Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Raga for Nada
Suka
Favorit
Bagikan
1. 12 belas tahun

2014 —


1.EXT — TERAS RUMAH

(Nada umur 12 belas, bernyanyi)

Kemarin..

Kulihat awan membentuk wajahmu..

Desau angin meniupkan namamu..

Tubuhku terpaku..


Nada berdeham beberapa kali, melirik mama dan papa.

NADA
Kayaknya suara Nada barusan kerendahan deh pa

PAPA NADA (OM FERDI)

Masa sih Nad? Kayaknya udah pas deh, malahan papa lebih suka intonasi yang sekarang daripada yang sebelumnya. Bener gak ma?

MAMA NADA (TANTE INDAH)

Iya sayang, uda bagus kok

Nada mengkerutkan dahinya, seakan tidak puas dengan jawaban kedua orang tuanya.

NADA

Serius ni Ma? Pa?


FX — SUARA PINTU MOBIL YANG DITUTUP

Tampak beberapa orang seperti kurir menaiki mobil Pick up besar dan pergi meninggalkan rumah yang berada tepat disebelah rumah Nada. Karena tembok pembatas rumah mereka rendah, tentu saja hal itu dapat membuat mereka bisa melihat situasi yang ada dirumah sebelah.


MAMA NADA (TANTE INDAH)

Kayaknya mereka sudah selesai pindahan ya pa?

PAPA NADA (OM FERDI)

Iya ma, akhirnya rumah itu udah gak kosong lagi setelah beberapa tahun.

Nada hanya mendengarkan sembari meneguk minuman yang terletak dimeja terasnya. Tetapi atensinya ikut memperhatikan rumah sebelah yang dimaksud kedua orang tuanya itu.


LS — SEORANG WANITA DENGAN ANAK LAKI-LAKI BERJALAN KELUAR DARI RUMAH SEBELAH

MAMA NADA (TANTE INDAH)

Kayaknya mereka mau kesini deh pa. (Spontan berdiri)

Wanita itu.

Assalamualaikum..

MAMA NADA (TANTE INDAH)

Tuh kan bener. (Gumam Mama Nada lalu berjalan kearah pagar untuk membukanya)
Waalaikumsalam..

Wanita itu tersenyum hangat dan berkata.

Maaf mengganggu, saya Riska, lalu ini anak saya Raga, kita baru saja pindah kesebelah. Dan ini mba, ada kue buatan saya sebagai tanda perkenalan.

MAMA NADA (TANTE INDAH)

Wah terima kasih (tersenyum, mengambil kotak kue itu dan mengulurkan tangan untuk berjabat tangan) Saya Indah, senang sekali rasanya punya tetangga baru. Semoga kita akur ya.

TANTE RISKA

Saya harap juga begitu (tertawa kecil lalu melirik anaknya) Raga, ayo sapa tante Indah.

RAGA

Halo tante, aku Raga, salam kenal.

MAMA NADA (TANTE INDAH)

Halo anak ganteng. Oh iya, tante kenalin ke anak tante juga ya (menoleh kebelakang)
Nada, sini sayang. Papa juga sini dong.

Nada dan Papanya saling melirik, lalu sama-sama berjalan menuju kearah pagar. Mata Nada dan Raga langsung bertemu.

Tidak tahu apa yang ada dalam pikiran masing-masing, hanya saja wajah mereka tidak menunjukkan ekspresi apapun selain saling melihat satu sama lain. Sementara itu Papa Nada dan Tante Riska sudah saling menyapa dan berjabat tangan.

MAMA NADA (TANTE INDAH)

Ayo sayang, kenalan dulu sama teman baru kamu (ucap mama Nada ke putrinya, lalu kembali melihat tante Riska) Kayaknya mereka seumuran deh, Raga umurnya berapa?

TANTE RISKA

Dua belas tahun mba

Mama Nada tertegun.

MAMA NADA (TANTE INDAH)

Tuh kan bener, seumuran. Ayo Nada, kok belum salaman?

Nada mengulurkan tangan dan dibalas oleh Raga.

NADA

Hai, aku Nada

RAGA

Aku raga, salam kenal (Raga tersenyum samar)




INT — KAMAR NADA, MALAM HARI

Seperti biasanya, sebelum tidur Nada menyempatkan diri membaca komik dulu. Seperti malam ini, diranjang empuknya.

Tiba-tiba gorden pintu balkon kamarnya tersibak.

Nada baru sadar kalau dia belum menutup pintu balkonnya.

