Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
METAMORFOSIS (indahnya masa kecil)
Suka
Favorit
Bagikan
15. Draft - 15

ESTABLISH LANGIT DI PAGI HARI

115. EXT. HALAMAN - RUMAH ABAH ASEP - PAGI

Hari ini Laras dan ke-lima anak muridnya akan kembali ke Jakarta. Delia dan teman-temannya berdiri di depan mobil yang terparkir di halaman rumah Abah Asep sambil menunggu Laras, Desi dan Abah Asep keluar.

LARAS

Ya udah Bah.. Laras sama anak-anak pamit pulang dulu ya.

ABAH ASEP

Iya.. kamu hati-hati ya sayang. Kalau ada waktu luang lagi, kamu sempetin main kesini. Sering-sering tengokin Abah di sini. Jangan lupa sampaikan salam Abah ke papa mama kamu!

Laras menganggukkan kepala sambil tersenyum kemudian memeluk Abah Asep. Delia dan teman-temannya pun ikut berpamitan kepada Abah Asep dan Desi secara bergantian.

ABAH ASEP

Kapan-kapan kalian main ke sini lagi ya! Abah tungguin lho.

KIKI

Siap Bah... Kita main ke sawah lagi nanti.

Semua tersenyum. Sementara Desi melangkah menghampiri Delia.

DESI

Neng.. Desi punya ini buat Neng Delia, Kinara sama Tasya.

Desi memberikan Bola Bekel + anaknya dan juga sebuah Congkak kepada Delia.

DESI

Kenang-kenangan buat kalian, jangan lupa dimainin ya kalo udah sampe di rumah!

DELIA

Makasih ya.

Delia tersenyum kepada Desi.

REYHAN

Kok kita gak dapet kenang-kenang juga Des?

DESI

Desi kan punya-nya cuma mainan perempuan, masa iya Reyhan sama Kiki, Desi kasih mainan Bola Bekel sama Congkak juga.

Reyhan menggaruk-garuk kepala, semua ikut tertawa melihat tingkah Reyhan.

Setelah selesai berpamitan, satu per satu dari mereka pun masuk ke dalam mobil. Tiba-tiba datang Hadi menghampiri mereka. Hadi membawa singkong dan pisang untuk dijadikan oleh-oleh.

HADI

Hadi cuma bisa ngasih ini Teh.

Memberikan pisang dan singkong kepada Laras.

LARAS

Makasih Di.. gak usah repot-repot padahal.

Hadi tersenyum, Reyhan pun keluar dari dalam mobil dan mengambil oleh-oleh dari Hadi, lalu menyimpannya di bagasi mobil.

LARAS

Teteh titip Abah ya!

Hadi mengangguk. Kini pandangan Hadi tertuju pada Delia yang sudah duduk di kursi depan di samping kursi kemudi.

HADI

Hati-hati ya Neng Delia, kapan-kapan main lagi ke sini!

DELIA

Iya Kak.

Delia tersenyum, Hadi malah heran karena Delia memanggilnya kakak, padahal sebelumnya Delia selalu menganggilnya layaknya mereka teman seumuran.

DELIA

Aku minta maaf ya Kak, selama ini udah gak sopan sama Kakak. Kalau ada waktu aku pasti main lagi ke sini kok.

TASYA

Kita juga Kak.

Hadi tersenyum melihat mereka begitu kompak, begitu juga Laras. Setelah Hadi selesai berpamitan, Laras pun masuk ke dalam mobil. Setelah siap, perlahan mobil pun melaju meninggalkan halaman rumah Abah Asep. Abah Asep, Hadi dan Desi melambaikan tangan mengiringi perginya mereka meninggalkan rumah Abah Asep.

CUT TO:

116. EXT. JALANAN - DESA - PAGI

Sepanjang jalanan desa, mobil yang Laras kendarai melewati pemandangan dimana anak-anak sedang bermain berbagai mainan tradisional dalam mengisi liburan mereka. Saat mobil mulai meninggalkan desa. Pandangan Delia dan teman-temannya seakan tak ingin lepas dari suasana desa. Mereka terihat berat hati untuk meninggalkan desa ini. Sampai-sampai mereka terus menatap ke arah belakang mobil untuk melihat desa yang sudah memberikan mereka banyak pengalaman.

CUT TO:

ESTABLISH KOTA JAKARTA SORE

117. INT. KAMAR DELIA – RUMAH DELIA - SORE

Delia merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur sambil menghela napas panjang. Mungkin karena rasa kangennya, Delia begitu menikmati suasana kamarnya yang seminggu ini ia tinggalkan.

DELIA

Aaa... kangen banget gue sama kamar ini.

Delia begitu menikmati berbaring di tempat tidurnya, Delia bahkan memeluk erat boneka lumba-lumba kesayangannya yang berukuran sedang.

(SFX) : Tiba-tiba terdengar nada dering handphone-nya.

DELIA

Emm siapa sih yang nelpon.

Delia mengambil handphone-nya yang berada tidak jauh dari tempatnya berbaring. Delia tersenyum saat melihat layar handphone-nya. Tertera nama Pandu. Iya langsung melepaskan boneka lumba-lumba itu dari pelukannya.

DELIA

Yeee.. Pandu nelpon. Hallo Pandu.

Dengan semangat Delia menjawab telepon dari Pandu.

PANDU (O.S)

Bagus ya kamu.. selama 7 hari ini kamu sama sekali gak bisa aku hubungi. Kemana aja sih?

Omel Pandu dalam telepon. Padahal Delia sama sekali belum mengatakan sepatah kata pun untuk menyapa kekasihnya itu.

DELIA

Biasa aja kali.. gak usah marah-marah gitu.

PANDU (O.S)

Lagian kenapa sih kamu pake matiin handphone segala?

DELIA

Handphone aku gak ada sinyal, bukan dimatiin.

PANDU (O.S)

Alah alasan.. bilang aja gak mau diganggu sama aku. Makanya sengaja kamu matiin. Iya kan?

DELIA

Kok ngomong gitu sih.. Ya udahlah terserah, mau percaya atau enggak. Aku cape, aku gak mau debat.

Delia mengakhiri obrolannya dengan Pandu secara sepihak. Dan dengan cukup kesal Delia meletakkan handphone-nya di bawah bantal. Lalu meraih kembali boneka lumba-lumba kesayangannya.

DELIA

Ekh.. nyebelin banget sih... Tau gue cape, pengen istirahat. Ini malah ngajak debat, bikin pusing aja deh. Bukannya disambut.. kangen-kangenan.. ehh malah dibikin kesel kaya gini. Nyebelin.

Delia merasa kesal.

CUT TO:

118. INT. SEBUAH CAFE - MALAM

Kita lihat Gigi dan Laras sedang nongkrong di sebuah cafe, dengan dua gelas minuman dan sepiring piza menghiasi meja makan mereka saat itu.

GIGI

Jadi gimana.. gimana? Gue penasaran ada kejadian apa aja selama lo disana bareng bocil-bocil?

LARAS

Yang pasti penuh drama sumpah Gi. Dari mulai mereka marah-marah di perjalanan, anak-anak cewek juga sempet kesasar pas mau ke rumah kakek gue.. terus mereka marah sama gue karena kecewa.. dan akhirnya adek lo sampe kakinya terkilir.. gara-gara jatoh ke jurang pas mau kabur ke Jakarta sendirian.

Gigi malah ketawa usai Laras bercerita kejadian apa saja yang terjadi selama liburan bersama anak-anak. Laras jadi heran.

LARAS

Kok lo malah ketawa sih?

Gigi tidak menjawab, dia tetep ketawa.

LARAS

Lo gak marah gitu.. Adek lo celaka lho! kakinya terkilir gara-gara gue?

GIGI

Ngapain gue marah. Justru gue salut banget sama lo.

Gigi memberikan tepuk tangan kepada Laras.

GIGI

Kalau gue sih gak sanggup. 5 bocah dong.. gila. Gue salut sama lo Ras.

Gigi mengacungkan dua jempol tangannya untuk Laras. Dan Laras hanya bisa tersenyum saat sahabatnya memujinya.

LARAS

Tapi kayaknya gue gagal Gi.

Laras memasang wajah kecewa.

GIGI

Udah gak apa-apa. Yang penting lo udah usaha.

Gigi menghibur. Laras berusaha tersenyum.

CUT TO:

FADE IN

ESTABLISH SEKOLAHAN PAGI

119. EXT. GERBANG SEKOLAH - PAGI

Kita lihat anak-anak datang ke sekolah dengan penuh semangat di hari pertama sekolah setelah liburan selesai.

CUT TO:

120. INT. KANTIN SEKOLAH - PAGI

Di kantin yang lumayan rame saat itu. Kebetulan Reyhan dan Kiki berada di kantin, dan mereka harus mendengarkan curhatan salah satu temannya yang sedang galau.

TEMAN 1

Pokoknya gue bakal nembak dia hari ini.

KIKI

Ya udah tembak aja. Asal jangan pake pistol. Entar malah mati dia. Kasian anak orang.

Reyhan dan Kiki ketawa. Tapi temennya itu masih tetap serius.

TEMEN 1

Ya tapi kira-kira gue harus ngasih apa ya ke dia? Cokelat atau bunga?

REYHAN

Ya kalau ada.. bunga yang warnanya cokelat. Biar mewakili keduanya kan?

Teman mereka malah terlihat kesal dengan jawaban Reyhan.

TEMAN 1

Apaan sih, serius dikit napa.. gak asik nanya lo pada.

Dengan kecewa teman mereka pergi.

KIKI

Gak asik juga lo ngomongin cewek mulu.

Reyhan dan Kiki malah ketawa-ketawa.

CUT TO:

121. EXT. HALAMAN - SEKOLAH - SIANG

Saat jam istirahat Delia, Kinara, dan Tasya sedang bermain Engklek di halaman sekolah. Mungkin mereka masih belum bisa lepas dari kebiasaan mereka saat mengisi waktu luang ketika berada di Desa. Tapi anak-anak yang lain malah memandang aneh mereka.

TEMAN 1

Lagi ngapain kalian?

TEMAN 2

Pada kurang kerjaan deh.

Mereka tersenyum meledek.

TEMAN 3

Hari gini main gituan.. kampungan banget sih.

Mereka ngetawain Delia dan teman-temannya lalu pergi. Delia, Kinara dan Tasya terlihat sangat kesal.

CUT TO:

122. EXT. TAMAN - SEKOLAH - SIANG

Kini Delia, Kinara, Tasya, Reyhan dan Kiki sedang duduk di taman sekolah dengan muka yang ditekut seperti tidak bersemangat.

DELIA

Kok gue ngerasa kangen desa ya.

TASYA

Iya, kangen main bareng sama Desi.

FLASHBACK TASYA

- Saat Tasya bermain Congkak di teras rumah Abah Asep bersama Desi.

KINARA

Gak tau kenapa gue ngerasa bahagia saat ada di tengah-tengah mereka.

FLASHBACK KINARA

- Saat bermain bola di lapangan bersama Laras, Sofyan, Hadi dan juga Desi.

TASYA

Seandainya suasana di sini sama kaya di desa.

FLASHBACK TASYA

- Saat berkumpul di ruang tengah mendengarkan Abah Asep sedang bercerita.

REYHAN

Iya.. bisa ke sawah, ke sungai. Main layangan.

KIKI

Kangen Abah Asep juga gue.

Nampaknya mereka sedang merindukan suasana desa. Tiba-tiba saja Delia mempunyai sebuah ide.

DELIA

Guys, gue punya ide nih.

KINARA

Apa De?

Delia pun memberitahu idenya kepada mereka dengan cara membisikan. Dan setelah tahu nampaknya mereka setuju dengan ide yang diberikan Delia.

CUT TO:

123. MONTAGE

- Di sekolah Delia meminta bertemu dengan Pandu. Dengan senang hati Pandu menemui Delia, tapi ternyata Delia malah memutuskan hubungannya dengan Pandu. Dan Pandu terlihat sangat kecewa.

- Di rumah Reyhan, tepatnya di kamar. Reyhan baru saja menghidupkan komputernya. Lalu Reyhan memandang beberapa polder game yang ada di bagian depan komputernya. Setelah memikirkan beberapa saat, akhirnya Reyhan mantap untuk menghapus semua game yang ada di komputernya.

- Di rumah Kiki, ia berjalan menghampiri ibunya yang sedang duduk santai di ruang keluarga. Setelah ngobrol sebentar, Kiki memberikan PS 4 miliknya dan meminta orang tuanya untuk menjual Playstationsnya itu.

- Di rumah Kinara. Kinara yang sedang duduk di atas tempat tidur, beranjak dan berjalan menuju meja rias yang terletak hanya 3 langkah dari tempat tidurnya. Lalu Kinara duduk di kursi. Beberapa saat Kinara memandangi semua alat-alat make-up yang tertata rapi di atas meja riasnya itu. Hingga tak menunggu lama, Kinara memutuskan untuk membuang alat-alat make-up itu ke tempat sampah yang berada tepat di bawah meja rias.

- Di rumah Tasya. Tasya sedang tiduran santai di sofa ruang tamu rumahnya. Tasya terlihat sedang sibuk dengan ponselnya. Ternyata Tasya sedang melihat-lihat foto-foto yang selama ini sudah ia unggah di akun sosial medianya. Dan tanpa banyak berpikir, Tasya menghapus semua foto-foto narsisnya dari sosmed dan menutup semua akun sosial medianya.

CUT TO:

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar