Mengapa jika ini sayang
aku harus relakan
Maaf aku akan terus berjuang
Sampai akhir kau melihatku
Entah karena memang sebagus itu, atau sekedar menghargai, semua juri bertepuk tangan dan memandang kagum mereka.
Raga dan Nada saling melihat, seperti tidak yakin dengan tanggapan baik yang mereka terima.
Nada mengangkat bahunya dengan senyum merekah.
Raga memegang tangan Nada berbisik
Udah gw bilang, yang penting kita tampil aja dulu.
Senyum Nada semakin mengembang mendengarnya, dia membenarkan dalam hati.
EXT — TAMAN YANG ADA DISEKITAR BALLROOM
Raga membukakan botol minuman lalu memberikan pada Nada yang langsung menerimanya.
NADA
Thanks.
RAGA
Hmm (lalu meneguk minuman sodanya)
NADA
Kok gw bukan soda?
RAGA
Gak boleh, gak baik buat suara lo.
Nada mencibir meski tetap meminum botol jus ditangannya.
RAGA
Suara lo bagus tadi, bahkan lebih bagus dari waktu kita latihan.
NADA
Kalau gw jawab iya, trus ntar lo bakal bilang “tapi itu karena pencipta lagunya juga” gitu kan? (menyikut Raga yang langsung terkekeh)
RAGA
Iya dong, itu lo tahu.
LS — SEORANG PEMUDA RAPI BERJALAN KEARAH MEREKA
Raga dan Nada yang menyadari langsung berdiri. Sepertinya mereka mengenali laki-laki itu.
Namanya Arya, produser muda terkenal, dan anak produser senior Om Bimo yang menjadi salah satu juri tadi.
ARYA
Santai aja, gak pa-pa duduk aja.(serunya ramah, ikut duduk dibangku yang ada didepan mereka)
Raga dan Nada kembali duduk.
ARYA
Kalian apa kabar? Masih ingat dengan saya kan, kita pernah ketemu dibelakang panggung audisi finalis.
RAGA
Inget dong mas. Mas juga kasih kartu nama ke kita, tapi kartu namanya rusak kena hujan (menyengir)
NADA
Padahal uda dikeringin ya Ga, tetep aja nomernya gak kelihatan (sambung Nada)
ARYA
Yah pantesan aja, saya nungguin telepon dari kalian. Saya pikir kalian gak tertarik, atau mungkin udah di produserin sama label lain. Tapi saya tungguin di Tv, kok gak muncul-muncul (diiringin tawa yang juga disambut oleh Raga dan Nada)
RAGA
Kita belom sehebat itu mas
Arya tidak langsung menjawab, dia memandang mereka pekat
Kalian masih ingat, waktu dulu saya pernah bilang, kalau saya sangat suka dengan musik kalian. Perpaduan yang jarang sekali.
Raga tersenyum sungkan.
ARYA (menambahkan)
Duo yang diisi pemain gitar dan vokalis. Dengan lagu yang kalian ciptakan sendiri.Itu luar biasa.
Raga dan Nada masih diam, tidak tahu harus merespon pujian itu dengan bagaimana.
ARYA
Saya beruntung hari ini karena nemenin papa saya yang sedang audisi. Karena akhirnya saya bisa bertemu lagi dengan kalian. Dan hebatnya, lagi-lagi saya terpukau dengan penampilan kalian.
Nada tampak memegang dadanya yang mulai berdebar mendengarnya.
Arya memperbaiki cara duduknya agar lebih tegak, rautnya berubah serius.
ARYA
Saya ingin memberikan penawaran lagi buat kalian jika ingin rekaman di label saya. Saya gak tahu apa ini curang, karena kalian juga sudah dapat tiket untuk masuk ke 20 besar audisi hari ini. Tapi saya ingin memberikan kalian jalur yang lebih cepat lagi agar kalian bisa segera debut.
Raga dan Nada tertegun. Mata mereka membulat seketika.
ARYA
Saya memang gak bisa memastikan bahwa kalian akan menjadi terkenal dan sukses. Tapi saya akan berusaha melakukannya karena saya percaya dengan kemampuan kalian.
RAGA
Mas Arya, saya benar-benar gak tahu harus bersikap kayak gimana. Ini suprise buat kita. Saya gak nyangka semua jadi kayak dipermudah. Amazing banget. Ya gak Nad? Woah (Raga menggaruk-garuk kepalanya sambil tertawa)
NADA
I-ini se-serius mas? (Nada terbata, takut ini hanya mimpi)
Arya mengangguk yakin dan tersenyum.
Serius banget. Saya berharap kalian akan menerima tawaran dari saya. Tapi saya tetap ingin kalian berdiskusi lagi, memikirkan dengan mateng, agar kalian tidak akan pernah menyesal. Saya akan beri waktu 3 hari. Apa itu cukup?
Raga menoleh pada Nada. Gadis itu diam sejenak. Kemudian mengangguk.
RAGA
Biarpun kayaknya kita uda tahu jawaban, tapi mas Arya bener, mungkin lebih baik kita diskusiin lagi berdua.
ARYA
Terima kasih kalian sudah mempertimbangkan penawaran saya. Seperti yang saya katakan tadi, saya beruntung menemani papa saya kesini.
NADA
Kita yang harus berterima kasih sama mas Arya, diakui oleh orang sehebat mas Arya adalah kebanggan buat kita.
Arya menggeleng pelan.
Anggap aja ini uda takdirnya (mengambil kartu nama dari dompetnya untuk diberikan pada Raga dan Nada.
ARYA
Kayaknya hari ini cerah deh, jadi kartu namanya gak bakalan kena hujan (sindirnya halus memancing tawa mereka)
RAGA
Tenang aja mas, kalaupun hujan, kartu namanya bakal disimpan di bagasi motor biar aman (terkekeh)
ARYA
Ide bagus