Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
116. INT. RUANGAN RAHASIA KEVIN - NIGHT
Melani perlahan membuka kedua matanya. Pelan-pelan Melani bangkit dan duduk sempoyongan. Melani terlihat sangat lemas dan penampilannya sungguh berantakan.
Melani melihat keadaan sekitar. Melani terkurung di dalam sebuah kandang besi berukuran cukup besar. Tali rantai melilit di area leher dan di kaitkan ke salah satu tiang besi (seperti anjing). Suasana ruangan cukup redup oleh pencahayaan.
Kevin datang ke ruangan penyekapan itu. Kevin berdiri di depan kandang besi dengan wajah penuh kepuasan. Melani mundur perlahan dan duduk di pojok. Wajah Melani sangat takut dan tak berdaya.
KEVIN
(Tatapan sadisme)
MELANI
KEVIN
(Tertawa cengengesan)
MELANI
(Tatapan berani)
Kevin tertawa lebih keras. Kevin membalikkan badan dan mengambil salah satu pisau besar dari beberapa koleksinya.
Kevin kembali menghampiri kandang besi itu dan sengaja menunjukan pisau besar di hadapan Melani. Sontak saja Melani menjerit ketakutan dan berusaha memeluk dirinya sendiri lebih kuat.
Kevin membuka pintu besi dan masuk ke dalam. Dalam keadaan gemetar, Melani hanya bisa duduk di pojok sambil menutupi wajahnya. Kevin menarik tali rantai di leher Melani dengan kencang. Melani merintih kesakitan.
Kevin mencekik leher Melani dengan kuat. Memukul perut Melani berulang kali sampai terpental ke sana-kemari. Terakhir, Kevin sengaja menusukan pisau besar itu ke arah paha kanan.
Darah mengalir dengan deras dan saat itu juga Melani pingsan. Kevin menarik nafas dan merasa letih. Namun dia tetap tersenyum lebar dan keluar dari kandang besi itu.
117. EXT. DEPAN POLRES - DAY
Kapolres sedang melakukan konferensi pers di depan banyak reporter dan juru kamera.
KAPOLRES
Semua reporter ribut ingin memberikan banyak pertanyaan. Kapolres menerima satu reporter (menunjuk dengan tangan) yang berhak memberikan pertanyaan.
REPORTER 1
(Semangat mencecar)
Setelah mendengar pertanyaan itu Kapolres menghela nafas berat. Wajahnya tenang namun terlihat jelas menunjukan sebuah kebingungan.
CUT TO:
118. INT. KAMAR - RUMAH MELANI - NIGHT
Siti duduk di atas ranjang anak perempuannya. Siti terus menangis meratapi foto Melani yang terus dipeluknya. Sedangkan Baron hanya bisa diam dan termenung di sebelahnya. Mereka berdua terlarut dalam kesedihan yang sangat besar.
119. INT. RUANG TENGAH - RUMAH MELANI - NIGHT
Jefri menutup pintu kamar Melani dan berjalan lesu menuju ruang tengah. Terlihat Baron duduk di salah satu kursi. Mereka berdua saling memandang dengan wajah kosong.
BARON
Jefri duduk di sebelah Baron.
JEFRI
(Menahan tangisan)
Baron menunjukkan satu kertas foto ( gambar Kevin dan Felix memakai baju operasi dan masker) di atas meja. Jefri mengambil foto itu dan mencermatinya dengan seksama. Sesaat wajahahnya berubah keheranan.
BARON
Jefri mengerutkan kening dan mulai duduk tegak. Kedua matanya fokus melihat Baron. Setelah itu Baron menyerahkan beberapa lembar kertas di atas meja. Jefri segera mengambilnya dan membaca dengan seksama.
BARON
JEFRI
BARON
JEFRI
BARON
(Mengangguk)
JEFRI
BARON
(Menatap Jefri serius)
JEFRI
BARON
Uang, uang dan uang.
Baron mengambil HP dan menyerahkan ke Jefri. Kini mereka berdua sama-sama melihat layar HP.
Insert: Memperlihatkan wall Instagram Felix yang selalu memamerkan gaya hidup mewah.
BARON
Jefri bangkit dari kursi, berjalan sedikit menjauhi Baron. Jefri merenung sejenak dan berdiri di depan kaca rumah.
BARON
(Sambil berdiri)
Jefri mengambil HP dan melakukan panggilan telepon.
JEFRI
(On. Phone)
Jefri menutup teleponnya dan kembali menatap pemandangan luar dari balik jendela. Baron kesal sekali dan menghampiri Jefri.
BARON
(Sambil maksa)
Jefri masih bergeming dan tidak menatap balik Baron.
BARON
(Tertawa sendiri)
Baron meraih kerah kemeja Jefri dengan kuat. Mereka kini saling bertatapan penuh intrik dan ketegasan yang dalam.
JEFRI
Jefri melepas cengkraman Jefri dengan tegas.
JEFRI
Di antara suasana yang mencekam, tiba-tiba HP Jefri berdering. Dengan sigap Jefri menerima panggilan telepon tersebut.
WILDAN
(O.S / On phone)
JEFRI
WILDAN
Jefri langsung menutup sambungan telepon. Kedua mata Baron bergetar hebat dan tubuhnya sangat gugup.
JEFRI
120. INT. MOBIL KEVIN- NIGHT
Di jok depan ada Kevin yang sedang mengendarai. Sedangkan di jok sampingnya ada Melani yang sedang duduk. Kedua tangannya diikat dan mulutnya dilakban.
Melani terus menjerit, kepalanya terus menyundul ke arah bangku supir. Kevin merasa sangat jengkel dan terganggu. Kevin menghentikan mobil dan menjambak rambut Melani kasar.
Melani menatap Kevin dengan lemah dan terus mengeluarkan suara yang bising. Langsung saja Kevin membuka lakban di mulutnya. Tiba-tiba Mulut Melani menyemburkan banyak muntahan dan saat itu juga dia pingsan.
KEVIN
Ssssssshh... Sial!
Kevin tambah kesal dan jengkel. Muntahan mengotori seluruh bagian mobilnya. Kevin kembali melajukan mobil dan menepi di depan mini market.
Kevin membuka pintu samping dan keluar. Terlihat Kevin berjalan masuk ke dalam minimarket.
Kembali ke situasi dalam mobil, ternyata Melani hanya pura-pura pingsan. Melani langsung bangun dan berusaha mencari pertolongan. Namun suasana sepi dan tidak ada yang mendengar. Melani membuka pintu namun tetap terkunci.
Tak sengaja Melani melihat CCTV di samping bangunan minimarket. Tak sengaja juga Melani melihat senter yang tergeletak sembarang. Melani langsung mengambil senter dengan susah payah dan mendekatkan sinarnya di depan kaca mobil.
Melani mengedip-ngedipkan sinar senter itu berulang kali dengan acak. Wajahnya penuh kecemasan dan ketakutan. Kevin keluar dari mini market, Melani langsung kembali menyimpan senter itu dan kembali pura-pura pingsan.
Kevin masuk kembali ke dalam mobil dan duduk di jok supir. Kevin terdiam sejenak melihat Melani masih terkulai pingsan. Sedangkan Melani berusaha menahan rasa gugupnya yang luar biasa.
KEVIN
Kevin mengeluarkan sebuah tisu basah dari kantung keresek mini market. Kevin mulai membersihkan mobil dengan fokus.
CUT TO:
121. INT. MOBIL TUA JEFRI - NIGHT
Jefri mengendari mobil dengan kecepatan penuh. Baron ada di jok samping. Terdengar HP Jefri berdering, langsung saja Jefri mengangkat panggilan telepon tersebut.
JEFRI
(On. Phone/ Loud Speaker)
WILDAN
(O.S/ On Phone)
JEFRI
WILDAN
JEFRI
Jefri menutup panggilan telepon dan memeriksa pesan Whatsapp. Jefri mengklik tautan peta alamat minimarket.
122. INT. DEPAN MINI MARKET - NIGHT
Mobil melaju masuk ke area depan parkir mini market. Jefri dan Baron keluar dari mobil. Terlihat area parkir mini market kosong.
Jefri dan Baron masuk ke Minimarket. Jefri dan Baron berjalan mendekati meja kasir dan menunjukan lencana kepolisian.
JEFRI
Kedua petugas kasir hanya bisa mengangguk.
123. INT. RUANG KONTROL CCTV - NIGHT
Jefri duduk sambil melihat rekaman CCTV dari layar laptop. Baron berdiri di samping dengan mata fokus melihat layar laptop juga.
Insert: Memperlihatkan mobil merah terparkir. Kevin keluar dari mobil dan masuk ke mini market.
JEFRI
(Penuh kekesalan)
Insert: Dari kaca samping mobil, terlihat silau cahaya yang berkedip-kedip membentuk sebuah kode.
BARON
JEFRI
Baron dan Jefri menunjukan wajah penuh ketegangan.
124. INT. MOBIL TUA JEFRI - NIGHT
Jefri kembali mengendari mobil dengan sedikit ugal-ugalan. Wajahnya penuh amarah yang tak bisa terbendung lagi.
HP Jefri kembali berdering. Jefri segera menjawab panggilan telepon tersebut.
WILDAN
JEFRI
WILDAN
JEFRI
Sambungan telepon terputus. Baron terlihat berpikir keras dan berusaha untuk mengingat.
Insert: Menampilkan cuplikan ingatan Baron. Saat Baron dan Jefri sempat datang ke Klinik Wills. Ingatan bergeser pada koleksi foto yang di tempel di dinding. Ada beberapa piagam penghargaan, foto-foto dokumentasi berharga. Ingatan Baron tertuju pada satu bingkai foto jadul, dimana memperlihatkan potret keluarga besar sedang berfoto di depan rumah sakit lawas. Ingatan Baron fokus pada tulisan "Rumah Sakit Mulia Harapan Bantar Gebang ".
Kembali suasana di dalam mobil. Baron langsung membuka HP dan mencari sesuatu di laman Google.
Insert: Memperlihatkan profil Rumah sakit Mulia Harapan di Bantar Gebang. Termasuk pemilik yayasan rumah sakit tersebut.
125. INT. LORONG - RUMAH SAKIT TERBENGKALAI - NIGHT
Melani diseret paksa agar berjalan lurus melewati lorong rumah sakit. Suasana rumah sakit terasa sangat horor dan mencekam. Tidak ada sosok lain selain mereka berdua.
Kevin menyeret Melani yang terus dalam rengekan dan kesakitan. Sampai pada akhirnya mereka berhenti di sebuah ruangan yang bertuliskan : "Kepala Yayasan".
126. INT. RUANG KEPALA YAYASAN - RS - NIGHT
Setelah masuk ke dalam, Melani langsung di dorong paksa sampai kepalanya membentur tembok. Melani semakin kesakitan namun badanya terlalu lemah untuk melawan.
Melani tak henti ketakutan dan menangis. Kevin duduk di atas kursi tua yang dulunya milik si kepala Yayasan. Mereka kini saling bertatapan penuh intrik.
MELANI
Kevin tertawa remeh, memandang tajam Melani yang berusaha untuk duduk tegak.
KEVIN
Melani melihat sekitar ruangan. Masih ada beberapa foto keluarga yang sudah tua yang menggantung di tembok.
Kevin bangkit dari kursi dan memainkan alat pemutar musik tua ( piringan hitam).
Kita bisa mendengar bahwa Kevin memainkan musik klasik barat yang terdengar mencekam dan horor. Seperti orang gila atau kesurupan, Kevin menari-nari di sekitar ruangan. Tentu saja itu membuat Melani semakin takut.
FLASHBACK:
127. INT. RUANG KEPALA YAYASAN - DAY
Kevin kecil ( 12 ) bermain sendirian di ruangan. Pintu ruangan terbuka dan terdengar sayup obrolan beberapa orang. Kevin kecil panik dan langsung masuk ke dalam lemari kayu besar.
Di sana ada kepala yayasan (50), kakek Kevin bernama Pak Bambang. Beserta seorang remaja muda cantik, Susi (15) menggunakan seragam pasien. Pak Bambang duduk di atas kursi dan Susi menghadap meja kerja Pak Bambang.
SUSI
(Antusias)
PAK BAMBANG
(Tersenyum dan mengangguk)
Susi tersenyum gembira. Pak Bambang bangkit dari kursi dan berjalan pelan mendekati Susi yang masih belum menyadari apapun.
Pak Bambang mulai genit dan mesum. Pak Bambang perlahan menyentuh kulit dan beberapa area intim Susi. Mulai saat itu Susi merasa tidak nyaman dan menolak.
Pak Bambang semakin agresif, dia mendorong Susi dengan keras ke tembok. Pak Bambang berusaha membuka baju Susi dengan paksa dan penuh nafsu birahi. Namun Susi kuat melawan dan terus menjerit.
Pak Bambang hilang selera dan kesabaran. Pak Bambang langsung menampar, membanting, memukul dan mencekik leher Susi sampai nafas terakhir.
Sisi lain, tanpa Pak Bambang sadari. Kevin kecil mengintip dari balik celah lemari kayu yang bolong. Wajah Kevin memperlihatkan ketakutan luar biasa.
BACK TO:
128. INT. RUANG KEPALA YAYASAN - NIGHT
Kevin menyeret sebuah palu besar di atas keramik. Terdengar suara gesekan palu dan keramik yang saling beradu. Kevin menatap Melani dengan tajam dan penuh aura pembunuh.
Melani terus bergerak mundur, kedua bola matanya bergetar hebat. Keringat dingin mulai muncul di sekitar kulit wajahnya. Tangan Melani tak sengaja meraba pasir yang tersebar di sela-sela keramik yang pecah.
Tangan kanan Melani berusaha meraup pasir dan pecahan keramik dengan erat. Kevin tinggal selangkah lagi, jarak mereka berdua sudah terlalu dekat.
Tanpa ada basa-basi lagi, Kevin segera mengayunkan palu besar ke arah wajah Melani. Saat bersamaan juga Melani melempar gundukan pasir + pecahan keramik ke arah wajah dan mata Kevin lebih cepat.
Sontak saja palu itu goyah dan jatuh. Tangan Kevin segera menutupi kedua matanya yang perih dan sakit karena kemasukan pasir + pecahan keramik itu.
Melihat ada peluang, Melani berusaha bangkit dan berjalan keluar dari ruangan tersebut.
129. EXT. LORONG LUAR - RS - NIGHT
Di tengah gelapnya malam, Melani berjalan terpincang-pincang. Melani terus berusaha kabur dan mengumpulkan sisa-sisa tenaga untuk berlarian.
Tidak terlalu jauh dari arah belakang. Kevin masih berjalan santai menyusul kemana Melani pergi. Palu besar itu sengaja diseret oleh Kevin hingga mengeluarkan suara gesekan.
Melani sangat terkejut mendengar suara gesekan palu itu. Melani masuk ke sebuah ruangan lain untuk bersembunyi.
130. INT. RUANG OPERASI - RS - NIGHT
Di antara peralatan medis yang sudah terbengkalai. Melani bersembunyi di balik tumpukan rak yang masih berdiri kokoh.
Melani menutup mulutnya dengan kedua tangan dan berusaha menahan rasa takut yang luar biasa.
Kevin masuk ke ruang operasi. Suara gesekan palu itu semakin terdengar jelas. Kevin mencoba mencari ke setiap sudut dan mencari keberadaan Melani.
Langkah Kevin terhenti saat dia berdiri di depan gundukan rak-rak besar. Palu itu sengaja dia gesekan ke beberapa rak-rak berbahan stainless stell. Suara itu membuat Melani semakin gugup dan larut dalam ketakutan luar biasa.
Kevin dengan sigap merubuhkan satu persatu rak-rak itu. Melani akhirnya menjerit dan Kevin bisa melihat Melani duduk bersembunyi di dalam sana.
Kevin tersenyum puas, tatapan psikopat terpancar jelas dari wajahnya. Langsung saja Kevin mengayunkan palu ke arah wajah Melani yang hanya bisa menangis.
131. EXT. HALAMAN DEPAN RS - NIGHT
Mobil tua terparkir di area halaman depan rumah sakit. Jefri dan Baron keluar bersama dari mobil. Mobil merah milik Kevin terparkir di sana juga.
Mereka berdua bergegas masuk menerobos pintu rumah sakit yang terlihat kunci gemboknya sudah terbuka.
JEFRI
Jefri memberikan pisau ke tangan Baron. Sekilas Baron menatap pisau itu dengan gugup.
JEFRI
BARON
Jefri menghela nafas pendek dan wajahnya semakin gugup. Jefri terus memperkuat pegangan pistol yang terus di genggamnya. Mereka berdua masuk bersama.
132. EXT. LORONG - LORONG LUAR RS - NIGHT
Jefri dan Baron sudah masuk menyelinap dan berjalan mengikuti setiap jalan lorong rumah sakit. Mereka terus waspada dan bersiap dengan senjata masing-masing.
Selama perjalanan mereka masih belum bisa menemukan keberadaan Melani dan Kevin.
133. INT. RUANG KEPALA YAYASAN - NIGHT
Tubuh Melani sudah terkapar lemas, darah mengucur deras dari kepalanya. Kevin terlihat sibuk mempersiapkan gergaji listrik. Saat gergaji listrik menyala dan mengeluarkan suara bising. Barulah Melani sadar kembali dan menjerit ketakutan.
134. EXT. LORONG -LORONG LUAR RS - NIGHT
Baron dan Jefri masih sigap dan waspada dalam pencarian. Tiba-tiba mereka jelas mendengar ada suara jeritan Melani dari jauh. Baron dan Jefri terkejut mendengar suara jeritan tersebut.
JEFRI
Jefri dan Baron langsung berlarian mencari sumber suara itu.
CUT BACK TO:
135. RUANG KEPALA YAYASAN - NIGHT
Gergaji listrik semakin mendekati Melani. Kevin kali ini sangat serius dengan pekerjaannya. Melani hanya bisa menutup mata dan pasrah begitu saja.
Pintu tiba-tiba terbuka secara paksa. Jefri datang dan langsung meloncat menghajar Kevin dalam sekejap. Melani terkejut melihat Jefri datang menyelamatkannya.
Mereka berdua berpelukan dan saling menatap penuh haru. Jefri berusaha menahan tangisan.
JEFRI
Sambil menangis tersedu-sedu, Melani terus menggelengkan kepalanya. Dari arah belakang ternyata Kevin sudah bangkit dan berusaha menyakiti Jefri dengan sebuah palu. Melani tentu menyadarinya.
MELANI
Dengan sigap Jefri berhasil menangkis palu dan serangan itu. Namun Kevin tidak menyerah, dia semakin bersemangat menantang balik Jefri.
Kini terjadi perkelahian dengan tangan kosong (tanpa senjata) di antara Jefri dan Kevin. Saling ada pukulan dan kekuatan membuat suasana semakin tegang.
Sedangkan di balik pintu masih ada Baron yang berdiri penuh kegugupan. Tangannya kuat menggenggam pisau dan amarah yang berusaha dia tahan.
Jefri dan Kevin berhasil berkelahi sampai menembus pintu. Kini mereka berada di luar.
136. EXT. SEPANJANG LORONG RS - NIGHT
Kevin berusaha melarikan diri namun dari belakang Jefri terus mengincar Kevin. Mereka masih saling mengaduk kekuatan dan pukulan yang bertubi-tubi.
137. INT. RUANG PERAWATAN - NIGHT
Kevin masuk ke salah satu ruang perawatan. Saat Jefri menyusul masuk, langsung saja Kevin mendorong ranjang rumah sakit dengan keras. Jefri masih bisa melawan dan berhasil lolos.
Jefri menyerang balik, sampai membanting sangat keras tubuh Kevin ke atas ranjang. Sampai ranjang itu hancur lebur. Kevin mulai kelelahan dan masih terkapar lemah di atas ranjang.
Nafas Jefri terdengar engos-engosan. Jefri meraih borgol di saku belakang dan mencoba mendekati Kevin. Namun tak disangka-sangka, Kevin malah mengayunkan besi tua ( dari serpihan ranjang yang hancur) tepat ke arah kepala Jefri.
Sontak saja Jefri langsung terpental dan tubuhnya jatuh. Jefri hilang keseimbangan tubuh dan kepalanya oleng. Kevin berusaha bangkit dari atas ranjang dan membalas Jefri dengan pipa besi itu ( memukul secara membabi buta)
Jefri benar-benar terkapar dengan tidak berdaya. Darah mulai mengucur dari kepala, hidung dan mulut. Kevin mulai bersemangat kembali saat dirinya terus menyiksa Jefri dengan pipa besi itu.
Terlihat Jefri sudah seperti kehilangan nyawa. Kevin lalu meraba-raba saku celana Jefri dan mengambil pistol.
Sambil berdiri, Kevin langsung menodongkan pistol itu tepat di wajah Jefri yang sudah tidak bergerak sama sekali.
Kevin tersenyum sinis dan penuh kemenangan. Tangannya sudah siap menarik pelatuk dengan mudah.
KEVIN
Tak di sadari Kevin saat akan menarik pelatuk pistol. Dari arah belakang, Baron langsung menancapkan pisau ke area leher kanan Kevin.
Kevin terkejut dalam kesakitan yang luar biasa. Kevin ikut jatuh dan terkapar, kedua tangannya terus menahan aliran darah yang keluar deras dari sayatan leher.
Kevin diambang sekarat, tubuhnya terus menggigil kesakitan. Kedua mata Kevin melotot memandangi Baron yang berdiri di depannya. Baron terlihat sangat murka dan penuh kemarahan.
Baron mengambil pistol yang tergeletak. Baron menodongkan pistol tepat di dalam mulut Kevin. Wajah Baron kosong dan hampa, tidak ada lagi belas kasih yang tersirat dimatanya.
Namun tiba-tiba terdengar suara sirine mobil polisi dan ambulance dengan sangat nyaring. Baron mendekati jendela dan melihat keadaan sekitar luar. Ternyata mobil polisi dan ambulans sudah memenuhi area depan rumah sakit.
Baron kembali mendekati Kevin yang masih berusaha bertahan dalam rasa sakit. Baron semakin bersiap untuk menembak mulut Kevin dari jarak dekat.
Tanpa banyak basa-basi, Baron menarik pelatuk itu ke dalam mulut Kevin. Sebuah tembakan keluar menembus mulut dan sekejap mengahancurkan kepala Kevin sampai terpisah-pisah.
138. EXT. LORONG RS - NIGHT
Sementara Tim regu polisi ( tim investigasi kriminal) secara bersamaan mendengar suara tembakan pistol. Mereka langsung bergerak cepat mencari sumber suara tembakan.
CUT BACK TO:.
139. INT. RUANG PERAWATAN - NIGHT
Tim regu polisi masuk secara bersama ke ruang perawatan. Mereka dengan jelas melihat Jefri terkapar tidak sadarkan diri di atas lantai. Sedangkan tubuh Kevin di temukan tewas mengenaskan dengan kepala hancur lebur.
Sementara itu, tidak ada Baron di tempat kejadian. Hanya menyisakan pistol yang sengaja diletakan di samping mayat Kevin.
DISSOLVE TO:
140. INT. RUANG PERAWATAN - RS - DAY
Melani bersandar di atas ranjang rumah sakit sambil mengunyah. Siti dengan penuh kasih sayang tengah menyuapi Melani beberapa potong apel.
SITI
Melani tersenyum lembut dan penuh ketulusan.
SITI
MELANI
Siti dan Melani tersenyum bersama. Mereka kini saling berpelukan, bahkan Siti sempat mencium kening Melani dengan hangat.
MELANI
Melani menganggukkan kepala dan Siti berjalan pergi sambil menenteng tas.
Saat akan membuka pintu, tak sengaja Siti berpapasan dengan Jefri yang akan masuk ke dalam. Mereka berhenti sejenak dan saling melempar senyuman lebar.
SITI
JEFRI
(Sambil mengangguk)
Setelah yakin, Siti keluar dan Jefri masuk ke dalam ruangan. Kini Melani dan Jefri saling bertemu satu sama lain.
Jefri duduk di samping ranjang. Tanpa ada basa-basi lagi Jefri memberikan sebuah buku tabungan ke tangan Melani. Langsung saja Melani membuka lembar terakhir buku tabungan itu. Wajahnya berubah seketika, kaget dan sedikit tidak percaya apa yang telah dilihatnya.
MELANI
JEFRI
(tertawa kecil )
Itu tabungan darurat ayah sih. Daripada nganggur mending kamu pake buat operasi plastik.
MELANI
(Tidak senang)
JEFRI
Melani tersenyum tipis setelah mendengar itu. Melani menutup buku tabungan dan kembali menyerahkannya ke tangan Jefri. Sontak saja Jefri terkejut.
MELANI
JEFRI
( penuh ketulusan )
Ayah gak keberatan, pake aja uangnya.
MELANI
Jefri terlihat sangat terharu dan kedua bola matanya kuat menahan air mata. Jefri kembali memasukan buku tabungan itu ke dalam saku jaket depan.
MELANI
JEFRI
MELANI
(Wajah kecewa)
JEFRI
(Sedikit merenung)
MELANI
JEFRI
(Tersenyum)
Melani tertawa kecil, kedua matanya berbinar menatap Jefri. Begitupun dengan Jefri, dia balik menatap anaknya penuh dengan kehangatan dan kasih sayang.
FADE OUT.
THE END