Pun Nada bangkit berniat untuk menutup pintu. Namun hal itu tidak jadi dia lakukan begitu merasakan angin sejuk menerpa wajahnya.

NADA

Malamnya cerah, enak nih kalau nyanyi (pun dia berdeham, bersiap-siap untuk bernyanyi)

Tapi,

FX — SUARA BENDA YANG DILETAKKAN

CU — GITAR DIATAS KURSI

Niat Nada untuk bernyanyi terhenti, begitu dia melihat Raga berdiri dibalkon sebelah rumahnya yang hanya berjarak setengah meter dari balkon kamarnya. Tampak laki laki itu sedang berdiri memandangi gitar yang baru saja dia letakkan di kursi pada balkon kamarnya.

NADA

Raga (spontan Nada memanggil dengan setengah berteriak)

Raga menoleh dan terkejut, tapi tidak menyapa kembali.

NADA

Jadi kamar kamu juga disitu? sama dong. Kamar aku juga dilantai 2. (tertawa kecil)

Raga tersenyum samar sambil mengangguk. Tidak bersuara.

NADA

Pemandangan disini bagus lho, makanya aku pilih kamar ini.

Raga melihat Nada sekilas dengan mengangguk kecil. Sedikit membenarkan dalam hati.

NADA

Itu gitar kamu? Wah kamu bisa main gitar? (Mengintip benda yang terduduk disebelah Raga)

Raga melirik gitarnya sekilas, lalu memandang jauh kedepan.

RAGA

Gak tahu deh masih bisa main apa engga. (jawabnya datar)

Dahi Nada berkerut, bingung dengan jawaban Raga.

NADa

Maksudnya? Kamu uda gak bisa main gitar lagi? Kok bisa?

Raga menoleh pada Nada dengan malas.

RAGA

Ya gitu deh.

Dahi Nada berkerut, merasa tidak puas dengan jawaban anak laki-laki disebelahny itu, pun dia kembali bertanya.

NADA

Maksudnya gitu deh itu apa? Berarti dulu kamu bisa main gitar, trus karena ada sesuatu, kamu jadi gak bisa main gitar lagi. Emang kenapa? (Timbul rasa penasaran dalam hati Nada)

Raga melihat Nada dengan tatapan yang menunjukkan kesan bahwa gadis itu aneh. Bagaimana tidak, jika gadis itu sudah banyak bertanya disaat mereka baru saja bertemu.

RAGA

Udah ah, uda malem, aku masuk. (mengambil gitar dan menutup pintu balkon kamarnya)

Nada langsung tercengang.

NADA

Lho kok gitu? (Menggerutu, memperhatikan balkon sebelah yang sudah kosong beberapa saat)
Yauda sih, mending aku masuk juga (menutup pintu balkon juga)

INT — KAMAR RAGA

Raga duduk ditepi tempat tidurnya, masih memegang gitar.

Kepo banget sih, baru juga kenal (melirik datar kepintu)

Kemudian matanya kini beralih pada gitar yang berada dalam pangkuannya. Tatapan datar itu mendadak berubah menjadi sendu. Sebenarnya pertanyaan tadi sangat mempengaruhinya. Karena dia sendiripun tidak tahu kenapa dia jadi seperti ini, pada hal yang dulu menjadi kebiasaannya.

Dalam sekejap hatinya terasa sedih.

Ayah (suara pelan)

FLASH BACK — STUDIO KECIL

Ayah (Om Alex) sedang memberikan arahan pada Raga yang sedang memetik gitar. Ada canda dan tawa yang terjadi.

Lalu ketika latihan pun selesai, Ayahnya mengacak pelan rambut Raga.

AYAH (OM ALEX)

Anak Ayah udah banyak kemajuan. Kamu hebat Ga (tersenyum puas)

RAGA

Anak siapa dulu dong? Kan Raga anaknya gitaris terkenal (terkekeh)

AYAH RAGA (OM ALEX)

(Menyikut pelan lengan Raga) Bisa aja kamu, dasar (pun ikut terkekeh)
Memangnya nanti kalau uda besar kamu mau jadi gitaris juga. Ingat lho Ga, jangan jadiin gitar ini prioritas kamu, karena prioritas kamu itu belajar, bisa saja nanti kamu kalau uda besar jadinya dokter, direktur gitu, gitar ini anggap aja jadi hobi kamu

Raga mengulum bibirnya, lalu

RAGA

Emangnya kenapa Yah? Kan jadi gitaris bisa hasilin banyak duit juga. Kayak Ayah (kembali tertawa)

AYAH RAGA (OM ALEX)

Nasib orang mah beda-beda Ga, yang jelas diumur kamu yang sekarang ini, kewajiban kamu itu belajar. Tapi kalau kamu hobinya main gitar, ayah bakal ajarin kamu sampai benar-benar jago.

RAGA

Iya Yah, Raga bakal tetap belajar kok. Cuma Raga pengen jago main gitar juga karena Raga mau saingin Ayah. Ntar kan Raga juga bisa ciptain dan nyanyiin lagu buat Bunda, kayak yang sering ayah lakuin (Raga menyipitkan matanya untuk menggoda sang Ayah)

Ayah (Om Alex) tercengang, mengacak-acak kembali rambut anaknya.

Wah ni anak kecil tau-tauan ya. Dasar (lalu tertawa bersama)


FADE IN — BACK TO REALITY

Raga menutup matanya. Berusaha menahan tangis yang tiba-tiba ingin dia lakukan.

Dan syukurnya dia bisa.




~

2. EXT — BALKON KAMAR NADA

FX — SUARA GITAR TERHENTI, TERDENGAR, TERHENTI LAGI, LALU TERDENGAR LAGI

Mendengar itu Nada bangun dari tidur siangnya. Dia tahu bahwa suara gitar itu berasal dari balkon kamar Raga.

Langsung saja dia membuka pintu balkonnya untuk melihat tetangganya itu.

NADA

Hai (sapanya begitu saja)

Raga menoleh dengan kaget. Raut mukanya menjadi datar seketita. Tanpa menjawab dia langsung masuk kekamarnya dan menutup pintu balkonnya.

Nada yang ditinggal begitu saja kembali tercengang sebal.

Dia kenapa sih? (Menggerutu seraya berjalan masuk ke kamar)




~

3. EXT — HALAMAN RUMAH NADA

Nada yang baru saja pulang sekolah berjalan memasuki halaman rumahnya, berpapasan dengan Raga yang berniat ingin keluar dengan membawa sepeda. Entah itu karena dirinya tidak kapok dijutekin, atau memang sikap nada yang mengalir begitu saja. Dia malah mendekat ke tembok yang membatasi rumah mereka.

NADA

Lho, kamu gak sekolah? Atau uda pulang?

Raga melirik sekilas lalu melihat kedepan lagi.

RAGA

Nanggung, ntar aja nunggu senin.

NADA

Ternyata kamu males ya (Nada berdecak, tiba-tiba ingin meladeni sikap jutek Raga)

Raga menyeringai tipis

Sok tahu (membuka pagar)

NADA

Orang rajin mah sekolahnya gak nunggu hari senin

RAGA

Aku baru pindah sekolah, makanya nanggung masuk hari ini. Lagian cuma bolos sehari doang. Udah gih, masuk sana. Anak kecil pulang sekolah harus tidur siang (tertawa usil sambil keluar dari pagar dan menutupnya)

Nada membelalakkan mata

Kamu juga masih anak kecil tahu. Masih aja main sepeda (setengah berteriak meski tahu Raga sudah berlalu dengan sepedanya)

Sontak Nada menghentak-hentakkan kakinya karena rasa kesalnya pada Raga yang kian memuncak.



~

4. INT — KAMAR RAGA

FX — SUARA NYANYIAN NADA

Dapat terdengar oleh Raga senandung lagu yang dinyanyikan oleh Nada. Suaranya terdengar begitu jelas. Muncul rasa penasaran dihati Raga, hingga tanpa dia bisa kendalikan, perlahan dia berjalan menuju balkon dan membuka pintunya sepelan mungkin.

Begitu hati-hati sampai akhirnya dia bisa mengintip dengan separuh badannya.

Tampak olehnya Nada sedang bernyanyi dengan penuh penghayatan, matanya memandang jauh kelangit.

Dalam sekejap Raga merasa terhipnotis, tidak beranjak pergi dari tempat dia melihat gadis kecil itu secara diam-diam. Tanpa sadar, jari-jari Raga yang memegang ujung pintu mulai mengetuk-ngetuk kecil mengikuti irama. Dan itu terjadi selama beberapa detik, sampai akhirnya dia tertegun, tersadar dengan apa yang dia lakukan. Raga menatap jarinya sendiri, dan memutuskan berhenti melepas pegangannya dari pintu.


NADA

Kamu ngapain disitu, ngintip ya? (Nada sudah berbalik menghadap kearah nya, matanya melihat Raga penuh selidik)

Raga terkesiap, perlahan tapi pasti, dia sudah mengendalikan raut wajahnya agar tampak setenang mungkin.

NADA

Uda berapa lama dengerin aku nyanyi?

Raga berjalan tenang kepagar balkon

Siapa juga yang dengerin, aku juga baru mau keluar.

Tak ayal jawaban Raga itu membuat Nada mencibir kecil.

RAGA

Lagian suara kamu itu ngeganggu banget tahu, gimana coba kalau ada orang yang lagi tidur, terus tidurnya terganggu karena kamu nyanyinya keras banget

NADA

Belum ada tuh yang pernah bilang suara aku itu ngeganggu. Yang ada suara aku terlalu bagus, sampe-sampe orang bisa tidur nyenyak dengernya (tersenyum yakin)

Raga tertawa mendengarnya. Nada yang melihat agak tertegun.

NADA

Kamu bisa ketawa juga ternyata.

RAGA

Ya bisalah, aku manusia kali.

NADA

Yang bilang kamu bukan manusia siapa? Cuma kan selama ini muka kamu itu gak ada ekspresinya, sekalinya ada, kelihatan jutek banget.

RAGA

Masa? (Kening berkerut)

Nada mengangguk.

FX — PINTU TERBUKA DENGAN KERAS

Raga melihat Nada langsung berbalik kearah kamarnya, tiba-tiba terdengar suara tangisan dari kamar Nada.

NADA

Mama? Mama kenapa? (berlari masuk kekamar)

Raga yang tidak bisa melihat kedalam kamar Nada, bingung.

INSERT —

MAMA NADA (TANTE INDAH)

Papa kamu, Nada (setengah histeris)

NADA

Pa-Papa? Papa kenapa? (Nada mulai tergagap, perasaannya sungguh tidak enak)

MAMA NADA (TANTE INDAH)

Ayo kita kerumah sakit. Papa kena serangan jantung. Ayo nak, cepat.

Nada terdiam. Tubuhnya bergetar. Tanpa berkata-kata, dia hanya menurut saja ketika mamanya menarik tangannya keluar dari kamar.

INSERT —

Raga yang hanya bisa mendengar dari balkon kamarnya, juga terkejut. Satu hal yang pasti, dia kembali merasakan sakit yang dia rasakan ketika mendengar kabar saat papanya kecelakaan.



5. FADE IN —

Nada tidak percaya bahwa hal ini akan terjadi padanya. Diumur yang masih semuda itu, dia harus kehilangan orang terpenting dalam hidupnya. Dia masih sangat membutuhkan papanya.

Kini, semua seakan berubah. Tidak akan ada lagi canda tawa yang sering terjadi antara dia dan papanya. Tidak akan ada lagi yang mau sabar mendengarkan Nada bernyanyi, mengajari Nada bernyanyi dan kini Nada kehilangan satu pendukung terbaik yang dia punya untuk mencapai cita-citanya.

Bagi Nada, ini adalah mimpi buruk.

Sudah lewat beberapa minggu, Nada masih sering berdiam diri dikamar. Masih sering termenung dan menangis. Rasanya tidak mungkin kalau papanya tidak ada lagi di dunia.

EXT — BALKON KAMAR NADA (MALAM)

(V.O) Nada masih butuh papa, pa. Nada belum siap kehilangan papa.
Papa kenapa tinggalin nada (terisak-isak)

INSERT —

Cukup lama Raga melihat dari pintu balkon kamarnya yang terbuka separuh. Entah karena dia juga pernah merasakan apa yang terjadi pada Nada sekarang, yang jelas Raga merasa kasihan pada Nada. Ada keinginan dihatinya untuk menghibur Nada. Tapi dia sadar dia bukan orang yang bisa melakukan itu. Lagipula dia juga masih anak kecil yang tidak akan bisa menenangkan perasaan orang lain.

Hanya saja, semakin lama dia melihat Nada menangis sesugukan seperti itu, rasanya tidak mungkin Raga terus membiarkannya. Pun dia mengikuti kata hatinya, Raga membuka pintu cukup lebar, sengaja membuat sedikit suara agar Nada sadar bahwa dia ada disana.

Dan benar, Nada langsung menoleh, dan cepat-cepat menghapus airmatanya.

RAGA

Nangis aja gak papa (sambil berjalan keluar, bersandar pada pagar balkon)

Nada masih diam dan tetap menghapus sisa-sisa airmatanya.

RAGA

Aku juga pernah ngerasain yang kamu rasain. Kehilangan ayah. Saat itu aku juga nangis berhari-hari. Gak ada yang bisa nenangin aku (menatap lurus ke pemandangan dibawah)

Nada masih tidak bersuara. Yang keluar dari mulutnya hanya sisa isakan kecil yang belum bisa hilang.

RAGA

Kata mama aku itu wajar, aku masih anak-anak, yang gak bisa paksain diri untuk sesabar orang dewasa (menoleh kearah Nada yang juga sudah melihatnya) sama kayak kamu sekarang. Jadi gak perlu malu untuk nangis.

Nada tersenyum samar, justru dia merasa sedikit terhibur dengan ucapan Raga.

Setelah suasana hening beberapa saat, Nada mulai membuka mulut

Kapan kamu kehilangan ayah kamu?

RAGA

Gak lama kok, beberapa bulan yang lalu.

Suasana hening kembali. Raga seperti sedang membutuhkan waktu sampai akhirnya dia bisa kembali bercerita.

RAGA

Rumah ini dibeli ayah, untuk aku sama bunda supaya bisa pindah dari Bandung. Tapi belum sempat kita semua tinggal disini, Ayah udah pergi. Padahal tinggal di Jakarta uda jadi keinginan kita sejak dulu. Karena kan selama ini ayah kerjanya, bolak-balik Bandung Jakarta.

Nada diam, memutuskan untuk mendengar cerita Raga yang untuk pertama kalinya mau terbuka padanya.

RAGA

Kamu tahu siapa ayah aku?

NADA (mengangguk)

Aku uda dengar dari mama aku. Ayah kamu terkenal. Dan cita-cita aku agak mirip sama ayah kamu.

Raga memiringkan sedikit badannya menghadap Nada

RAGA

Jadi gitaris?

NADA (mengeryit)

Ya bukanlah, masa aku jadi gitaris sih.

RAGA

Kamu mau jadi vokalis band? (matanya membulat, heran)

NADA (mengangkat bahu)

Mau itu jadi vokalis band kek, penyanyi solo kek. Yang penting aku pengen jadi penyanyi terkenal. Itu cita-cita aku. Makanya biarpun sekarang papa uda gak ada, aku tetap pengen buat papa bangga dari sini, kalau aku bisa capai cita-cita aku itu (senyum merekah dari mulut nada, meski matanya mulai berkaca-kaca)

Raga tertegun. Untuk kesekian kalinya dia merasa seperti terhipnotis mendengar sesuatu yang keluar dari mulut Nada.

NADA

Kamu juga punya cita-cita kan? Kamu juga harus wujud-in cita-cita kamu. Biar ayah kamu lihat dari atas sana dan bangga sama kamu

Raga masih tertegun. Cita cita? Dia bahkan masih belum memikirkannya. Tapi..

Kayaknya aku baru punya cita-cita sekarang deh (melirik benda yang terletak didalam kamarnya, gitar)

NADA

Apa itu?

RAGA (kembali menghadap kearah Nada)

Aku sering bilang aku pengen kayak ayah. Biarpun ayah bilang tugas aku sekarang harus belajar, aku bakal tetap belajar kok. Tapi cita-cita aku tetap mau kayak ayah. Aku pengen jadi gitaris terkenal kayak ayah

Mata Nada membulat, sedikit terkesima mendengar jawaban Raga.

Dia tersenyum

Kamu pasti bisa, aku dukung kamu

Raga ikut tersenyum, untuk pertama kalinya dia merasa bebannya sedikit terlepas.

NADA

Gimana kalau kita gapai cita-cita kita bersama. Kamu kan bisa main gitar, aku bisa nyanyi. Kita sering latihan bareng aja. Siapa tahu nanti kita bisa sama-sama wujud-in impian kita itu (menaikkan telunjuknya yakin)

Raga agak terkesiap mendengar saran dari Nada.

Dan Nada yang baru tersadar seperti apa sifat Raga sebenarnya langsung tersenyum canggung.

NADA

Eh lupa, kamu pasti gak bakal mau. Gak jadi deh kalau gitu.

Terdengar tawa kecil dari mulut Raga, membuat Nada bingung.

NADA

Kok ketawa sih?

RAGA

Gak papa, aku setuju (berusaha mengendalikan dirinya agak berhenti tertawa)

Nada terdiam, masih bingung.

RAGA

Aku setuju buat kita gapai cita-cita kita berdua. Nanti kalau kamu nyanyi, aku yang main gitar. Kalau sekarang sih aku masih agak trauma main gitar, tapi aku bakal terus coba, sampe aku bisa main lagi kayak dulu.
Gimana?

Senyum Nada langsung merekah. Dia mengangguk dengan semangat.

Siap

Mereka pun tertawa bersama.

FADE OUT —

























Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Bismillah
2 tahun 5 bulan lalu