Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Nge-Band! 101
Suka
Favorit
Bagikan
4. Bagian 4

INT. WARTEG - MALAM

Bunga membersihkan Etalase Lauk, ia mengelap Kaca, berkali-kali, sambil melihat Lukita.

Lukita sedang menghitung Uang dengan Kalkulatornya. Bunga masih melihat Lukita sambil mengelap Etalase.

LUKITA

Mau berapa kali kamu ngelap di situ?

Bunga tersadar, ia berhenti. Ia berpindah, mengelap bagian lain Etalase.

LUKITA

Kamu mau bicara sama Ibu?

Bunga berhenti, ia duduk di depan Lukita. Lukita masih menghitung Uang.

BUNGA

Banyak dapat hari ini, Bu?

LUKITA

Alhamdulillah.

Lukita selesai menghitung uang. Ia melihat Bunga, serius.

LUKITA

Jadi kamu mau bicara apa?

Bunga tidak menjawab, ia melihat ke arah lain.

LUKITA

Oke. Gak mau cerita juga gak apa-apa.

Lukita berdiri --

BUNGA

Bu. Bunga mau ngeband...

Lukita melihat Bunga. Ia duduk kembali, melihat Bunga serius.

LUKITA

Kenapa kamu gak yakin?

BUNGA

Karena Bunga takut Ibu gak izinin.

LUKITA

Gimana Ibu bisa izinin kalau kamu sendiri gak yakin.

Bunga melihat Lukita. Lukita melihat Bunga, serius.

BUNGA

Ibu. Bunga mau ngeband.

Lukita tersenyum mendengarnya.

BUNGA

Bunga mau minta izin sama Ibu.

LUKITA

Sama siapa?

BUNGA

Belum tahu.

Lukita mengangguk. Bunga menunggu jawaban Lukita.

LUKITA

Tujuan kamu ngeband apa?

Bunga tidak menjawab.

LUKITA

Biar kayak Bapak kamu?

BUNGA

Kalau Bunga bilang gitu Ibu izinin?

LUKITA

Kamu mau biar terkenal terus punya bayak uang biar bisa godaiin cowok-cowok?

BUNGA

Gak mungkin Bunga main main cowok, Bu. Yang deketin aja gak ada apalagi punya cowok.

Lukita tersenyum mendengarnya. Bunga malu sendiri.

LUKITA

Tapi uang bisa bikin orang berubah, Bunga.

BUNGA

Memang, Bu. Tapi Klise banget jawabannya kalau Bunga bilang gitu.

LUKITA

Terus apa?

Bunga tidak menjawab, ia hanya diam.

LUKITA

Kenapa kamu gak bilang Bapak kamu? biar dia bantuiin kamu.

BUNGA

Bunga gak mau di bantu Bapak. Bunga bisa sendiri.

LUKITA

Tapi kamu gak bisa jawab tujuan kamu ngeband apa?

BUNGA

Kenapa Ibu gak suka Bunga ngeband?

Lukita tersenyum mendengarnya.

BUNGA

Kenapa Ibu senyum? bener apa yang Bunga bilang, kan?

LUKITA

Ibu cuma gak suka sama anak band.

BUNGA

Karena Ibu pernah di godaiin anak band.

Lukita tersenyum mendengarnya.

LUKITA

Karena itu juga kamu lahir. Karena itu juga dia bohongin kita.

Ada jeda di antara mereka.

LUKITA

Sampai kamu bisa nemuin jawabannya. Ibu gak tahu izinin kamu apa gak.

Lukita mengelus kepala Bunga dan pergi. Bunga hanya melihat Lukita pergi.

INT. KAMAR BUNGA - MALAM

Bunga melihat langit-langit kamarnya. Ia bangun, ia melihat Gitar Gretsch nya di sudut ruangan, datar.

BUNGA

Tujuan aku ngeband...

Bunga menghela nafas, panjang.

INT. RUANG MUSIK - RUMAH BUNGA - SIANG - MASA LALU

Bunga, 5, melihat DAVID, 30-an, yang sedang menulis lagu. Ia tersenyum lebar melihat David.

Terlihat gitar-gitar berbaris rapi, album-album dan Piringan Hitam yang di tumpuk-tumpuk di sudut ruangan.

Bunga mengambil Gitar Listrik dan mencoba meletakan Jarinya di senar. Jarinya menekan kunci G.

BUNGA

Bapak. Kunci G.

David melihat Bunga. Ia tersenyum.

DAVID

Kamu suka main gitar?

BUNGA

Bunga mau jadi kayak Bapak. Anak band.

David tertawa mendengarnya. Bunga juga tertawa mendengarnya.

INT. RUANG TENGAH - RUMAH BUNGA - MALAm

Bunga sedang belajar di Ruang Tengah. Ia melihat ke Kamar di depannya. Terdengar suara dari sana.

LUKITA (O.S)

KAMU BOHONG, MAS! KAMU BOHONG! KAMU PUNYA ANAK DARI PEREMPUAN LAIN!

Tak terdengar suara David.

LUKITA (O.S)

ANAK ITU BARU LAHIR, MAS! GILA, KAMU!

DAVID (O.S)

AKU KHILAF! AKU CUMA SEKALI SAMA DIA! WAKTU KONSER DI SANA!

LUKITA (O.S)

MAU SEKALI DUA KALI SAMA AJA, MAS! ANAK ITU UDAH LAHIR SEKARANG!

Bunga hanya melihat Ruangan itu, datar. Ia melanjutkan kembali Belajarnya.

INT. RUANG MUSIK - RUMAH BUNGA - SIANG

Ruang Musik itu kosong. Tak ada apa-apa lagi di sana. Bunga hanya melihatnya, datar.

Lukita berdiri di belakangnya, melihat Bunga, ia tersenyum. Bunga tersenyum.

BUNGA

Mau di jadiin apa, Bu, kamarnya?

LUKITA

Kamu mau jadiin apa?

BUNGA

Gudang.

Lukita mengangguk, ia tersenyum.

EXT. DEPAN RUMAH BUNGA - SIANG

Bunga dan Lukita berdiri di depan Warteg mereka, terlihat berbeda dengan yang sekarang. Hanya Etalase dan Meja Panjang serta Kursi-kursi di depannya.

BUNGA

Ibu mau buka warteg?

LUKITA

Menurut kamu, gimana?

BUNGA

Bunga jadi anak Ibu Warteg.

Lukita tersenyum mendengarnya. Bunga juga tersenyum.

Bunga melihat Jari Manis Lukita. Terlihat Bekas Cincin masih di sana.

BUNGA

Cincin Ibu, kemana?

Lukita menyadarinya, ia melihat Jari Manisnya.

LUKITA

Ibu jual.

Bunga melihat Lukita, bingung.

LUKITA

Buat modal buka Warteg.

BUNGA

Memang cukup?

LUKITA

Gak.

BUNGA

Mau Bunga mintaiin ke Bapak?

Lukita tersenyum. Ia mengelus kepala Bunga, pelan.

LUKITA

Makasih, tapi Ibu bisa bersarin kamu pakai uang Ibu sendiri.

Ada jeda di antara mereka.

BUNGA

Boleh gak Bunga tetap suka musik walau Bapak gak ada?

LUKITA

Ibu gak marah. Ibu gak bisa larang apa yang kamu suka. Kamu gak salah, Bapak kamu yang salah. Cuma itu.

Bunga tersenyum mendengarnya.

INT. RUANG TENGAH - RUMAH BUNGA - SIANG

Bunga, 11, berjalan masuk ke dalam Rumah. Ia berhenti, melihat ke arah depannya.

Sebuah Kotak Kardus Besar terbaring di Sofa. Ia berjalan mendekat, berpikir. Ia melepaskan Tasnya dan mulai membuka Kardus.

CUT TO:

Kardus itu telah di buka, terlihat robekan-robekan kardus di lantai.

Tas Gitar terbaring di Sofa. Bunga melihat Tas itu, datar.

Ia membuka Tas itu perlahan-lahan. Di dalamnya ada Gitar Gretsch Bunga yang sekarang.

BUNGA

Gitar...

Bunga mengangkat Gitar itu dari Tas, terlihat eksprsinya menahan berat gitar itu. Ia memakai Strap Gitar ke Bahunya dan memperbakiki Posisi Gitar.

Bunga berdiri di depan cermin. Ia tersenyum.

Ia melihat ke arah Tas, ada Kertas Kecil, ia mengambilnya, terdapat tulisan di sana, bertuliskan:

"Selamat Ulang Tahun Bunga, Anak Bapak, Bapak"

Bunga tersenyum melihatnya. Ia berjalan keluar Rumah.

INT. WARTEG - SIANG

Lukita dengan duduk di Wartegnya. Bunga berjalan cepat dengan Gitar di Bahunya, nafasnya tersengal-sengal, menahan berat Gitar.

Bunga berdiri di depan Lukita. Lukita tersenyum melihat Bunga.

BUNGA

Bu, Bapak kirimin Bunga Gitar.

LUKITA

Bapak kamu bilang hadiah ulang tahun.

Bunga melihat Gitar itu sambil tersenyum. Ia melihat Logo Gretsch di Headstock. Ia mengernyit.

BUNGA

Bu Grestch itu bagus?

LUKITA

Ibu juga gak tahu. Bagus mungkin.

Bunga mengenjreng Gitarnya. Keluar suara. Ia tersenyum lebar.

LUKITA

Kamu suka?

BUNGA

Suka, Bu.

Lukita tersenyum melihatnya.

BUNGA

Tapi ada masalah, Bu. Bunga gak bisa main gitar.

Lukita tersenyum mendengarnya.

EXT. DEPAN TOKO MUSIK - SORE

Bunga membawa Tas Gitarnya dan berdiri di depan Toko Musik.

Sivia dan Luna berjalan keluar dari Toko Musik, melihat Bunga.

SIVIA

Bunga? Kamu Bunga, kan? Anaknya Tante Luki sama Om David?

Bunga mengangguk. Sivia duduk di depan Bunga. Luna berdiri di samping Sivia.

BUNGA

Memoria? Kakak Sivia sama Luna Memoria, kan?

Sivia dan Luna tersenyum.

BUNGA

Aku tiap hari dengerin lagu kakak.

SIVIA

Oh, ya? yang mana?

BUNGA

Lepaskan diriku.

Sivia dan Luna terkejut.

LUNA

Kirain aku meraih mimpi atau ceria.

SIVIA

Anak SD sekarang serem-serem.

BUNGA

Aku tahu artinya lagu itu. Ayah sama Ibu juga pisah.

Sivia dan Luna terkejut, mereka saling melihat.

LUNA

Kamu yakin kelas enam sd?

SIVIA

Anak SD sekarang juga udah punya Facebook. Ada juga yang punya Instagram.

Bunga melihat Toko Musik di depannya.

SIVIA

Ini Toko Musik aku. Kamu mau masuk?

BUNGA

Kakak bisa ajarin aku gitar? aku di kasih gitar sama Bapak.

Sivia dan Bunga melihat Luna.

INT. TOKO MUSIK - SORE

Bunga memegang Gitar itu, memangkunya. Sivia dan Luna di depan Bunga.

SIVIA

Gitarnya bagus.

LUNA

Kamu gak bisa sama sekali?

BUNGA

Bisa, tapi udah lupa.

SIVIA

Aku cuma bisa sedikit.

BUNGA

Iya aku tahu. Aku minta tolong ke Kak Luna bukan Kak Sivia.

Sivia terkejut mendengarnya, ia tertawa. Luna ikut tersenyum.

LUNA

Oke. Aku ajarin kamu.

SIVIA

Kapan lagi bisa di ajarin sama Luna Memoria, kan.

BUNGA

Biasa aja. Masih bagus Bapak kalau main gitar.

Sivia dan Luna saling melihat, terkejut.

LUNA

Kamu sadar, kan minta tolong aku?

Bunga tersenyum lebar. Luna mempiting Bunga.

INT. RUANG TENGAH - RUMAH BUNGA - MALAM

Lukita duduk di Sofa, ia bersantai.

Bunga berlari dari kamarnya dan berhenti di depan Lukita.

BUNGA

Bu. Bunga mau ngeband kayak Bapak.

Lukita tersenyum mendengarnya.

BUNGA

Bunga mau jadi anak band kayak Bapak, Bu.

LUKITA

Oke. Tapi kamu ada uang mau rental?

BUNGA

Gak ada, Bu. Ngehayal aja dulu.

Mereka berdua tertawa bersama.

INT. KAMAR BUNGA - MALAM - MASA SEKARANG

Bunga tertidur di kasurnya, ia memakai Headset. Terdengar suara dari headset itu, Lagu Memoria, Lepaskan diriku.

INT. KELAS - SEKOLAH - PAGI

Bunga bersandar di pundak Hayley. Hayley sedang menulis.

BUNGA

Kenapa gak aku bilang supaya terkenal, punya banyak uang. Punya banyak fans aja, ya.

HAYLEY

Kita gak hidup di tahun delapan puluh sembilan puluhan, Bunga.

BUNGA

Bener juga. Itu juga stereotype anak band. Apalagi di sinetron-sinteron.

Hayley masih melihat Bunga, serius.

BUNGA

Kenapa gak aku bilang itu cita-cita aku?

HAYLEY

Memangnya kamu anak kelas tiga SD. Kita udah SMA dan kamu masih bilang itu cita-cita kamu?

BUNGA

Bener juga.

Bunga menghela nafas, panjang. Hayley melihat Bunga, serius.

HAYLEY

Bunga...

Bunga duduk tegak, ia melihat Hayley, menunggu.

HAYLEY

Bukan apa-apa...

Bunga melihat Hayley, ia tersenyum.

INT. TOKO MUSIK - SORE

Bunga duduk di Meja Kasir. Sivia dan Luna berdiri tak jauh darinya, melihat.

LUNA

Dia kenapa?

SIVIA

Tante Luki tanya tujuan dia ngeband apa. Dia gak bisa jawab. Makanya dia ngelamun seharian.

LUNA

Lagi cari jawabannya?

Sivia mengangkat bahu.

BUNGA

Bos. Kenapa aku masih gak bisa nemu jawabannya ya? padahal jelas-jelas aku mau ngeband tapi tujuannya aku gak tahu apa.

SIVIA

Kan aku udah kasih tahu tujuan aku ngeband apa.

BUNGA

Gak mungkin aku bilang gitu ke Ibu. Itu sama aja aku jadi kayak Bapak.

SIVIA

Kenapa kamu gak mau di samaiin kayak Om David?

BUNGA

Karena Ibu gak suka alasan aku biar jadi kayak Bapak.

SIVIA

Tapi kamu memang mau jadi kayak Om David, kan?

BUNGA

Mungkin awal-awal aku ngeband iya. Tapi sekarang aku gak mau jadi kayak Bapak. Bukan itu tujuan aku sekarang. Aku tahu tujuan aku, tapi aku gak ketemu kata-kata yang cocok? Bos ngerti, kan?

Sivia berpikir, ia mengangguk. Luna melihat Bunga, ia tersenyum.

LUNA

Aku pergi. Bunga, tolong beresin Studio.

BUNGA

Oke, kak.

Luna pergi dari situ. Sivia mendekat.

SIVIA

Mau Bos bilangin ke Ibu?

Bunga melihat Sivia, ia tersenyum.

BUNGA

Ini masalah aku, Bos. Makasih udah mau tolongin.

Bunga bangun dan berjalan --

SIVIA

Bos mau pergi. Kamu tutup toko.

Bunga mengangguk dan keluar Toko. Sivia tersenyum melihat Bunga.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar