Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Naya menegakkan tubuhnya. Sepertinya proses cerna di otaknya sudah lengkap. Ia memandang cincin itu, lalu memandang ke Ary. Ia memajukan tubuhnya.
Naya mengedip-ngedipkan matanya, masih bingung dan tidak percaya.
Ary membenarkan posisi duduknya, menegakkan diri.
Naya kemudian speechless. Mimik mukanya campur aduk, antara kaget, tidak percaya, heran, panik, dan sedikit senang. Ia masih belum bisa bicara selama beberapa saat.
Ekspresi Naya belum berubah. Masih speechless. Ary memajukan dirinya ke Naya.
Naya hanya bisa menarik dan menghembuskan napasnya. Setelah mencoba menenangkan dirinya beberapa saat, ia akhirnya bisa bersuara.
Ary tersenyum, tampak lega. Naya juga ikut tersenyum, walau tampak sedikit dipaksakan. Raut wajahnya menampakkan bahwa ada ribuan pertanyaan yang muncul dalam pikirannya, namun ia hanya bisa diam.
Kita ZOOM OUT keluar jendela besar, naik sedikit ke atas, ke signage Kafe Biru, dan terus ke langit.
TITLE "MISI KAFE BIRU"
FADE TO
INT. SEBUAH TOKO BAJU DI MALL — KEESOKAN HARINYA, SORE
CLOSE UP Handphone yang berada di dalam tas transparan yang tergantung di pundak seorang perempuan, mulai berdering, panggilan masuk. Layar menunjukkan tulisan "Naya".
JUMP CUT TO
INT. RUANG TAMU RUMAH DETHA — SORE
CLOSE UP Handphone yang sedang tergeletak di sofa di sebelah seseorang yang sedang duduk membaca buku, yang mulai berdering panggilan masuk. Layar juga menunjukkan nama "Naya".
BACK TO
INT. SEBUAH TOKO BAJU DI MALL — SORE
KIKI (25 tahun, modis, cantik), si pemilik pundak yang sedang asyik melihat-lihat baju, langsung merogoh tas untuk mengambil HP dan melihat si penelpon. Ia langsung mengangkatnya.
JUMP CUT TO
INT. RUANG TAMU RUMAH DETHA — SORE
DETHA (25 tahun, sederhana, kutu buku) yang sedang asyik membaca sebuah novel tebal menoleh ke arah HP di sebelahnya, dan agak kaget melihat nama di penelpon. Ia segera membatasi bukunya dan mengangkat telepon.
SPLIT SCREEN JADI 2 (KIKI & DETHA)
SPLIT SCREEN JADI 3 (KIKI, DETHA, NAYA)
INT. KAMAR TIDUR NAYA — SORE
SPLIT SCREEN SELESAI
Kiki yang ikut panik lalu menoleh mencari pacarnya, RENDI (26 tahun), dan segera menghampirinya. Ia mengisyaratkan bahwa mereka harus segera cabut. Rendi pun mengangguk.
Sementara itu, Detha membereskan bukunya, menghabiskan air putih yang tersisa di gelas di mejanya, dan segera bersiap-siap.
CUT TO
EST. SHOT tampak luar rumah Naya di sore hari. Rumah minimalis dua tingkat dengan cat yang elegan, fasad kaca di beberapa titik. Terlihat balkon di lantai dua. Pepohonan tinggi dan tanaman di berem depan pagar yang rapi dan terawat membuat suasana lebih segar dan nyaman. Tampak sederhana namun tetap berkelas.
INT. KAMAR TIDUR NAYA — SORE
Naya, Kiki, dan Detha sedang duduk lesehan di lantai beralas karpet di samping tempat tidur queen size Naya. Cerita Naya baru saja selesai.
Kiki dan Detha masih bengong dan belum bisa bersuara selama beberapa detik. Mereka juga tampak tidak percaya. Naya memperhatikan raut muka mereka.
Naya menyadarkan punggungnya ke sisi ranjangnya. Ia menghembuskan napas panjang, berusaha meredakan pening di kepalanya.
Kedua teman Naya menggeleng-gelengkan kepalanya tanda tidak percaya pada situasi ini. Mereka tampak setuju pada kecurigaan Naya.
Kiki tidak menyadari raut wajah Naya yang makin takut. Kiki merasa bersalah, segera meraih lutut Naya dengan tangan kanannya, disusul Detha, dan mengusapnya dengan lembut. Kedua sahabatnya mencoba menenangkan Naya.
Naya terlihat agak terpojokkan dengan pertanyaan Kiki. Ia seperti ingin menggeleng, tapi sedikit tidak berani. Ia terlihat dilema.
Detha manggut-manggut, Kiki mengikuti.
Naya pun manggut-manggut pelan, mulai setuju.
Naya merentangkan tangannya. Kiki dan Detha memeluk Naya beramai-ramai. Pipi mereka berdempetan.
Kiki mendorong Detha keluar dari “gumpalan” pelukan itu sampai terjungkal di karpet. Semua tertawa-tawa.
FADE OUT
EXT. DEPAN KAFE CARPENTIER — PETANG
Ary dan Naya baru saja sampai di depan Carpentier dengan sepeda motor. Naya kemudian turun dan melepas helmnya. Ary pun turun.
CUT TO
INT. KAFE CARPENTIER — PETANG
CLOSE UP dua gelas latte, semangkok Cheese Penne, dan Beef Burger yang diletakkan pelayan di meja Naya dan dan Ary.
Pelayan mengangguk dan berlalu meninggalkan mereka.
Naya senang melihat Cheese Penne-nya, dan langsung mengambil garpu untuk siap menyantapnya. Ary menggestur untuk menahan Naya, lalu mengambil HP untuk memotret makanan mereka.
Naya manggut-manggut penuh senyum mendengar itu. Ketika Ary selesai memotret, Naya menyahut.
Ary tertawa tersipu. Naya meredakan tawanya, seperti diam-diam sedang jadi serius.
Ary tersenyum saja. Naya diam menatap itu. Mereka pun mulai menyantap makanan masing-masing. Tapi terinterupsi oleh RINGTONE HP Ary yang meraung cukup keras, ada telepon masuk. Ary segera melihatnya dan mengangkatnya.
Ary mendengarkan selama beberapa detik. Naya pun menunggu. Kemudian, Ary menoleh ke Naya.
Ary tampak tidak ingin menjawab.
Naya mengernyitkan dahinya. Ia tidak pernah melihat Ary menerima telepon dan menjauh darinya. Ary segera berjalan ke luar kafe dan melanjutkan telepon di sana. Naya melongok untuk mengamati sejenak, dahinya masih mengernyit.
CUT TO
30 MENIT KEMUDIAN...
Makanan belum disentuh dan sudah mulai tampak dingin. Lumeran keju pasta sudah tampak membeku tak seragam, dan beef burgernya tidak lagi berkilat. Ary kembali ke meja.
Ary mulai memotong beef burger dinginnya.
Naya menaikkan alisnya, sementara Ary terlihat sengaja menyibukkan diri dengan burgernya, seperti tidak mau meneruskan pembicaraan ini. Naya sendiri terlihat cukup terusik dengan itu.
Mata Ary melihat ke Naya lagi. Ia merasakan nada suara Naya mulai menegang, dan ia tak suka itu. Ia melahap satu potong burgernya.
Naya manggut-manggut, walau masih terlihat tidak puas.
Ary mengangkat bahunya lagi, antara mau dan tidak mau menjawab. Naya menunggu.
Ary menyibukkan diri dengan burgernya lagi. Naya tidak kunjung menyentuh cheese penne-nya, berusaha untuk tidak mengubah air mukanya.
Naya memperhatikan Ary sejenak. Ia bisa melihat bahwa Ary ingin mengalihkan pembicaraan dari topik mantan. Ia menundukkan wajahnya sejenak, pura-pura sibuk membenarkan bajunya, sambil berusaha menyembunyikan wajahnya yang tampak agak kecewa.
Setelah beberapa detik, ia mulai menyendok pastanya dengan tidak semangat.
FADE OUT