Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
ORANG BAIK
Suka
Favorit
Bagikan
5. BROKEN TRUST

INT. MOBIL VICTOR – MALAM

VICTOR sedang duduk di bangku belakang berbicara di telp. RONI sedang bertugas menyetir untuk VICTOR malam itu..

VICTOR

Jam 11 malam, di Lucy In The Sky.

VICTOR mendengarkan orang ditelp.

VICTOR

Ok, nanti ERIC yang akan ke sana buat ketemu kamu.

(beat)

Thank you, RAYMOND.

VICTOR mematikan telp dengan RAYMOND, lalu menghubungi ERIC.

VICTOR

Halo ERIC.

(beat)

Jam 11 malam. Lucy in The Sky. Ketemu RAYMOND.

(beat)

Jangan kamu berani ngerusak rencana ini, ERIC.

(beat)

Nanti setelah kamu dapat barangnya, langsung kasih ke RONI di lobby ya.

VICTOR menutup telponnya.

VICTOR

RONI, tolong nanti kamu jam 11 malam sudah di Lucy in The Sky. Kamu ikutin maps buat ke sana ya. Kalau sudah sampai, kamu tunggu ERIC di lobby ya. Tunggu sampai dia datang.

(beat)

Kalau sudah ketemu ERIC, kamu tolong langsung taro di bagasi mobil ini, tas yang nanti akan dikasih ERIC.

(beat)

Langsung bawa tasnya ke restoranku, ke ruangan Manager, di situ ada brankas gak dikunci, kamu tinggal masukin terus tutup brankasnya. Itu akan kekunci otomatis.

Dari belakang jok, VICTOR memberikan kunci pintu masuk restorannya. RONI menganggung menyanggupi perintah dari atasannya.

RONI

Siap pak.

VICTOR

Oh iya, RONI. Tolong sebisa mungkin nanti kamu nyetirnya jangan sampai menarik perhatian polisi ya.

(beat)

Kalo ada apa apa. Apapun itu. Langsung telp ke saya, jangan yang lain.

Jangan sampai menarik polisi? Kalimat itu membuat RONI bingung. Ada apa? Tetapi dia berusaha menghargai atasannya.

RONI

Pasti pak.

Respon RONI sangat professional dan itu sangat menarik perhatian VICTOR. VICTOR tersenyum mengangguk.

Beberapa detik kemudian, HP VICTOR berbunyi lagi. Dia melihat layar HPnya. Tertulis ‘BILLY’ nama kontak yang menghubunginya. Melihat itu, VICTOR bingung KENapa BILLY menghubunginya larut malam.

VICTOR

Halo BILLY.

VICTOR memutuskan untuk mengangkat telpon itu. VICTOR mendengarkan BILLY ditelp. Perlahan ekspresi VICTOR berubah menjadi kesal.

VICTOR

(teriak)

APA?! LANCANG SEKALI KAMU BILLY? MAU GANTI BIAYA SEKOLAH CHEFMU?

(beat)

AKU SUDAH BILANG, AKU GAK AKAN IJININ KAMU PERGI BILLY!

(beat)

CUMA KARENA TUKANG JUALAN HANDPHONE LAGI PUNYA UANG, ISENG BIKIN RESTORAN, TERUS KAMU MAU IKUT DIA? MANA LOYALITASMU! AKU YANG BAWA KAMU SAMPAI SEKARANG!

(beat)

AKU GAK MENGHARGAI KAMU?? KALAU BEGITU PERGI! JANGAN BERANI MUNCUL DI RESTORANKU BESOK! DASAR GATAU DIRI! AWAS KAMU BILLY, AKU BAKAL BIKIN KAMU NYESEL UDAH SEENAKNYA! BANGSAT KAMU!

Tut. Tut. Tut. Telpon terputus. BILLY memutuskan Telpon, tidak mau mendengarkan sumpah serapah. Emosi karena perlakuan BILLY. Seluruh bagian di kursi belakang Mobil VICTOR menjadi sasaran empuk VICTOR untuk melampiaskan emosinya. RONI di depan hanya diam menyetir tidak mau mencampuri masalah VICTOR.

CUT TO

INT. RUANGAN ERIC – MALAM

ERIC melihat jam tangannya sudah menunjukkan pukul 9. Raut wajahnya masih menunjukan rasa sakit dan kecewa yang sangat dalam. Dia bersiap-siap, mengambil beberapa tas kosong dengan lemas.

Kantor ERIC pada malam itu masih cukup ramai, karena itu adalah akhir bulan dan sedang periode closing. Dari dalam ruangannya, ERIC bisa melihat CHIKA masih sibuk juga dengan computer di meja kerjanya.

