Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Plastic Killer
Suka
Favorit
Bagikan
8. ACT ( h ) / END

116. INT. RUANGAN RAHASIA KEVIN - NIGHT

Melani perlahan membuka kedua matanya. Pelan-pelan Melani bangkit dan duduk sempoyongan. Melani terlihat sangat lemas dan penampilannya sungguh berantakan.

Melani melihat keadaan sekitar. Melani terkurung di dalam sebuah kandang besi berukuran cukup besar. Tali rantai melilit di area leher dan di kaitkan ke salah satu tiang besi (seperti anjing). Suasana ruangan cukup redup oleh pencahayaan.

Kevin datang ke ruangan penyekapan itu. Kevin berdiri di depan kandang besi dengan wajah penuh kepuasan. Melani mundur perlahan dan duduk di pojok. Wajah Melani sangat takut dan tak berdaya.

KEVIN

(Tatapan sadisme)

Aaaarggghh... Nyali kamu buat hidup masih besar juga. Apa aku harus bunuh kamu malam ini?

MELANI

Kalo aku mati kamu juga mati. Ayahku gak akan biarin kamu hidup gitu aja!!!

KEVIN

(Tertawa cengengesan)

Ayah dan anak sama sama pengecut. Sampai kapanpun polisi gak bisa nangkap aku. Buktinya? Kamu masih disini kan?

MELANI

(Tatapan berani)

Dasar dokter iblis!!! Tega kamu habisin nyawa Sonya. Tega kamu bunuh semua wanita cuman iming-iming operasi plastik!!


Kevin tertawa lebih keras. Kevin membalikkan badan dan mengambil salah satu pisau besar dari beberapa koleksinya.

Kevin kembali menghampiri kandang besi itu dan sengaja menunjukan pisau besar di hadapan Melani. Sontak saja Melani menjerit ketakutan dan berusaha memeluk dirinya sendiri lebih kuat.

Kevin membuka pintu besi dan masuk ke dalam. Dalam keadaan gemetar, Melani hanya bisa duduk di pojok sambil menutupi wajahnya. Kevin menarik tali rantai di leher Melani dengan kencang. Melani merintih kesakitan.

Kevin mencekik leher Melani dengan kuat. Memukul perut Melani berulang kali sampai terpental ke sana-kemari. Terakhir, Kevin sengaja menusukan pisau besar itu ke arah paha kanan.

Darah mengalir dengan deras dan saat itu juga Melani pingsan. Kevin menarik nafas dan merasa letih. Namun dia tetap tersenyum lebar dan keluar dari kandang besi itu.

117. EXT. DEPAN POLRES - DAY

Kapolres sedang melakukan konferensi pers di depan banyak reporter dan juru kamera.

KAPOLRES

Walau pembunuh utama sudah ditemukan tewas bunuh diri dan sengaja meninggalkan bukti pembunuhan. Kami belum menutup kasus ini dikarenakan satu korban bernama Melani masih belum ditemukan.


Semua reporter ribut ingin memberikan banyak pertanyaan. Kapolres menerima satu reporter (menunjuk dengan tangan) yang berhak memberikan pertanyaan.

REPORTER 1

(Semangat mencecar)

Apa anda yakin kalo dokter Felix dalang utama dari pembunuhan berantai ini? Kenapa harus bunuh diri? Apa motifnya? Lalu apa polisi bisa menemukan satu korban yang masih hilang padahal pelaku utama sudah meninggal?


Setelah mendengar pertanyaan itu Kapolres menghela nafas berat. Wajahnya tenang namun terlihat jelas menunjukan sebuah kebingungan.

CUT TO:

118. INT. KAMAR - RUMAH MELANI - NIGHT

Siti duduk di atas ranjang anak perempuannya. Siti terus menangis meratapi foto Melani yang terus dipeluknya. Sedangkan Baron hanya bisa diam dan termenung di sebelahnya. Mereka berdua terlarut dalam kesedihan yang sangat besar.

119. INT. RUANG TENGAH - RUMAH MELANI - NIGHT

Jefri menutup pintu kamar Melani dan berjalan lesu menuju ruang tengah. Terlihat Baron duduk di salah satu kursi. Mereka berdua saling memandang dengan wajah kosong.

BARON

Aku minta maaf. Ini semua salahku. Kalo saja aku gak ikut campur mungkin anakmu masih selamat.


Jefri duduk di sebelah Baron.


JEFRI

(Menahan tangisan)

Semua ini salah orang tua. Aku polisi tapi gak guna berguna buat anakku sendiri.


Baron menunjukkan satu kertas foto ( gambar Kevin dan Felix memakai baju operasi dan masker) di atas meja. Jefri mengambil foto itu dan mencermatinya dengan seksama. Sesaat wajahahnya berubah keheranan.


BARON

Mereka itu Kevin sama Felix. Tapi anehnya, salah satu perawat dan dokter anestesi bahkan sulit membedakan mana itu dokter Kevin dan Felix. Bahkan di ruang operasi sekalipun mereka gak bisa bedain mana Kevin dan Felix.


Jefri mengerutkan kening dan mulai duduk tegak. Kedua matanya fokus melihat Baron. Setelah itu Baron menyerahkan beberapa lembar kertas di atas meja. Jefri segera mengambilnya dan membaca dengan seksama.

BARON

Itu jadwal operasi dokter Kevin dan Felix di klinik cabang Jaktim. Polanya sama, kalo waktunya operasi dokter Kevin nah si Felix ini libur. Aku bahkan udah cocokin semua jadwal operasi Kevin. Kamu tau apa yang menarik?

JEFRI

Cepat beritahu aku apa?

BARON

Semua Waktu dan jam saat operasi itu sama banget barengan pas hilangnya semua wanita, termasuk Melani kemarin. Aku yakin, si Felix yang lembur kemarin di ruang operasi gantiin Kevin.

JEFRI

Dia sengaja kan membuat alibi?

BARON

(Mengangguk)

Ini cuman dugaan aja. Parahnya, biar alibinya tuh kuat, dia pake laptop Felix buat mancing semua korban di situs website. Mereka berdua sejak dari dulu sudah berkonspirasi.


JEFRI

Kamu yakin hah!!

BARON

(Menatap Jefri serius)

Bayangin aja. Mudah banget si Kevin itu manfaatin wajah Felix. Felix itu dokter hebat kaya Kevin. Kemampuan operasinya sama-sama jenius. Gak bakal ada yang sadar kalo mereka saling bertukar tempat.

JEFRI

Terus kenapa dokter sehebat Felix mau nerima kerjaan kaya gitu?

BARON

Uang, uang dan uang.


Baron mengambil HP dan menyerahkan ke Jefri. Kini mereka berdua sama-sama melihat layar HP.

Insert: Memperlihatkan wall Instagram Felix yang selalu memamerkan gaya hidup mewah.


BARON

Ngerti sekarang? Felix itu gak punya privilege dari keluarga kaya. Gajinya mentok paling beli mobil Fortuner bekas. Mana bisa dia beli Rolex atau Ferarri.


Jefri bangkit dari kursi, berjalan sedikit menjauhi Baron. Jefri merenung sejenak dan berdiri di depan kaca rumah.


BARON

(Sambil berdiri)

Ayo Jef.. tunggu apa lagi!! Kita harus segera tangkap dokter gila itu!! Kamu mau Melani bernasib buruk kaya adikku Hah!!


Jefri mengambil HP dan melakukan panggilan telepon.


JEFRI

(On. Phone)

Wildan, sekarang juga kamu periksa rekening dokter Felix. Kamu periksa dalam satu tahun terakhir apa dia pernah nerima uang besar dari Kevin.


Jefri menutup teleponnya dan kembali menatap pemandangan luar dari balik jendela. Baron kesal sekali dan menghampiri Jefri.


BARON

(Sambil maksa)

Buang-buang waktu!! Kamu kira si Kevin bakal biarin Melani hidup apa???!!! Ayo dong.. jangan lembek kaya gini.


Jefri masih bergeming dan tidak menatap balik Baron.


BARON

(Tertawa sendiri)

Aaarghhhh bener tambah gila!! Semua stress!!!


Baron meraih kerah kemeja Jefri dengan kuat. Mereka kini saling bertatapan penuh intrik dan ketegasan yang dalam.


JEFRI

Kita gak punya waktu lagi. Kamu mau anak kamu mati sia-sia karena bapaknya bego?


Jefri melepas cengkraman Jefri dengan tegas.


JEFRI

Kalo aku salah langkah lagi. Justru kesempatan buat nemuin Melani makin jauh. Aku gak bisa gegabah lagi!!


Di antara suasana yang mencekam, tiba-tiba HP Jefri berdering. Dengan sigap Jefri menerima panggilan telepon tersebut.


WILDAN

(O.S / On phone)

Ini gila... Dari mana kapten tau hal semacam kaya gini.

JEFRI

Kamu nemu apa?

WILDAN

Banyak banget transaksi berjumlah miliaran dari akun Kevin. Wah.. wah.. aku yakin sih ini bukan gaji karyawan dokter. Ko aku baru sadar yah.


Jefri langsung menutup sambungan telepon. Kedua mata Baron bergetar hebat dan tubuhnya sangat gugup.


JEFRI

Ayo kita pergi!! Waktu kita sangat dikit.


120. INT. MOBIL KEVIN- NIGHT

Di jok depan ada Kevin yang sedang mengendarai. Sedangkan di jok sampingnya ada Melani yang sedang duduk. Kedua tangannya diikat dan mulutnya dilakban.

Melani terus menjerit, kepalanya terus menyundul ke arah bangku supir. Kevin merasa sangat jengkel dan terganggu. Kevin menghentikan mobil dan menjambak rambut Melani kasar.

Melani menatap Kevin dengan lemah dan terus mengeluarkan suara yang bising. Langsung saja Kevin membuka lakban di mulutnya. Tiba-tiba Mulut Melani menyemburkan banyak muntahan dan saat itu juga dia pingsan.

KEVIN

Ssssssshh... Sial!


Kevin tambah kesal dan jengkel. Muntahan mengotori seluruh bagian mobilnya. Kevin kembali melajukan mobil dan menepi di depan mini market.

Kevin membuka pintu samping dan keluar. Terlihat Kevin berjalan masuk ke dalam minimarket.

Kembali ke situasi dalam mobil, ternyata Melani hanya pura-pura pingsan. Melani langsung bangun dan berusaha mencari pertolongan. Namun suasana sepi dan tidak ada yang mendengar. Melani membuka pintu namun tetap terkunci.

Tak sengaja Melani melihat CCTV di samping bangunan minimarket. Tak sengaja juga Melani melihat senter yang tergeletak sembarang. Melani langsung mengambil senter dengan susah payah dan mendekatkan sinarnya di depan kaca mobil.

Melani mengedip-ngedipkan sinar senter itu berulang kali dengan acak. Wajahnya penuh kecemasan dan ketakutan. Kevin keluar dari mini market, Melani langsung kembali menyimpan senter itu dan kembali pura-pura pingsan.

Kevin masuk kembali ke dalam mobil dan duduk di jok supir. Kevin terdiam sejenak melihat Melani masih terkulai pingsan. Sedangkan Melani berusaha menahan rasa gugupnya yang luar biasa.


KEVIN

Aahh.. harusnya aku bunuh kamu aja tadi. Repot jadinya sekarang.


Kevin mengeluarkan sebuah tisu basah dari kantung keresek mini market. Kevin mulai membersihkan mobil dengan fokus.

CUT TO:

121. INT. MOBIL TUA JEFRI - NIGHT

Jefri mengendari mobil dengan kecepatan penuh. Baron ada di jok samping. Terdengar HP Jefri berdering, langsung saja Jefri mengangkat panggilan telepon tersebut.

JEFRI

(On. Phone/ Loud Speaker)

Gimana udah dapat lokasinya?

WILDAN

(O.S/ On Phone)

Ada di daerah Bekasi. Sinyal terakhir kami tangkap di salah satu mini market.

JEFRI

Ok, cepat kamu kirim lokasinya.

WILDAN

Siap!

JEFRI

Segera kirim bantuan dan ambulans.


Jefri menutup panggilan telepon dan memeriksa pesan Whatsapp. Jefri mengklik tautan peta alamat minimarket.

122. INT. DEPAN MINI MARKET - NIGHT

Mobil melaju masuk ke area depan parkir mini market. Jefri dan Baron keluar dari mobil. Terlihat area parkir mini market kosong.

Jefri dan Baron masuk ke Minimarket. Jefri dan Baron berjalan mendekati meja kasir dan menunjukan lencana kepolisian.

JEFRI

Aku ingin lihat CCTV sekarang juga.


Kedua petugas kasir hanya bisa mengangguk.

123. INT. RUANG KONTROL CCTV - NIGHT

Jefri duduk sambil melihat rekaman CCTV dari layar laptop. Baron berdiri di samping dengan mata fokus melihat layar laptop juga.

Insert: Memperlihatkan mobil merah terparkir. Kevin keluar dari mobil dan masuk ke mini market.

JEFRI

(Penuh kekesalan)

Bajingan!

Insert: Dari kaca samping mobil, terlihat silau cahaya yang berkedip-kedip membentuk sebuah kode.

BARON

Cahaya apa itu?

JEFRI

Aku yakin, Melani ada di dalam sana. Itu sinyal SoS yang pernah aku ajarkan waktu dia kecil.


Baron dan Jefri menunjukan wajah penuh ketegangan.

124. INT. MOBIL TUA JEFRI - NIGHT

Jefri kembali mengendari mobil dengan sedikit ugal-ugalan. Wajahnya penuh amarah yang tak bisa terbendung lagi.

HP Jefri kembali berdering. Jefri segera menjawab panggilan telepon tersebut.

WILDAN

Gawat!! Kami kehilangan sinyal terbaru Kevin. Sinyal itu terhenti di salah satu jalan di Bantar Gebang.

JEFRI

Assshhh... Sial.. siaaal!!

WILDAN

Apa kapten tau kemana dokter itu pergi? Apa mu ytujuan dia membawa anakmu ke Bantar Gebang?

JEFRI

Entahlah... akut beneran gak tau. Mungkin aja tempat khusus.


Sambungan telepon terputus. Baron terlihat berpikir keras dan berusaha untuk mengingat.

Insert: Menampilkan cuplikan ingatan Baron. Saat Baron dan Jefri sempat datang ke Klinik Wills. Ingatan bergeser pada koleksi foto yang di tempel di dinding. Ada beberapa piagam penghargaan, foto-foto dokumentasi berharga. Ingatan Baron tertuju pada satu bingkai foto jadul, dimana memperlihatkan potret keluarga besar sedang berfoto di depan rumah sakit lawas. Ingatan Baron fokus pada tulisan "Rumah Sakit Mulia Harapan Bantar Gebang ".

Kembali suasana di dalam mobil. Baron langsung membuka HP dan mencari sesuatu di laman Google.

Insert: Memperlihatkan profil Rumah sakit Mulia Harapan di Bantar Gebang. Termasuk pemilik yayasan rumah sakit tersebut.

125. INT. LORONG - RUMAH SAKIT TERBENGKALAI - NIGHT

Melani diseret paksa agar berjalan lurus melewati lorong rumah sakit. Suasana rumah sakit terasa sangat horor dan mencekam. Tidak ada sosok lain selain mereka berdua.

Kevin menyeret Melani yang terus dalam rengekan dan kesakitan. Sampai pada akhirnya mereka berhenti di sebuah ruangan yang bertuliskan : "Kepala Yayasan".

126. INT. RUANG KEPALA YAYASAN - RS - NIGHT

Setelah masuk ke dalam, Melani langsung di dorong paksa sampai kepalanya membentur tembok. Melani semakin kesakitan namun badanya terlalu lemah untuk melawan.

Melani tak henti ketakutan dan menangis. Kevin duduk di atas kursi tua yang dulunya milik si kepala Yayasan. Mereka kini saling bertatapan penuh intrik.

MELANI

Apa lagi rencana mu Hah!! Bunuh saja aku!!


Kevin tertawa remeh, memandang tajam Melani yang berusaha untuk duduk tegak.


KEVIN

Kamu tau kenapa aku membawamu ke tempat menyeramkan kaya gini?


Melani melihat sekitar ruangan. Masih ada beberapa foto keluarga yang sudah tua yang menggantung di tembok.

Kevin bangkit dari kursi dan memainkan alat pemutar musik tua ( piringan hitam).

Kita bisa mendengar bahwa Kevin memainkan musik klasik barat yang terdengar mencekam dan horor. Seperti orang gila atau kesurupan, Kevin menari-nari di sekitar ruangan. Tentu saja itu membuat Melani semakin takut.

FLASHBACK:

127. INT. RUANG KEPALA YAYASAN - DAY

Kevin kecil ( 12 ) bermain sendirian di ruangan. Pintu ruangan terbuka dan terdengar sayup obrolan beberapa orang. Kevin kecil panik dan langsung masuk ke dalam lemari kayu besar.

Di sana ada kepala yayasan (50), kakek Kevin bernama Pak Bambang. Beserta seorang remaja muda cantik, Susi (15) menggunakan seragam pasien. Pak Bambang duduk di atas kursi dan Susi menghadap meja kerja Pak Bambang.

SUSI

(Antusias)

Bapak yakin mau bantu biaya pengobatan dan operasi jantung saya?

PAK BAMBANG

(Tersenyum dan mengangguk)

Tentu saja, aku sangat senang membantu pasien cantik dan tidak mampu kaya kamu.


Susi tersenyum gembira. Pak Bambang bangkit dari kursi dan berjalan pelan mendekati Susi yang masih belum menyadari apapun.

Pak Bambang mulai genit dan mesum. Pak Bambang perlahan menyentuh kulit dan beberapa area intim Susi. Mulai saat itu Susi merasa tidak nyaman dan menolak.

Pak Bambang semakin agresif, dia mendorong Susi dengan keras ke tembok. Pak Bambang berusaha membuka baju Susi dengan paksa dan penuh nafsu birahi. Namun Susi kuat melawan dan terus menjerit.

Pak Bambang hilang selera dan kesabaran. Pak Bambang langsung menampar, membanting, memukul dan mencekik leher Susi sampai nafas terakhir.

Sisi lain, tanpa Pak Bambang sadari. Kevin kecil mengintip dari balik celah lemari kayu yang bolong. Wajah Kevin memperlihatkan ketakutan luar biasa.

BACK TO:

128. INT. RUANG KEPALA YAYASAN - NIGHT

Kevin menyeret sebuah palu besar di atas keramik. Terdengar suara gesekan palu dan keramik yang saling beradu. Kevin menatap Melani dengan tajam dan penuh aura pembunuh.

Melani terus bergerak mundur, kedua bola matanya bergetar hebat. Keringat dingin mulai muncul di sekitar kulit wajahnya. Tangan Melani tak sengaja meraba pasir yang tersebar di sela-sela keramik yang pecah.

Tangan kanan Melani berusaha meraup pasir dan pecahan keramik dengan erat. Kevin tinggal selangkah lagi, jarak mereka berdua sudah terlalu dekat.

Tanpa ada basa-basi lagi, Kevin segera mengayunkan palu besar ke arah wajah Melani. Saat bersamaan juga Melani melempar gundukan pasir + pecahan keramik ke arah wajah dan mata Kevin lebih cepat.

Sontak saja palu itu goyah dan jatuh. Tangan Kevin segera menutupi kedua matanya yang perih dan sakit karena kemasukan pasir + pecahan keramik itu.

Melihat ada peluang, Melani berusaha bangkit dan berjalan keluar dari ruangan tersebut.

129. EXT. LORONG LUAR - RS - NIGHT

Di tengah gelapnya malam, Melani berjalan terpincang-pincang. Melani terus berusaha kabur dan mengumpulkan sisa-sisa tenaga untuk berlarian.

Tidak terlalu jauh dari arah belakang. Kevin masih berjalan santai menyusul kemana Melani pergi. Palu besar itu sengaja diseret oleh Kevin hingga mengeluarkan suara gesekan.

Melani sangat terkejut mendengar suara gesekan palu itu. Melani masuk ke sebuah ruangan lain untuk bersembunyi.

130. INT. RUANG OPERASI - RS - NIGHT

Di antara peralatan medis yang sudah terbengkalai. Melani bersembunyi di balik tumpukan rak yang masih berdiri kokoh.

Melani menutup mulutnya dengan kedua tangan dan berusaha menahan rasa takut yang luar biasa.

Kevin masuk ke ruang operasi. Suara gesekan palu itu semakin terdengar jelas. Kevin mencoba mencari ke setiap sudut dan mencari keberadaan Melani.

Langkah Kevin terhenti saat dia berdiri di depan gundukan rak-rak besar. Palu itu sengaja dia gesekan ke beberapa rak-rak berbahan stainless stell. Suara itu membuat Melani semakin gugup dan larut dalam ketakutan luar biasa.

Kevin dengan sigap merubuhkan satu persatu rak-rak itu. Melani akhirnya menjerit dan Kevin bisa melihat Melani duduk bersembunyi di dalam sana.

Kevin tersenyum puas, tatapan psikopat terpancar jelas dari wajahnya. Langsung saja Kevin mengayunkan palu ke arah wajah Melani yang hanya bisa menangis.

131. EXT. HALAMAN DEPAN RS - NIGHT

Mobil tua terparkir di area halaman depan rumah sakit. Jefri dan Baron keluar bersama dari mobil. Mobil merah milik Kevin terparkir di sana juga.

Mereka berdua bergegas masuk menerobos pintu rumah sakit yang terlihat kunci gemboknya sudah terbuka.

JEFRI

Kamu benar, mereka ada di sini.


Jefri memberikan pisau ke tangan Baron. Sekilas Baron menatap pisau itu dengan gugup.


JEFRI

Kamu gak boleh terluka. Pake ini buat melawan.

BARON

Kita harus lebih berhati-hati. Rumah sakit ini sama gilanya kaya si Kevin. Rumah sakit ditutup karena kasus pelecehan seksual beberapa pasien wanita yang kurang mampu.


Jefri menghela nafas pendek dan wajahnya semakin gugup. Jefri terus memperkuat pegangan pistol yang terus di genggamnya. Mereka berdua masuk bersama.

132. EXT. LORONG - LORONG LUAR RS - NIGHT

Jefri dan Baron sudah masuk menyelinap dan berjalan mengikuti setiap jalan lorong rumah sakit. Mereka terus waspada dan bersiap dengan senjata masing-masing.

Selama perjalanan mereka masih belum bisa menemukan keberadaan Melani dan Kevin.

133. INT. RUANG KEPALA YAYASAN - NIGHT

Tubuh Melani sudah terkapar lemas, darah mengucur deras dari kepalanya. Kevin terlihat sibuk mempersiapkan gergaji listrik. Saat gergaji listrik menyala dan mengeluarkan suara bising. Barulah Melani sadar kembali dan menjerit ketakutan.

134. EXT. LORONG -LORONG LUAR RS - NIGHT

Baron dan Jefri masih sigap dan waspada dalam pencarian. Tiba-tiba mereka jelas mendengar ada suara jeritan Melani dari jauh. Baron dan Jefri terkejut mendengar suara jeritan tersebut.

JEFRI

Itu Melani!!!!


Jefri dan Baron langsung berlarian mencari sumber suara itu.

CUT BACK TO:

135. RUANG KEPALA YAYASAN - NIGHT

Gergaji listrik semakin mendekati Melani. Kevin kali ini sangat serius dengan pekerjaannya. Melani hanya bisa menutup mata dan pasrah begitu saja.

Pintu tiba-tiba terbuka secara paksa. Jefri datang dan langsung meloncat menghajar Kevin dalam sekejap. Melani terkejut melihat Jefri datang menyelamatkannya.

Mereka berdua berpelukan dan saling menatap penuh haru. Jefri berusaha menahan tangisan.

JEFRI

Nak.. maafin ayah datang telat.


Sambil menangis tersedu-sedu, Melani terus menggelengkan kepalanya. Dari arah belakang ternyata Kevin sudah bangkit dan berusaha menyakiti Jefri dengan sebuah palu. Melani tentu menyadarinya.


MELANI

Ayah... Awaaassss!!!!


Dengan sigap Jefri berhasil menangkis palu dan serangan itu. Namun Kevin tidak menyerah, dia semakin bersemangat menantang balik Jefri.

Kini terjadi perkelahian dengan tangan kosong (tanpa senjata) di antara Jefri dan Kevin. Saling ada pukulan dan kekuatan membuat suasana semakin tegang.

Sedangkan di balik pintu masih ada Baron yang berdiri penuh kegugupan. Tangannya kuat menggenggam pisau dan amarah yang berusaha dia tahan.

Jefri dan Kevin berhasil berkelahi sampai menembus pintu. Kini mereka berada di luar.

136. EXT. SEPANJANG LORONG RS - NIGHT

Kevin berusaha melarikan diri namun dari belakang Jefri terus mengincar Kevin. Mereka masih saling mengaduk kekuatan dan pukulan yang bertubi-tubi.

137. INT. RUANG PERAWATAN - NIGHT

Kevin masuk ke salah satu ruang perawatan. Saat Jefri menyusul masuk, langsung saja Kevin mendorong ranjang rumah sakit dengan keras. Jefri masih bisa melawan dan berhasil lolos.

Jefri menyerang balik, sampai membanting sangat keras tubuh Kevin ke atas ranjang. Sampai ranjang itu hancur lebur. Kevin mulai kelelahan dan masih terkapar lemah di atas ranjang.

Nafas Jefri terdengar engos-engosan. Jefri meraih borgol di saku belakang dan mencoba mendekati Kevin. Namun tak disangka-sangka, Kevin malah mengayunkan besi tua ( dari serpihan ranjang yang hancur) tepat ke arah kepala Jefri.

Sontak saja Jefri langsung terpental dan tubuhnya jatuh. Jefri hilang keseimbangan tubuh dan kepalanya oleng. Kevin berusaha bangkit dari atas ranjang dan membalas Jefri dengan pipa besi itu ( memukul secara membabi buta)

Jefri benar-benar terkapar dengan tidak berdaya. Darah mulai mengucur dari kepala, hidung dan mulut. Kevin mulai bersemangat kembali saat dirinya terus menyiksa Jefri dengan pipa besi itu.

Terlihat Jefri sudah seperti kehilangan nyawa. Kevin lalu meraba-raba saku celana Jefri dan mengambil pistol.

Sambil berdiri, Kevin langsung menodongkan pistol itu tepat di wajah Jefri yang sudah tidak bergerak sama sekali.

Kevin tersenyum sinis dan penuh kemenangan. Tangannya sudah siap menarik pelatuk dengan mudah.

KEVIN

Ini menarik, aku puas malam ini. Aaaarrhgghh.. akhirnya setelah lama aku nunggu momen ini.


Tak di sadari Kevin saat akan menarik pelatuk pistol. Dari arah belakang, Baron langsung menancapkan pisau ke area leher kanan Kevin.

Kevin terkejut dalam kesakitan yang luar biasa. Kevin ikut jatuh dan terkapar, kedua tangannya terus menahan aliran darah yang keluar deras dari sayatan leher.

Kevin diambang sekarat, tubuhnya terus menggigil kesakitan. Kedua mata Kevin melotot memandangi Baron yang berdiri di depannya. Baron terlihat sangat murka dan penuh kemarahan.

Baron mengambil pistol yang tergeletak. Baron menodongkan pistol tepat di dalam mulut Kevin. Wajah Baron kosong dan hampa, tidak ada lagi belas kasih yang tersirat dimatanya.

Namun tiba-tiba terdengar suara sirine mobil polisi dan ambulance dengan sangat nyaring. Baron mendekati jendela dan melihat keadaan sekitar luar. Ternyata mobil polisi dan ambulans sudah memenuhi area depan rumah sakit.

Baron kembali mendekati Kevin yang masih berusaha bertahan dalam rasa sakit. Baron semakin bersiap untuk menembak mulut Kevin dari jarak dekat.

Tanpa banyak basa-basi, Baron menarik pelatuk itu ke dalam mulut Kevin. Sebuah tembakan keluar menembus mulut dan sekejap mengahancurkan kepala Kevin sampai terpisah-pisah.

138. EXT. LORONG RS - NIGHT

Sementara Tim regu polisi ( tim investigasi kriminal) secara bersamaan mendengar suara tembakan pistol. Mereka langsung bergerak cepat mencari sumber suara tembakan.

CUT BACK TO:.

139. INT. RUANG PERAWATAN - NIGHT

Tim regu polisi masuk secara bersama ke ruang perawatan. Mereka dengan jelas melihat Jefri terkapar tidak sadarkan diri di atas lantai. Sedangkan tubuh Kevin di temukan tewas mengenaskan dengan kepala hancur lebur.

Sementara itu, tidak ada Baron di tempat kejadian. Hanya menyisakan pistol yang sengaja diletakan di samping mayat Kevin.

DISSOLVE TO:

140. INT. RUANG PERAWATAN - RS - DAY

Melani bersandar di atas ranjang rumah sakit sambil mengunyah. Siti dengan penuh kasih sayang tengah menyuapi Melani beberapa potong apel.

SITI

Hebat, kalo gini kamu bakal cepet sehat ya sayang.


Melani tersenyum lembut dan penuh ketulusan.


SITI

Ibu pulang dulu ya bentar ke rumah, ada urusan. Ayah kamu bentar lagi kesini.

MELANI

Udah ibu pergi aja sana.


Siti dan Melani tersenyum bersama. Mereka kini saling berpelukan, bahkan Siti sempat mencium kening Melani dengan hangat.


MELANI

Ya udah, ibu pergi dulu ya sayang.


Melani menganggukkan kepala dan Siti berjalan pergi sambil menenteng tas.

Saat akan membuka pintu, tak sengaja Siti berpapasan dengan Jefri yang akan masuk ke dalam. Mereka berhenti sejenak dan saling melempar senyuman lebar.

SITI

Titip anak kita ya.

JEFRI

(Sambil mengangguk)

Tenang aja.


Setelah yakin, Siti keluar dan Jefri masuk ke dalam ruangan. Kini Melani dan Jefri saling bertemu satu sama lain.

Jefri duduk di samping ranjang. Tanpa ada basa-basi lagi Jefri memberikan sebuah buku tabungan ke tangan Melani. Langsung saja Melani membuka lembar terakhir buku tabungan itu. Wajahnya berubah seketika, kaget dan sedikit tidak percaya apa yang telah dilihatnya.

MELANI

Ini uangnya cukup banyak yah. Kenapa ayah kasih ke aku? Aku kira ayah miskin banget.

JEFRI

(tertawa kecil )

Itu tabungan darurat ayah sih. Daripada nganggur mending kamu pake buat operasi plastik.

MELANI

(Tidak senang)

Ayaaaaah!!!!

JEFRI

Gapapa pake aja. Ayah juga sempat browsing sih di internet, ada beberapa tempat operasi plastik yang sangat bagus di Jaksel. Kalo kamu masih takut, ayah bisa anterin kamu ke Thailand.


Melani tersenyum tipis setelah mendengar itu. Melani menutup buku tabungan dan kembali menyerahkannya ke tangan Jefri. Sontak saja Jefri terkejut.

MELANI

Udah sih yah... Itu uangnya mending belikan mobil baru aja. Emang gak malu apa pake mobil jelek itu mulu?

JEFRI

( penuh ketulusan )

Ayah gak keberatan, pake aja uangnya.

MELANI

Kalo Mel emang mau operasi plastik, harus pake usaha dan duit sendiri. Udah cukup yah, Mel cuman pengen ayah hidup lebih tenang.


Jefri terlihat sangat terharu dan kedua bola matanya kuat menahan air mata. Jefri kembali memasukan buku tabungan itu ke dalam saku jaket depan.


MELANI

Oiya, ayah udah dapat kabar belum dari pria itu?

JEFRI

Siapa? Oh maksud kamu si Baron.

MELANI

(Wajah kecewa)

Kenapa sih polisi harus ngejar dia segala. Padahal dia udah bantu ayah, selamatin Melani juga. Harusnya polisi seneng kalo penjahat itu udah mati.

JEFRI

(Sedikit merenung)

Ayah udah ceritain semua, kalo selama ini Baron sangat membantu ayah dalam investigasi. Mereka juga masih gak percaya kalo Baron itu punya kekuatan super, ingatan fotografis-nya masih dianggap tabu.

MELANI

Mel sih pengen dia bisa hidup lebih tenang. Semoga polisi gak bisa nangkep dia. Eeehhhh... ( Sambil menatap ayahnya malu)

JEFRI

(Tersenyum)

Tenang aja... Si Baron gak bakalan ketangkep. Pria itu... aaaahh emang gila.


Melani tertawa kecil, kedua matanya berbinar menatap Jefri. Begitupun dengan Jefri, dia balik menatap anaknya penuh dengan kehangatan dan kasih sayang.

FADE OUT.

THE END



Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar