Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
INT. KAMAR TIDUR NAYA — MALAM
BUBBLE CHAT, GRUP WHATSAPP "YANG PENTING ASIQUE"
----
Naya Charon sedang mengetik...
Naya Charon: Guys, bad news... :(
Kiki Faolin: Hah, kenapa Nay?? Ary nih?
Adhetia Detha: Ada apa?? Spill
Naya Charon: Jelas ada sesuatu antara dia dan mantannya, namanya Rani. Tadi Rani telpon dia, lama, sampe setengah jam-an. Tapi pas aku tanyain, Ary jawabnya kayak menghindar.
Adethia Detha: Nah loh. (emot kaget)
Kiki Faolin: Zzzz udah kuduga. Mantan!!
Naya Charon: I mean, kalo gak ada apa-apa nggak sampe 30 menit juga kan? (emot sedih)
---
BUBBLE CHAT jadi separuh layar, separuh lagi terlihat Naya yang sedang duduk bersandar di kasurnya, wajahnya khawatir.
---
Adethia Detha: terus kamu mau gimana Nay?
Naya Charon: Ya berarti bener kan firasatku? Yaudah, ditelusuri aja sekalian mantan-mantan dia, terutama Rani!
Naya Charon: Aku gamau mengulangi kesalahan yang sama, terus menyesal di kemudian hari saat semuanya udah terlalu jauh.
---
Setelah mengetik itu, Naya menarik napas dan menghembuskannya panjang, menyandarkan kepalanya, menatap ke langit-langit. Lalu dia kembali ke layar HP-nya.
---
Kiki Faolin: Tapi kamu mau cari tau lewat mana Nay?
---
BUBBLE CHAT hilang.
Naya berpikir, mencoba mencari ide. Ia kemudian tersenyum saat mendapatkan ide, dan langsung mengetik dengan semangat.
CUT TO
INT. KUBIKEL NAYA — SIANG
MONTAGE
Dari komputernya, terlihat Naya sedang membuka akun Instagram Ary.
Kita ZOOM IN ke layar, dan mulai ke foto terbaru, dan turun ke kolom komentar untuk men-scroll komen-komennya.
Kita masuk ke kolom Search untuk mencari nama "Rani", dan menemukan banyak sekali username Rani, dan yang teratas pun tidak ada mutual dengan Ary.
Kita kembali ke akun Instagram Ary, dan men-scroll, mengecek komentar di setiap postingan foto Ary.
CUT TO
INT. KAFE BIRU — SIANG
MONTAGE
Kita melihat Ary yang sedang sibuk melayani customer dari balik counter, bercanda dengan sesama staf, mengantarkan pesanan ke meja, dan menyapa dan basa basi dengan beberapa customer.
CUT TO
Kita melihat REZA (27 tahun, easy going, perawakan agak gemuk) masuk ke Kafe Biru dan menyapa Ary dengan akrab, mereka berpelukan sejenak, dan mulai mengobrol asyik.
ZOOM IN ke Reza yang dengan Ary tampak akrab tapi juga casual, masih ada basa basi, tidak terlalu all-out.
MONTAGE SELESAI
CUT TO
INT. KAMAR TIDUR NAYA — MALAM
Naya memandangi wajah Detha dan Kiki bergantian, meminta dukungan. Mereka sedang duduk lesehan di lantai beralas karpet.
Detha dan Kiki saling bertatapan.
Naya memakai nada memohon, wajahnya pura-pura manyun.
Detha mengangguk. Naya tampak senang.
Tawa Detha dan Naya spontan pecah, terpingkal-pingkal sampai badan mereka tersungkur ke lantai. Kiki pun ikut tertawa, sambil menggumam "gak tepak, og!"
CUT TO
INT. KUBIKEL NAYA — SIANG
Kita melihat Naya, yang kali ini memakai kacamata, sedang mengetik di komputernya. Lalu ia menurunkan kacamatanya sedikit, menoleh ke sekitar untuk memastikan tidak ada yang melihatnya. Tapi justru dari belakang...
MBAK DILLA (32 tahun, berjilbab, agak gemuk, keibuan) tersenyum geli.
Naya manggut-manggut paham. Naya membuka mock up website dengan desain multi-warna yang sangat eye-catching dan modern di layar komputernya.
Naya diam, merasa kata-kata Mbak Dilla benar. Mbak Dilla pun berlalu dari situ.
Situasi kembali tenang. Memasang kembali kacamatanya dengan tepat, Naya kembali ke browser, dan menutup mock up tadi, memunculkan akun IG Ary.
Ia memperhatikan: ada beberapa foto makanan, tapi cheese penne dan beef burger di Carpentier tempo hari, tidak tampak di situ. Ia mencoba mengetik “Carpentier” di search lokasi. Tidak muncul.
Naya menggelengkan kepala mengusir pikirannya, lalu mulai membuka foto Ary satu per satu untuk men-scroll kolom komentarnya. Dibetulkannya letak kacamatanya (yang sebenarnya sudah rapi itu), didangakkan kepalanya, dan dipicingkannya matanya, tiap kali ia mulai membaca kolom komentar dengan saksama.
HALF-SCREEN: KOLOM KOMENTAR IG ARY
Scroll... Scroll...
komentar tampak masih normal-normal saja. Scroll...
berhenti di komentar "(emot senyum) 3x" dari username @ghanis_.
Kursor kemudian mengklik username itu dan melihat profil @ghanis_, yang ternyata ibu-ibu paruh baya. Back.
Scroll... lanjut scroll...
berhenti di komentar "(emot peluk) (emot love)" dari @xhusnidax.
Dibukanya akun itu, seorang perempuan, usia awal 20-an. Mata Naya makin memicing.
Dibukanya salah satu post yang memperlihatkan foto keluarga saat lebaran. Ada Ary di situ, dan kedua orang tuanya.
Dibacanya caption. "Seneng banget lebaran kali ini bude Westi, pakde Robert, sama mas Ary dateng ke rumah! (emot love)"
Naya melebarkan matanya dan ber-"oops" dengan bibirnya. Back. Kembali ke kolom komentar. Foto lain. Scroll... aman. Foto selanjutnya, scroll... aman.
Foto-foto selanjutnya hasilnya sama.
HALF-SCREEN SELESAI
Naya menghembuskan napas panjang, mulai lelah karena tidak menemukan sesuatu yang menarik.
CUT TO
INT. KAFE BIRU — PETANG
Kita melihat Kiki, dengan kacamata biru pekat, memasuki Kafe dan langsung menyapukan pandangan ke seluruh ruangan dari balik kacamatanya. Ary tidak tampak di area customer.
CUT TO
Kiki mengantri di depan counter, dan saat gilirannya tiba untuk memesan menu, bukan Ary yang melayani. Kiki pun melongok, berusaha melihat ke area karyawan yang agak tersembunyi, sambil berusaha terlihat tidak terlalu mencurigakan.
Staf di hadapan Kiki memandang Kiki dengan bingung.
Kiki kemudian tersadar, dan hanya bisa nyengir.
CUT TO
INT. KAFE BIRU — BEBERAPA WAKTU KEMUDIAN
Beberapa waktu kemudian, Kiki sudah duduk di salah satu meja di sudut Kafe. Sambil membenarkan posisi kacamatanya, dan menyeruput Strawberry Mojito-nya perlahan-lahan, ia memperhatikan Ary yang baru saja keluar dari staff area dan mulai bekerja di belakang mesin penggiling kopi.
Ary kemudian mulai keliling ke area customer dengan baki penuh minuman di tangannya. Ia selalu ramah saat meletakkan pesanan ke meja customer. Geraknya juga cukup cepat.
CUT TO
Ary kembali ke belakang counter, di balik mesin espresso. Ia sedang membuat beberapa cangkir espresso saat seorang customer yang baru saja menyelesaikan transaksi di kasir melihat Ary, dan lansung menyapa. Seorang PEREMPUAN DI USIA 30-AN dengan pakaian modis dan rambut disemir cokelat. Kiki langsung memfokuskan matanya, sambil mencoba mendengarkan.
Ary pun tersenyum lebar, tampak senang dengan kehadiran perempuan itu.
Saat espressonya selesai, Kiki melihat Ary menyerahkan lanjutannya pada stafnya dan berjalan ke dekat area staf untuk mengobrol dengan lebih privat dengan perempuan yang terlihat seperti temannya itu. Sayangnya, Kiki tidak dapat mendengar sedikit pun obrolan mereka. Ia pun segera mengeluarkan HP dan memotret mereka. CKREK.
CLOSE UP. Hasil jepretan Kiki belum memperlihatkan wajah si perempuan dengan utuh. Ia harus memotret dari sudut yang berbeda. Kiki pun mencari sudut yang benar, dan ternyata itu adalah persis di depan counter.
Sambil memasang wajah gemas, ia berdiri dan berjalan ke spot itu, sambil pura-pura mengambil gula yang tersedia di dekat situ. Dengan kagok dan berusaha tidak terlihat mencurigakan, Kiki pun MEMOTRET dari sudut yang cukup bagus.
CUT TO
INT. KUBIKEL NAYA — PETANG
CLOSE UP handphone Naya memunculkan notifikasi dari Kiki yang mengirim foto.
Naya yang sedang bekerja di komputernya melihat dan segera membuka foto itu. Wajahnya masih bingung, berusaha mengingat-ingat apakah ia pernah melihat perempuan ini. Ia seperti ingat, tapi juga tidak yakin.
Ia ingin segera mencari tahu, tapi dilihatnya beberapa teman kerjanya sudah check out dan pulang. Ia mengecek jam tangannya. Jam 17.30. Lalu dilihatnya komputer, ke pekerjaannya yang belum selesai.
Dengan terpaksa, Naya mengunci kembali HP-nya, meletakkannya dalam tas, dan kembali fokus ke komputer.
CUT TO
INT. RUANG SANTAI RUMAH KIKI — MALAM HARINYA
Rumah Kiki tidak seelegan rumah Naya, tapi tetap terlihat nyaman, dengan perabotan standar, TV 32 inch, tidak banyak dekorasi. Tidak mewah, tapi nyaman.
Naya, Kiki, Detha, dan Rendi sedang duduk lesehan di lantai. Satu piring penuh gorengan, lengkap dengan petis dan lomboknya ada di tengah-tengah mereka.
Naya memikirkannya sejenak, kemudian mengangguk.
Naya mengangguk lagi, tampak lebih lega. Kiki kemudian menoleh ke Rendi yang sedari tadi masih diam dan hanya menyimak sambil makan gorengan.
Kiki menanti jawaban Rendi sambil mengambil gorengan.
Naya, Detha, dan Kiki tampak agak loyo mendengar jawaban itu. Rendi pun berdeham, dan memandang ke para cewek.
Para cewek memikirkan sejenak penjelasan Rendi.
Naya segera menyambar bantal di sebelahnya dan melemparkannya ke Rendi. Kiki melempar lombok bertubi-tubi. Detha hanya tertawa terbahak-bahak. Rendi jelas kalah setelah menyulut api di basecamp perempuan.
FADE OUT
INT. TOKO BUKU — MALAM
Toko buku itu cukup besar dengan lorong-lorong panjang dan koleksi buku yang banyak. Lampunya tidak terlalu terang, tapi nyaman. Naya dan Ary berkeliling melihat-lihat buku sambil mengobrol ringan.
Naya kemudian berhenti di sebuah rak dan mengambil novel "The Name of the Rose" yang tebal, memeriksa bagian belakangnya.
Naya melirik ke Ary sekilas, dan langsung melanjutkan membaca bagian belakang novel.
Ary terbahak-bahak. Naya pun tertular tawa Ary.
Naya tertawa. Lalu dia menunjuk ke nama pengarang buku yang dipegangnya: “Umberto Eco”.
Ary refleks bersiul kagum mendengar angka itu.
Ary manggut-manggut kagum. Tapi suasana itu terpotong oleh NADA DERING dari HP Ary. Telepon masuk. Ary segera memeriksanya, dan terdiam sejenak.
Ary menatap Naya, tampak dilema di wajahnya. Naya pernah melihat tatapan itu sebelumnya. Di Kafe Carpentier.
Naya kemudian hanya bisa melihat Ary melangkah menjauh, berjalan ke sudut toko buku yang sepi. Kilatan amarah dan perasaan terisolasi tampak di wajah Naya.
CUT TO
INT. TOKO BUKU — BEBERAPA WAKTU KEMUDIAN
Naya mendongak ketika terdengar pengumuman dari pengeras suara.
Naya mendecak kesal mendengar itu. Ary muncul kembali ke samping Naya.
Naya menatap Ary dengan kesal.
Naya segera berjalan menuju pintu keluar toko. Tapi, Ary merasa nada bicara Naya jelas terdengar berbeda, seperti menahan marah.
Naya yang berjalan di depan Ary kemudian berbalik. Sesuatu dalam dirinya ingin meledak, ingin keluar, tapi ia berusaha menahannya. Naya menarik napas, dan menghembuskannya.
Naya berpikir sejenak sebelum menjawab. Menyusun kata-kata.
Ary mengamati reaksi Naya. Tidak tertebak. Mereka pun bersama-sama keluar dari toko buku.
FADE OUT