ERIC selalu berbeda saat dia sendiri dan saat berasama orang lain. Di saat bersama orang lain selain VICTOR, dia adalah pria kurang ajar yang centil dan tidak tau diri. Di saat bersama VICTOR, dia hanyalah seorang anak biasa yang terintimidasi dan didikte oleh VICTOR. Di saat sendiri. ERIC rapuh. Dia hanya ingin melakukan hal baik, yaitu membahagiakan VICTOR dengan melakukan yang dia minta. Tetapi dia tidak pernah mendapatkan apresiasi. ERIC kepahitan. Dan hanya saat sendiri dia menunjukkan kepahitan di wajahnya.

Persiapan ERIC untuk pergi ke Lucy in The Sky sudah siap. Dia segera jalan keluar ruangan. Mengunci pintunya. Dan melanjutkan langkahnya lalu berhenti di depan meja CHIKA.

ERIC

Sibuk banget sih cantik

ERIC kembali ke sisi dirinya yang mau terlihat percaya diri dan jagoan.

CHIKA

Haha gak terlalu sibuk kok. Aku Cuma stay untuk bantuin akunting kalo mereka butuh apa apa.

ERIC

Maksudmu kalo KEN butuh apa apa?

CHIKA

Ih dasar cemburuan..

CHIKA berpikir sebentar lalu melanjutkan kalimatnya.

CHIKA

Gini deh biar kamu gak cemburu.

(beat)

Aku ikut kamu, kemanapun kamu mau pergi sekarang. Gimana?

Tantang CHIKA dengan gayanya yang percaya diri dan lucu. Tantangan itu cukup mengejutkan buat ERIC. Di lubuk hati terdalam ERIC, tawaran CHIKA menenangkan hatinya yang sebenarnya tidak mau sendiri.

ERIC

Wow. Yakin nih?

CHIKA mengangguk tersenyum.

ERICk

Yaudah, matiin gih komputernya, kita jalan sekarang.

CHIKA

Siapppp

CHIKA menyambut dengan semangat. Mematikan laptopnya dan langsung berdiri dari kursi kerjanya.

CHIKA

Ayok!

ERIC menggelengkan kepalanya, tergelitik melihat semangat CHIKA. ERIC berjalan bersama CHIKA ke arah lift.

CUT TO

INT. MOBIL ERIC – MALAM

ERIC dan CHIKA berbincang-bincang di dalam mobil. Mereka tertawa. Untuk pertama kalinya di cerita ini. ERIC menunjukan kebahagiaan yang tulus.

CUT TO

INT. LUCY IN THE SKY – MALAM

Mereka sampai di Lucy in The Sky. Jam menunjukkan pukul 10.45. Tempat itu sangat penuh. Jumat malam. ERIC mengajak CHIKA duduk di bar.

ERIC

Oyy, Niko

Bartender club itu, Niko melihat ERICk memanggilnya, lalu segera menghampirinya. Mereka berdua toss dan berpelukan. Saling menyapa.

ERIC

Biasa 1 yaa ko buat gue

(beat)

Kamu mau apa Chik?

CHIKA

Aku sama aja kaya kamu

niko

Sip kalo gitu, pacarnya ERIC

CHIKA hanya tersipu malu, sedangkan ERIC memukul Niko. Bercanda. ERIC dan Niko tertawa. Niko segera pergi mempersiapkan pesanan mereka.

CHIKA

Kamu sering ke sini?

ERIC sedang focus melihat sekeliling club itu sampai-sampai pertanyaan CHIKA tidak didengarnya.

CHIKA

ERIC?

Baru ERIC tersadar CHIKA mengatakan sesuatu.

ERIC

KENapa tadi CHIKA? Kamu nanya apa?

CHIKA

Kamu sering ke sini?

ERIC

Hmm lumayan, tapi buat ketemu orangnya papaku aja

CHIKA

Boong, pasti kamu godain cewe-cewe di sini kan.

Mendengar dugaan CHIKA membuat ERIC tertawa-tawa.

ERIC

Hahaha engga kok. Emang keliatannya gitu ya?

CHIKA

Kamu aja kerjanya centilin cewe-cewe di kantor.

ERIC

Hahaha pasti kamu gak percaya, tapi aku sebenernya gak gitu orangnya

CHIKA

Maksudny…

Sebelum CHIKA menyelesaikan kalimatnya, ERIC menemukan orang yang dia harus temui, sehingga dia memotong kalimat CHIKA.

ERIC

CHIKA, maaf ya, aku ketemu orang sebentar. Kamu tunggu di sini ya, minum aja duluan.

Dengan segera ERIC meninggalkan bar membawa tas kosong yang dia bawa dari kantor, meninggalkan CHIKA pula duduk sendirian sementara kebanyakan orang di tempat itu bersenang-senang, berdansa. Layaknya klub malam biasa.

Beberapa saat kemudian, Niko datang menghampiri CHIKA memberikan pesananan minuman CHIKA dan ERIC. CHIKA masih melihat ke arah ERIC pergi dengan tatapan bingung.

niko

Jangan bingung, mba

Sahut Niko merespon CHIKA yang bingung melihat ERIC pergi begitu saja. CHIKA yang mendengar Niko, langsung menghadap Niko.

niko

ERIC paling gasuka tempat beginian.

Mendengar Niko membuat CHIKA bingung.

niko

Iya, ERIC gak suka klub malam begini. Berisik katanya.

Yup, CHIKA tetap bingung.

CHIKA

ERIC?

Niko mengangguk.

niko

Dia ke sini Cuma buat ketemu orang papanya. Ambil titipan barang. Terus pulang.

(beat)

Udah berapa tahun dia ke sini dan Cuma gue temen ngobrolnya. Mau berapa banyak cewe-cewe godain dia, selalu dia nolak.

(beat)

Padahal kalo dibayangin, cewe mana yang ada di sini gamau godain orang tajir kayak dia.

Semakin membuat CHIKA bingung orang seperti ERIC, bukan orang seperti dugaan CHIKA.

CUT TO

INT. TABLE RAYMOND @ LUCY IN THE SKY – MALAM

Di tengah kegaduhan klub malam tersebut, terdapat 1 table. Milik RAYMOND, 38 Tahun. Dia duduk bersama beberapa wanita dan ada bodyguard miliknya di sekitaran table itu. Orang penting.

Dari kerumunan, ERIC muncul di depan meja itu.

ERIC

RAYMOND!

Panggil ERIC dengan volume suara KENcang agar RAYMOND tetap bisa mendengarnya di tengah kegaduhan tempat itu.

RAYMOND

Ah, ERIC!

Sahut RAYMOND dengan suara cukup keras juga. Lalu RAYMOND memberikan kode kepada bodyguardnya yang langsung menghampiri ERIC. Salah satu bodyguardnya mengambil tas kosong yang dibawa ERIC, satu bodyguard lainnya mempersilahkan ERICk masu ke booth RAYMOND.

ERIC masuk dan duduk di dekat RAYMOND yang sedang merokok dan menikmati minumannya. Sedangkan ERIC hanya duduk melihat RAYMOND sambal menunggu tasnya dikemablikan. Dari gesture ERIC sangat terlihat dia tidak nyaman di tempat itu.

RAYMOND

Ayolah ERIC, masa muka lo selalu gaenak setiap ke sini

Wajah ERIC semakin malas melihat RAYMOND yang mencoba basa basi.

ERIC

KENapa lo harus di tempat kayak gini sih, Ray.

RAYMOND

Terus lo mau dimana?

ERIC

Di tempat sepi gitu kek.

RAYMOND

Lo mau mesum apa mau product?

ERIC

Yaudah, buruan deh

RAYMOND memperhatikan ERIC yang sudah sangat malas. Tetapi RAYMOND di situ tidak untuk mencari masalah. Dia justru menyuruh wanita-wanita yang duduk di dekatnya pergi. Dimana hal itu membuat ERIC bingung. Perlahan posisi duduk RAYMOND mendekati ERIC. Wajah ERIC semakin bingung. Dan risih. Sangat risih.

RAYMOND

Ric.

Panggil RAYMOND dengan matanya melihat orang sekitar klub ke sana ke sini. Tidak focus ke ERIC.

ERIC

Untung kita gak beneren ketemu di tempat sepi ya Ray

RAYMOND

Ric

Masih dengan focus matanya ke sana ke sini.

ERIC

Gak ada gunanya manggil gue 2 kali. Gue gak kemana mana. Cepet kasitau ada apaan sebelum gue teriak lo mau perkosa gue Ray

RAYMOND

Gue serius, Ric

ERIC

Bagian mana dari kalimat gue yang gak serius Ray.

RAYMOND

Gue mau nawarin barang lain selain Opium.

Tentu saja tawaran RAYMOND mengejutkan ERIC. Mengejutkan KENapa?

ERIC

Lo punya barang lain selain Opium?

Ternyata hal itu yang membuat ERIC terkejut.

RAYMOND

Ya iyalah, KENapa lo kaget gitu?

ERIC

Gapapa. Setau gue lo tajir karena Opium

RAYMOND

Iya, emang.

Wajah ERIC semakin bingung mendengar respon RAYMOND. Tanpa menghiraukan ERIC, RAYMOND melanjutkan penawarannya.

RAYMOND

Lo mau coba SiKingKong gak?

ERIC

Bikin badan besar ya?

Mendengar pertanyaan ERIC, RAYMOND pun terkejut.

RAYMOND

Eh kok lo tau, Ric?

(beat)

Tapi anehnya..

Sebelum RAYMOND menyelesaikan kalimatnya, ERIC memotonya.

ERIC

Kakinya pendek?

RAYMOND

(shock)

hah?? Kok lo tau? Lo udah pernah nyoba? Please jangan bilang lo udah coba dari pengedar lain.

RAYMOND memelas ke ERICk.

ERIC

Enggak. Pernahnya yang bikin leher panjang.. tapi kakinya tetep pendek.

RAYMOND

Gokil, gokil lo pernah pake QWKQWK.

ERIC menyipitkan matanya. Setengah percaya atas percakapan yang dia lakukan.

RAYMOND

Ric, sebenernya gini.

ERIC

Hmm

Jawab ERICk dengan malas dan cuek.

RAYMOND

Gue udah gak jual Opium lagi.

ERIC

HAH??

ERIC setengah berteriak. Beberapa orang disekitar mereka melihat ke table itu. ERIC cukup kaget teriakannya menarik perhatian orang. Sedangkan RAYMOND sama sekali tidak peduli akan hal itu. RAYMOND mengangguk. Merespon teriakan ERIC.

ERIC

Kok bisa?? Kan Cuma lo yang jual Opium di Jakarta?

RAYMOND

Gak lagi, man. Udah seminggu gue gak jual itu. Yang gue jual ke lo ini tinggal sisaan stok gue doang.

ERIC

Bokap gue udah lo kasitau?

Mata RAYMOND ke sana sini, gestur tubunya aneh.

ERIC

Gak berani lo ya?

Gerakan RAYMOND semakin aneh menutupi ketakutannya. ERIC menghela napasnya.

ERIC

Kok bisa?

Sekarang gantian RAYMOND yang menghela napasnya.

RAYMOND

Ada orang baru, man. Bos gue jadiin dia seller Opium di Jakarta.

ERIC

(shock)

Hah? Pasti dia ada nyiksa atau ngebunuh saingan bos lo ya, makanya bisa langsung dipercaya sama bos lo?

Mendengar pertanyaan ERIC. RAYMOND terlihat jijik dan bingung.

RAYMOND

Lo kebanyakan nonton film kayaknya. Sekarang udah modern, kita harus buat business plan kita buat 3-5 tahun ke depan. Kalo buat bos menarik, ya itu yang dipilih.. kita gak bar bar, Ric.

ERIC kembali bingung. Semua percakapannya dengan RAYMOND terdengar tidak masuk akal.

ERIC

Lo tau siapa yang sekarang jual?

RAYMOND

Mukanya gue tau.. tapi nama sama kerjaannya gue gatau.

ERIC

Hah? Kerjaan?

RAYMOND

Iya

ERIC

Bukannya jual narkoba itu.. kerjaan lo?

RAYMOND tersinggung.

RAYMOND

Lo kira, karena gue jual narkoba. Jadi itu doing kerjaan gue?

ERIC mengangguk dengan polos.

RAYMOND

Gue marketing bank. Makanya gue bisa visit ke sana sini sambilan jualin barang.

(beat)

Itu KENapa bos gue tertarik juga sama gue.

ERIC

Wow..

(beat)

Bahkan kalian punya proses rekrutmen yang lebih bagus daripada kebanyakan perusahaan sekarang ya

RAYMOND mengangguk dengan bangga. Dimana hal itu tentu saja semakin membuat ERIC bingung. Yang sudah bingung sepanjang percakapan mereka. ERIC menghela napasnya, dan memberikan solusi buat masalah mereka.

ERIC

Gini deh. Lo cari tau, siapa nama, kerjaan orang baru yang jual Opium. Jadi gue bisa beli dari dia.

RAYMOND

(memelas)

Please, man. Mending bantu gue dapetin Opium lagi. Gue punya banyak cicilan nih.

ERIC

Ya elu ngapain sok banyak gaya

RAYMOND

Loh, kalo gaya gue gak banyak, emang orang mau beli dari gue

ERIC

Masuk akal juga sih..

(beat)

Udah deh, mending lo cari tau dulu siapa yang jual, nanti gue coba cariin orang yang mau beli dari lo.

RAYMOND

(menghela napas)

Hhh dasar aneh lo. Beli narkoba tapi gak make narkoba.

ERIC

Seriusan? Lo nge-judge­ gue?

RAYMOND justru mengangguk.

ERIC

(ikutan menghela napas)

Nih nomor gue, save ya.

ERIC menyodorkan kartu namanya. Wajah RAYMOND terlihat lemas karena tidak menemukan solusi dengan ERIC. Anak buah RAYMOND meletakkan tas yang dibawah ERIC tadi di atas meja. Kali ini tas tersebut sudah ada isinya. Terlihat penuh.

Melihat tasnya sudah selesai diisi. ERIC segera bergeser dari tempat duduknya, mengambil tas tersebut lalu berdiri. Ketika ERIC mau melangkahkan kakinya, dia berbalik ke arah RAYMOND.

ERIC

Thank you ya Ray.

Lalu ERIC melanjutkan langkahnya setelah melihat RAYMOND mennganggu menanggapi ucapan terima kasihnya.

CUT TO

INT. BAR @ LUCY IN THE SKY – MALAM

Di bar, CHIKA dan Niko sedang tertawa-tawa, sambal minum, minuman mereka. ERIC menghampiri mereka.

ERIC

Halo, sorry lama.

CHIKA

Halo, bapak super sibuk.. gapapa kok, Niko daritadi nemenin aku di sini, ya kan Nik

Niko sambil menyiapkan minum buat orang lain.

niko

Hahaha iya. Lain kali kalo bawa temen yang asik begini dong Ric.

(beat)

Ah iya.. lo selalu sendirian ya ke sini

Mereka bertiga tertawa.

ERIC

Tai lo, Nik hahaha

niko

Jangan mau dicium sama mulut kotor gitu ya Chik

CHIKA tertawa.

ERIC

Yuk, Chik. Kita lanjut.

CHIKA

Lanjut joget?

ERIC

Enggak, lanjut ke tempat lain. Di sini berisik.

CHIKA

Nik, bener lo bilang, dia gak suka di sini hahaha

Niko hanya mengangkat kedua bahunya. Menandakan bahwa memang benar yang dia bilang kepada CHIKA. CHIKA segera bersiap-siap. ERIC mengeluarkan dompetnya untuk membayar minumannya dan CHIKA.

niko

Udah di bayar kok Ric sama nona satu ini

ERIC

Hah?

CHIKA

Kan aku yang mau ikut kamu ke sini, jadi aku yang bayarin dong

Mendengar CHIKA, ERIC menggeleng-geleng. Tertawa kecil. Kagum.

ERIC

Yaudah yuk. Duluan ya Nik.

niko

Yoo

CUT TO

INT. LOBBY GEDUNG LUCY IN THE SKY – MALAM

ERIC dan CHIKA sedang berada di lobby. CHIKA hanya melihat ERIC yang sedang berbicara di telp.

ERIC

Iya, langsung ke lobby aja ya Ron.

ERIC menutup telponnya.

CHIKA

RONI? Supir baru?

ERIC hanya mengangguk.

CHIKA

Ngapain dia ke sini?

ERIC

Papa minta tolong aku titipin tas ini ke dia.

Beberapa detik kemudian, mobil VICTOR yang diKENdarai oleh RONI datang. ERIC menghampiri bagian belakang mobil tersebut, lalu bagasi mobil itu terbuka. RONI keluar dari mobil segera ke bagian belakang untuk membantu ERIC.

RONI merapikan tas tersebut di bagasi, lalu menutup bagasi. Dia segera kembali ke pintu driver. Sebelum membuka pintu, dia bertanya kepada ERIC.

RONI

Ada lagi pak yang perlu saya bawa?

ERIC

Enggak, Ron. Itu aja.

Setelah itu RONI menanggukan kepalanya.

RONI

Kalau begitu saya permisi ya, pak.

ERIC tidak menjawab. Sampai RONI masuk ke dalam mobil. ERIC mengetuk jendelanya. RONI membukanya.

ERIC

Ron, yang masukin kamu ke kantor itu.. bapak ya?

Mendengar pertanyaan itu, terlihat wajahnya sedikit terkejut. Lalu RONI berusaha tenang.

RONI

Maaf, pak. Saya gak diijinkan bapak bahas itu.

Wajah ERIC lesu. Dia berusaha menghargai RONI.

ERIC

Oke Ron kalo gitu. Hati hati ya.

RONI

Makasih pak. Saya jalan dulu.

Jendela driver tertutup. Mobil VICTOR segera melaju. CHIKA yang melihat urusan ERIC sudah selesai menghampirinya.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar