Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
BLACKSCREEN: HARI KE-4
84. EXT. SEBUAH GUBUG - SAWAH - SIANG
Laras yang ditemani Sofyan sedang duduk di sebuah gubug yang ada di tengah sawah sambil menikmati pemandangan sawah.
SOFYAN
Gimana keadaan kaki Delia?
LARAS
Udah mendingan. Udah aku bawa ke puskesmas juga.
Pandangan mereka tertuju pada burung pipit yang beterbangan hinggap di dahan padi yang belum berbuah. Beberapa petak sawah bahkan masih terlihat kosong, belum ditanami padi.
LARAS
Sekarang aku ngerasa bersalah Yan.. Kalau aku gak maksa bawa mereka ke desa ini, semuanya gak akan kaya gini. Delia juga gak akan kabur dan celaka.
SOFYAN
Gak boleh ngomong gitu. Musibah kan gak ada yang tau.
Laras hanya terdiam.
SOFYAN
Terus sekarang apa yang mau kamu lakuin?
LARAS
Kayaknya aku bakal bawa pulang mereka aja deh. Lagian.. aku ngerasa kalau usaha ini bakalan gagal, Yan.
SOFYAN
Udah setengah jalan lho, sayang banget kalau berhenti.
(beat)
Tapi mau gimana lagi. Keputusan kan ada di tangan kamu.
Lagi-lagi Laras terdiam.
CUT TO:
85. INT. KAMAR DELIA - RUMAH ABAH ASEP - SIANG
Delia sedang berada di kamar ditemani ke-empat sahabatnya, Kinara, Tasya, Reyhan dan Kiki.
DELIA
Guys maafin gue ya! Kemarin gue udah bikin lo semua panik.
Delia merasa bersalah ketika menatap ke-empat sahabatnya yang saat ini memasang wajah serius ketika menatapnya.
KINARA
Gimana guys? Kita maafin gak?
Delia terlihat memohon. Tapi mereka ber-empat tetap diam
KIKI
Keliling desa.. ke sawah.. sungai.. hutan.. kayanya cocok tuh dapet gratis makan selama 1 minggu di kantin sekolah.
REYHAN
Wahh.. setuju banget tuh Ki kalo gitu.
TASYA
Gimana De?
Delia tidak bisa menolak, ia benar-benar merasa bersalah.
DELIA
Iya.. iya.. gue traktir. Tapi lo semua maafin gue kan?
Mereka semua ngangguk. Delia langsung tersenyum. Kinara dan Tasya pun memeluk Delia.
DELIA
Makasih ya guys.
KINARA
Kita becanda kali. Kita maafin lo kok. Tulus tanpa minta ditraktir apapun.
REYHAN
Iya.. asal lo jangan kaya gitu lagi aja. Kasian tau Bu Laras, cemas banget mikirin lo.
DELIA
Iya.. iya gue salah.
TASYA
Gimana kaki lo?
CLOSE UP : Kaki kanan Delia yang dibalut perban berwarna cokelat muda.
DELIA
Ya gini.. Masih sakit.
KIKI
Mau gak kalo gue kasih tau cara jitu biar kaki lo gak sakit De?
DELIA
Apaan?
KIKI
Gue timpuk pake bantal.
Kiki langsung meraih bantal guling dan hendak memukul kaki Delia. Semua langsung bereaksi.
BER-4
Jangan! Tambah sakit gila.
Mereka semua ketawa. Karena Kiki tidak serius, ia hanya becanda untuk menghidupkan suasana agar tidak terlalu serius.
CUT TO:
86. INT. RUANG TENGAH - RUMAH ABAH ASEP - SIANG
Siang itu, Delia sedang duduk santai di sofa sambil mengotak-atik handphone-nya. Desi menghampiri Delia sambil membawa mainan Congkak.
DESI
Neng Delia, kita main congkak yuk?
DELIA
Main yang kaya gituan?
Delia memandang aneh mainan Congkak yang sedang di pegang Desi. Desi mengangguk.
DELIA
Enggak ahh, gue bukan anak kecil lagi. Mending main game di hp.
DESI
Ya udah.. aku coba ajak neng Tasya atau neng Kinara aja deh kalau gitu.
Karena Delia tidak mau diajak bermain, Desi memutuskan untuk keluar sambil membawa Congkaknya. Pada saat berada di depan pintu, Desi berpapasan dengan Tasya. Melihat Desi membawa sebuah mainan, Tasya pun tertarik bermain bersama sebelum Desi memintanya. Mereka pun keluar untuk bermain Congkak bersama.
CUT TO:
87. EXT. JALANAN HUTAN - DESA - SIANG
Dalam perjalanan pulang dari sawah, Laras dan Sofyan tidak sengaja berpapasan dengan Hadi, Reyhan, Kiki dan beberapa anak laki-laki lainnya.
REYHAN
Ehh Bu Laras.
Mereka menghentikan langkah.
LARAS
Mau pada kemana kalian?
KIKI
Kita mau nyari burung di hutan Bu.
Kiki memamerkan Ketapel yang ia pegang. Karena hampir semua dari mereka memegang Ketapel yang akan digunakan untuk menangkap burung nanti.
HADI
Hadi udah ijin ke Abah tadi Teh. Boleh kan?
LARAS
Iya.. tapi kalian hati-hati yah.
REYHAN/KIKI
Siap Bu..
Anak-anak pun pamitan dan melanjutkan kembali perjalanan mereka untuk berburu burung di hutan.
SOFYAN
Kayaknya Reyhan sama Kiki mulai terbiasa tinggal disini deh Ras.
Laras hanya tersenyum. Lalu Laras dan Sofyan kembali melanjutkan perjalanan pulang.
CUT TO:
88. INT. RUANG DEPAN - RUMAH ABAH ASEP - SIANG
Delia merasa jenuh sendirian di dalam rumah. Dengan ditemani tongkat yang dibuat dari batang pohon, Delia berjalan keluar menuju kaca jendela. Delia melihat ke arah luar. Delia melihat Desi masih asik beramin Congkak ditemani Tasya dan Kinara di teras rumah. Diam- diam Delia memperhatikan mereka. Tiba-tiba Abah Asep berjalan mendekti Delia. Sejenak Abah Asep memperhatikan Delia, seakan Abah Asep melihat suatu hasrat terpendam, sebuah keinginan di dalam hati Delia.
ABAH ASEP
Keluar Neng! dan ikutlah bermain!
Delia cukup kaget dan langsung menoleh ke arah Abah Asep.
ABAH ASEP
Jangan merasa gengsi atau malu, karena ini masih dunia kamu. Dimana kamu bisa tertawa lepas tanpa beban. Dunia yang hanya terjadi sekali seumur hidup. Jangan sia-sia masa ini, masa yang tak akan pernah bisa terulang.
Abah Asep tersenyum dan kemudian pergi meninggalkan Delia. Delia kembali melihat ke arah luar jendela. Kinara dan Tasya sedang bermain Congkak, sementara Desi bermain Bola Bekel sambil menunggu giliran bermain Congkak. Sesekali mereka tertawa lepas tanpa beban. Delia pun memutuskan untuk pergi.
CUT TO:
ESTABLISH ANAK-ANAK BERMAIN DI HALAMAN RUMAH ABAH ASEP SORE
89. INT. HALAMAN/TERAS - RUMAH ABAH ASEP - SORE
Delia berjalan menuju teras dengan kaki pincangnya. Kinara dan Tasya memanggil Delia dan mengajakknya bermain. Tapi Delia menganggukkan kepalanya saja sambil tersenyum. Delia lebih memilih duduk sendiri di tangga teras depan rumah Abah Asep. Pandangannya tertuju kepada beberapa anak-anak yang sedang bermain di sekitar halaman rumah Abah Asep. Dari mulai bermain ENGKLEK, LOMPAT TALI, dan ULAR NAGA. Delia kembali teringat kata-kata Abah Asep tadi siang.
ABAH ASEP (O.S)
Ikutlah bermain! Jangan merasa gengsi atau malu. Karena ini masih dunia kamu. Dimana kamu bisa tertawa lepas tanpa beban. Dunia yang hanya terjadi sekali seumur hidup. Jangan sia-siakan masa ini.. masa yang tak akan pernah bisa terulang.
Kata-kata Abah Asep tadi yang masih terngiang-ngiang di telinga Delia. Tiba-tiba Hadi datang menghampiri dan langsung duduk di sampingnya.
HADI
Hayoo.. keur ngalamun deui wae si Eneng teh.
DELIA
Emch.. elo lagi. Ngagetin aja.
HADI
Ohh si Eneng teh kaget.. hapunteun atuh. Lagi apa atuh duduk sendirian di sini, mendingan ikut main tuh sama Desi. Atau main Lompat Tali bareng mereka.
Sambil menunjuk ke arah anak-anak yang sedang bermain Lompat Tali di halaman. Mendengar itu Delia malah melototin Hadi. Hadi jadi merasa takut melihat Delia.
HADI
Gak usah melotot atuh Neng, saya jadi takut.
DELIA
Menurut lo, dengan kaki gue yang masih bengkak gini gue harus loncat-loncat kaya gitu? Iya?
Delia sinis. Hadi langsung melihat ke arah kaki Delia yang masih dihiasi oleh perban berwarna kecokelatan.
HADI
Ohh iya saya lupa, kaki si Eneng teh masih bengkak. Ya maaf atuh Neng.. lupa sedikit mah gak apa-apa atuh ya. Gak usah sewot.
Delia tidak merespon Hadi. Pandangan Delia malah terfokus pada anak-anak yang sedang bermain Engklek.
DELIA
Emm.. lo tau apa nama permainan itu?
Delia menunjuk ke arah anak-anak yang bermain Engklek. Hadi menganggukkan kepala.
DELIA
Apa?
HADI
Apa cing?
DELIA
Iya apa?
HADI
Apa coba?
DELIA
Iya.. apaan?
HADI
Apa hayoo?
DELIA
Emch.. apaan Sih?
HADI
Apa weh?
DELIA
Ihh.. malah becanda. Cepetan apa!
Hadi tersenyum melihat Delia yang mulai sewot. Tidak menunggu lama Hadi pun memberitahu nama permainan itu ke Delia, sekaligus menjelaskan cara bermainnya. Dan tak seperti biasa, Delia menyimak dengan baik apa yang Hadi bicarakan mengenai permainan yang Delia maksud.
CUT TO:
90. INT. TERAS - RUMAH ABAH ASEP - SORE
Beberapa saat kemudian. Saat Reyhan, Kiki, Kinara dan Tasya selesai bermain dan hendak masuk, Laras memanggil mereka.
LARAS
Anak-anak, sini dulu!
Mereka pun mengalihkan tujuan dan berjalan menghampiri Laras. Lalu mereka duduk di dekat Laras.
TASYA
Ada apa Bu?
LARAS
Setelah Ibu pikir-pikir, liburan kita disini cukup sampai hari ini. Besok kita kembali ke Jakarta ya.
Mendengar itu Reyhan, Kiki, Kinara dan Tasya pun merasa sedih. Padahal seharusnya mereka bahagia karena akhirnya mereka bisa pergi dari desa terpencil itu.
REYHAN
Bu.. Ibu serius?
Reyhan memasang wajah kecewa. Laras mengangguk. Dan kali ini mereka semakin tidak bisa menyembunyikan kekecewaan mereka.
LARAS
Maafin Ibu ya anak-anak.. Ibu gak bisa menepati janji Ibu untuk memberikan liburan yang indah buat kalian. Gara-gara Ibu, kalian malah mendapatkan liburan yang tidak menyenangkan seperti ini. Sekali lagi maafin Ibu.
Laras merasa bersalah.
TASYA
Bu.. Ibu gak boleh ngomong kaya gitu. Ibu gak salah.
LARAS
Kalau aja Ibu gak bawa kalian ke sini, mungkin liburan kalian akan lebih menyenangkan. Sekarang lebih baik kalian mandi.. terus beresin barang-barang kalian. Besok pagi kita akan pulang ke Jakarta.
Laras pergi dengan muka yang cukup sedih. Melihat ekspresi wajah Laras seperti itu, Reyhan, Kiki, Kinara dan Tasya pun tidak kalah sedih dengan keputusan yang sudah Laras ambil.
CUT TO:
ESTABLISH LANGIT MALAM TANPA BULAN DAN BINTANG
91. EXT. TERAS - RUMAH ABAH ASEP - MALAM
Laras sedang duduk melamun di teras sambil menatap langit malam yang kosong tanpa bulan dan bintang. Tiba-tiba ke-lima muridnya menghampiri Laras dan duduk di samping kiri dan samping kanannya. Laras langsung menoleh ke arah mereka, terutama Delia.
LARAS
Loh.. bukannya pada istirahat! (ke Delia) Kamu juga De.. kok malah ke luar sih bukannya istirahat aja di kamar.
DELIA
Kak, aku denger besok Kakak mau bawa kita pulang ke Jakarta ya?
Laras menganggukkan kepala.
KINARA
Bu pulangnya diundur aja ya?
REYHAN
Lagian baru 4 hari kita di sini Bu... masih ada sisa waktu dari perjanjian awal kita kan?
LARAS
Tapi di sini bukan tempat kalian, Ibu salah membawa kalian ke sini.
Suasana semakin terasa serius.
TASYA
Bu, Ibu gak salah.. Tempat ini juga gak salah.. yang salah tu kita.. Kita yakin Ibu punya maksud yang baik dengan mengajak kita ke sini. Please Bu... ijinin kita untuk menghabiskan waktu liburan kita di sini.
LARAS
Tapi bukannya kalian...? terus Delia?
DELIA
Udah Kak.. lagi pula kita gak mungkin pulang ke Jakarta dengan kondisi kaki aku yang kaya gini... Aku emang gak betah tinggal di sini, tapi aku gak mau Kak Laras disalahin nanti. Aku kaya gini bukan karena Kakak, ini semua gara-gara aku.
KINARA
Ya Bu.. jangan dulu pulang please!
Laras terdiam sejenak, ia memandang ke-lima anak muridnya yang begitu memohon. Tak ingin kembali mengecewakan, akhirnya Laras pun mau mengikuti keinginan mereka untuk tinggal beberapa hari lagi di tempat ini. Mereka pun memeluk Laras dan berterimakasih kepada Laras.
REYHAN
Terimakasih sudah peduli sama kita Bu.
KIKI
Terimakasih telah mengenalkan apa yang tidak kita tau.
KINARA
Terimakasih udah mengembalikan apa yang sempat hilang dari hidup kita.
Laras dibuat tak percaya dengan kata-kata yang mereka ucapkan.
KINARA
Tapi kenapa hanya kita ber-lima saja Bu?
Pertanyaan terlontar dari mulut Kinara. Laras tersenyum.
LARAS
Karena kalian yang paling dekat dengan Ibu.. Ibu peduli sama kalian. Dan semoga lewat kalian, yang lain bisa ikut seperti kalian.
Mereka pun kembali memeluk Laras dengan penuh kebahagiaan.
CUT TO:
92. INT. RUANG TENGAH - RUMAH ABAH ASEP - MALAM
Saat Delia, Kinara, Tasya, Reyhan dan Kiki sedang berkumpul di tengah rumah, Laras datang menghampiri mereka dengan membawa barang-barang masa kecilnya dulu yang masih tersimpan dalam sebuah box berukuran sedang.
LARAS
Hallo anak-anak.
Laras bergabung duduk dengan anak-anak.
BER-5
Hallo Ibu..
DELIA
Bawa apaan tuh Kak?
Laras meletakkan box yang ia bawa. Lalu membukanya, dan di dalamnya terdapat barang-barang seperti GIMBOT, TAMAGOCHI, TAZOS, dan masih banyak lagi mainan jaman dulu lainnya di dalam box yang Laras bawa.
LARAS
Kira-kira ada yang tau gak sama apa yang Ibu bawa ini? Salah satu aja?
Mereka menggeleng.
LARAS
Yakin?
Mereka mengangguk. Anak-anak benar-benar sangat asing melihat benda-benda yang Laras bawa itu.
LARAS
Jadi ini tu namanya Gimbot...
Dengan senang hati Laras pun mengenalkan satu per satu pada mereka. Sekaligus menjelaskan cara bermainnya. Dan mereka begitu berantusias mendengarkannya. Bahkan mereka tertarik untuk memainkannya.
CUT TO: