Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Naya tidak tahu harus merespon apa. Tiba-tiba pikirannya berebut antara tumbuhnya harapan dan persiapan mental untuk gagal. Ia hanya memandang Ary balik, ke matanya. Siapa tahu ada jawaban di sana.
Ary menelan ludahnya.
Kalimat itu mengubah wajah Naya yang sedari tadi harap-harap cemas menjadi kaget, lalu senang. Matanya berbinar-binar.
Naya tertawa geli. Ary mengucapkan “Eco” dengan huruf “c” Indonesia.
Naya mengucapkannya dengan lafal yang benar. Huruf “o” seperti dalam “bego”.
Ary mengucapkan “o”-nya seperti dalam “omong”, sehingga terdengar seperti nama orang Jawa. Naya takbisa menahan tawanya.
Naya tak bisa melawan senyum yang makin mengembang; ia mendengar sesuatu yang membuatnya berharap sekaligus takut.
Ary selesai dengan pernyataannya, kemudian menunggu Naya. Naya mengatur napasnya.
Ary menundukkan wajahnya, tampak sedikit tersipu. Naya berhenti beberapa detik.
Kebahagiaan dan kelegaan langsung memenuhi wajah Ary, ia tersenyum. Lalu mengangguk.
Ary membelalakkan matanya, jelas kaget. Senyum lebar menghiasi wajah Naya, senyum terlebar dan terbaik yang bisa ia berikan.
Seluruh wajahnya kali ini tersenyum, sambil mengamati reaksi Ary.
Seperti Adam yang bertemu Hawa-nya, seperti Romeo yang dipersatukan dengan Juliet-nya, dan seperti Mr. Darcy dan Mrs. Darcy yang akhirnya dapat saling memahami, Ary memeluk Naya erat, menumpahkan semua kasihnya pada perempuan itu.
Tak cukup penting untuk memikirkan di mana mereka berada, atau apakah semua orang ternyata sedang melihat mereka. Yang penting adalah kesediaan mereka untuk menerima satu sama lain, sama-sama mengikis ketakutan, sedikit demi sedikit, untuk memberi ruang untuk bertumbuh bersama.
Ary melepas pelukannya. Lalu, dengan kedua tangan masih di pinggang Naya, ia mengecup dahi Naya.
Ia menatap Naya dalam-dalam, dengan kekaguman, dengan cinta.
Wajah Naya memerah, hampir tidak mendengar sorak sarai yang meledak dari orang-orang di dekatnya. Kata terakhir itu membuatnya kaget tapi juga tersipu malu, hingga kepalanya sedikit tertunduk.
Dengan segala keberaniannya, ia kemudian melingkarkan kedua tangannya di leher Ary, dan balik menatapnya, dari mata ke mata.
Naya memajukan wajahnya, menyandarkan dahinya ke dahi Ary, dan memejamkan matanya. Ary pun memejamkan matanya.
Naya dan Ary menikmati momen ini, hampir tidak mendengar teriakan dari kedua sahabatnya.
Kiki pun segera menyeret Naya, melepasnya dari Ary dan membawanya agak jauh. Naya kaget, tapi kemudian tertawa lebar.
SEMI-SLOW MOTION
Naya pun memeluk Kiki dan Detha, wajahnya menampakkan rasa syukur.
SELESAI.