Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
INT. KUBIKEL NAYA — SIANG
Naya sedang fokus menggarap pekerjaannya saat tiba-tiba HP-nya membunyikan notifikasi chat baru. Naya memeriksanya. Terlihat Kiki dan Detha sama-sama mengirimkan chat "oke bisa Nay". Ia kemudian menekan beberapa tombol dan melakukan panggilan.
Naya tersenyum mendengar jawaban Ary. Gesturnya mulai santai.
Naya menutup teleponnya, wajahnya berubah jadi lebih excited.
TING. Sebuah notifikasi dari Quori muncul di pojok kanan layar PC-nya. Naya mengkliknya, dan sebuah artikel pun terbuka. CLOSE UP judul "Penyesalan selalu ada di akhir: 2 years of marriage, aku tidak pernah benar-benar mengenal suamiku".
CLOSE UP Wajah Naya berubah menjadi suram hanya dengan membaca judulnya. Matanya segera membaca artikel itu. Tak butuh waktu lama sampai wajahnya makin sedih, iba, dan miris. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya, terlihat kepikiran dan takut. Hilang sudah wajah semangatnya 2 menit yang lalu.
Naya hanya bisa menghembuskan nafas panjang, tidak tau harus bagaimana. Ia hanya berusaha "bertahan".
FADE OUT
INT. KAFE BIRU — SABTU SORE
FADE IN
Kita melihat Naya, Detha, dan Kiki sedang duduk dengan minuman di depan mereka. Mereka tampak asyik mengobrol.
Tak lama kemudian, Ary datang dengan baki besar di tangannya, membawakan English Breakfast, Mushroom Soup, Grilled Chicken, dan Potato Wedges. Ia meletakkannya masing-masing di depan Naya, Kiki, dan Detha. Potato Wedges ditaruhnya di tengah-tengah meja.
Detha dan Kiki melihat menu yang diberikan Ary. Naya mengamati semua detilnya: gerak-gerik dan gestur Ary yang cekatan, berikut reaksi sahabat-sahabatnya atas masakan ini.
Detha menaikkan alisnya, cukup puas. Kiki mencoba menilai dengan menghirup aroma Mushroom Soup-nya.
Setelah mengembalikan baki ke belakang, dan membawa Nasi Ayam Mentega untuk dirinya sendiri, Ary pun bergabung duduk di sebelah Naya. Ia memandang ke arah Detha dan Kiki dan menyungging senyum ala customer service, menggestur mempersilakan makan.
Detha dan Kiki, diikuti Naya, pun meraih sendok garpu mereka dan mulai menyantap makanan.
Setelah beberapa menit yang hanya dipenuhi suara keletak sendok garpu, Ary mulai membuka percakapan.
Ary menoleh ke Naya, sengaja memandangnya dengan kagum.
Naya yang sedari tadi hanya sibuk dengan makanannya, kaget, tapi kemudian tersipu malu. Ia berusaha menahan, namun masih kentara. Ary tersenyum puas.
Ary pun berdiri dan berjalan menuju ke staff area.
Kiki dan Naya tertawa, sambil menoleh ka arah staff area, takut Ary sudah muncul lagi. Belum. Dan tidak juga muncul.
CUT TO
INT. KAFE BIRU — 1 JAM KEMUDIAN
Piring-piring telah kosong. Hanya tersisa potato wedges yang dicomot satu per satu, pelan. Naya mulai mengecek jamnya dan melongok ke counter dan staff area. Ary tidak terlihat batang hidungnya.
Tepat setelah Kiki melontarkan pertanyaan itu, Ary kembali membawa note pad.
Ia duduk dan memberikannya pada Detha. Detha kemudian mengamati dan membaca satu per satu. Kiki yang duduk di sebelah Detha ikut membaca.
Tiba-tiba, terdengar suara nada dering HP Ary. Naya yang sudah hafal dengan suara itu langsung menoleh, dan mengamati dengan saksama saat Ary melihat si penelpon.
Terdengar nada "ck" kesal dari mulutnya, dan ia pun menoleh ke Naya.
Kali ini Naya tidak bisa menahan diri. Suaranya agak dikeraskan.
Detha dan Kiki sontak mendongak dan memandang mereka berdua dari seberang meja. Ary tampak kaget dengan reaksi Naya. Naya sendiri diam, keras, dengan kekecewaan terlukis di wajahnya.
Dalam sekejap, suasana menjadi mencekam. Hanya tersisa ringtone Ary yang masih berbunyi. Ary kemudian mematikan panggilan masuk itu. Lalu ia menoleh ke Naya.
Ary berdiri dari kursinya, matanya mengajak Naya. Naya tidak menjawab, tapi ia mengikuti Ary.
INT. STAFF AREA KAFE BIRU — MALAM
Naya dan Ary sampai di staff area, di dekat pintu belakang.
Naya tampak tidak senang harus membahas ini sekarang, tapi ia harus melakukannya.
Ary melihat kesedihan di mata Naya. Tapi sebelum ia bisa menanggapi, salah satu staf mendekatinya. Tiga porsi es krim di tangannya.
Ary mengambil alih baki dari stafnya ke tangannya. Ia kemudian menoleh ke Naya sejenak, yang masih agak kesal, lalu berjalan menyeberangi dapur menuju ke area customer.
Naya kemudian menghembuskan napasnya, menetralkan wajahnya, dan mengikuti Ary.
CUT TO
INT. KAFE BIRU — MALAM HARINYA
Jam menunjukkan pukul 23.00. Kiki dan Detha sudah tidak terlihat. Counter sudah bersih, dan para staf sudah pulang. Kita melihat Ary dan Naya yang sedang duduk berhadapan di salah satu meja customer. Mereka tampak agak tegang.
Ary mencoba membuka pembicaraan.
Naya sedikit puas mendengarnya.
Naya merespon dengan wajah skeptis, dan agak menyipitkan mata. Dia tampak tidak mempercayai alasan Rani itu.
Naya tertawa singkat, nadanya sarkas. Ary menangkapnya, dan langsung agak panik.
Beberapa detik berlalu, mimik wajah Naya pun perlahan melunak.
Ekspresi Ary menampakkan bahwa pasti pertanyaan ini akan muncul, dan sudah tidak bisa ia hindari lagi.
Ada sedikit emosi yang ingin Ary sembunyikan saat menyebutkan alasan putusnya dengan Gladys, tapi Naya tampaknya tidak menangkapnya. Ia hanya manggut-manggut.
Naya sontak tertawa geli, dan Ary juga ikut tertawa.
Naya hanya bisa geleng-geleng, sambil tetap terkekeh. Naya dan Ary kemudian saling menatap, dan Naya pun tersenyum, cukup puas.
Ary tersenyum puas, ia tampak senang dan lega.
Naya hanya melirik Ary sejenak, dan pura-pura sibuk dengan HP- nya. Ary mencoba mengamati wajah Naya, yang ternyata juga sedikit tersenyum. Ary pun tersenyum lebar.
Kita ZOOM OUT sampai ke luar Kafe Biru.
FADE OUT
EXT. KOMPLEKS PERUMAHAN — SORE
Kita melihat sebuah mobil tipe city car terparkir di sebuah jalan dengan deretan rumah yang cukup bagus, dengan lingkungan yang cukup bersih dan terjaga.
Di dekat situ, tampak juga sebuah mobil box besar di depan rumah lain, yang bagian belakangnya terbuka, memperlihatkan beberapa item furniture besar seperti sofa, kursi, dan meja. Dua orang sedang menurunkan sebuah lemari.
EXT. DEPAN RUMAH L-97 — SORE
KIKI muncul dari dalam rumah bernomor L-97 sambil merapikan map ke dalam tasnya, diantar ANTARIA (27 tahun, wajah bersih dan mulus) sampai teras.
Kiki pun berjalan menuju mobilnya yang berjarak beberapa langkah.
Kemudian di depan rumah sebelah, di belakang truk besar yang masih terparkir di situ, ia melihat sosok yang sangat mirip dengan ARY.
Kiki kaget, dan segera memicingkan matanya untuk memastikan. Ary telihat baru saja keluar dari pagar, dan seorang PEREMPUAN SEBAYA DIA mengantarnya keluar.
Si perempuan sempat menoleh ke Kiki, dan Kiki pun dengan panik langsung malanjutkan jalannya. Kemudian ia segera masuk ke dalam mobilnya dan menutup pintunya.
INT. MOBIL KIKI — SORE
Kiki duduk, wajahnya kaget dan agak syok. Ia yakin itu Ary. Ia pun berusaha melihat dengan lebih jelas lewat kaca spion.
CLOSE UP: dari kaca spionnya, Ary tampak sedang berbicara dengan perempuan itu. Kiki berusaha mendengarkan.
Kiki tidak mendengar apa-apa lagi. Ary pun menyetart motornya, dan pergi.
Kiki hanya bisa melihat Ary melewati mobilnya dengan agak lemas. Ia mencoba menenangkan diri, mencerna apa yang baru saja ia lihat dan dengar. Ia menstarter mobilnya, sambil mengatur napasnya.
Beberapa detik kemudian, Kiki menjatuhkan kepalanya ke sandaran, memegangi dahinya, tampak stres. Ia teringat pada Naya dan menyesalkan apa yang dia lihat.
KIKI
Duuh, Ry...
Dengan tarikan dan hembusan napasanya, akhirnya Kiki pun sudah lebih tenang, dan melaju pergi.
CUT TO
INT. LOBI KANTOR BAHASAKITA — PETANG
Kita melihat Naya sedang mengantri untuk check out saat tiba- tiba HP-nya berdering panggilan masuk. Naya mengangkatnya.
Naya mendengarkan penjelasan Kiki. Saat gilirannya tiba untuk menyecan id card-nya, mimik wajah Naya berubah drastis dari netral ke kaget, marah, dan kecewa jadi satu.
Ia pun men-scan kartunya dengan marah, dan berjalan ke salah satu sudut lobi.
Naya cepat-cepat menekan beberapa tombol di hapenya, scroll sedikit, dan kembali ke Kiki.
Naya menunggu dengan gelisah, ia berjalan berputar-putar seperti setrikaan. Saat mendengar jawaban Kiki, Naya berhenti seketika, kakinya melemas.
Naya duduk di salah satu kursi di dekatnya, lemas.
Naya pun menutup teleponnya. Kesedihan dan kekecewaan di wajah Naya ditambah dengan sepercik kemarahan. Tak tersisa lagi suasana hatinya yang dua hari terakhir ini sedang baik di wajahnya.
FADE OUT