Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Meow Kamu Kok Gentayangan
Suka
Favorit
Bagikan
13. PART 13

PART 13:

EXT.: Rumah Tiva, pagi.

    Tajir: Kami mengira hantu itu sudah pergi, tapi semalam Zea masih dihantui.

    Zea : Jadi beginilah ceritanya.

Ibu Tiva dan orang tua Agung duduk di depan Tajir dan Zea.

    Tuan : Tidak mungkin Agung menjadi hantu. Kalau memang iya, mengapa menghantui kalian?

    Zea : Mungkin berhubungan dengan Tiva. Saya membuat Tiva sedih. Agung mungkin ingin balas dendam.

    Ibu Tiva: Itu kejadian sudah lama sekali. Waktu itu kalian masih kecil. Saya yakin Tiva juga sudah tidak marah.

    Nyonya: Apa hanya anda saja yang pernah salah dengan Tiva?

    Ibu Tiva: Iya. Dibandingkan dengannya, Tiva pasti lebih membenci teman TK pertamanya. Tapi tidak ada dari mereka yang datang melayat.

    Tajir: Apa mungkin kita harus mencari mereka?

Zea berwajah lelah.

    Tajir: Mungkin ada hubungannya dengan proses kematian Agung?

    Zea : Benar. bisa jadi itu. Bisa bapak dan ibu menceritakan bagaimana Agung meninggal?

Cut:

EXT.: Jalan desa, jam 12 malam.

Flashback

Agung bersepada motor. Smartphone agung berbunyi. Agung menghentikan motornya. Ia mengangkat telpon.

Agung: Apa? Tiva meninggal?

Mata Agung berlinang air mata. Ia melaju kencang. Ia menyalip beberapa kendaraan dengan ceroboh, hampir menyerempet. Bunyi klakson dari kendaraan lain. Agung tidak menggubris. Di perempatan, ia menerobos lampu merah.

Bruk! Terjadi tabrakan. (off-screen).

End flashback.

Cut:

EXT.: Rumah Tiva, pagi.

Orang tua Agung menangis.

    Zea : Kami minta maaf telah membangkitkan kenangan sedih bapak dan ibu. Tapi, tapi kalau boleh kami tahu apakah pelaku penabrakan tertangkap?

    Tuan : Sudah, tapi kami membebaskannya. Setelah diselidiki memang Agung yang ceroboh. Ada beberapa saksi mata di lokasi kejadian yang melihat Agung ngebut.

    Nyonya: Awalnya kami tidak tahu mengapa Agung ngebut, tapi sekarang kami mengerti. Agung pasti terkejut mendengar kabar Tiva meninggal.

    Ibu Tiva: Saya minta maaf karena menelpon.

    nyonya: Bukan salah ibu. Agung juga harus tahu kondisi Tiva.

    ibu Tiva: Saat itu saya sedang kalut, jadi saat Tiva meninggal saya langsung menghubungi Agung. Seharusnya saya menghubunginya tidak secepat itu.

Ibu Tiva menangis.

    Tuan : Walaupun ibu menghubungi Agung paginya, agung juga akan tetap ngebut. Memang sifat Agung yang kalau ada sesuatu yang tidak direncanakan Agung akan gegabah. Ya, saya juga begitu.

    Nyonya: Pa.

    tajir: Begini. Mungkin ada suatu keinginan yang agung dan Tiva inginkan tetapi belum terwujud.

Nyonya: Jika saya tahu saya akan segera mewujudkannya.

Tuan : Kami benar-benar tidak tahu.

Nyonya: Begini saja, biarkan kami menemui Agung.

Tuan : Ma, papa masih berpikir hantunya bukan Agung.

Nyonya: Makanya biar kami yang menemuinya untuk memastikan apa hantu itu adalah Agung.

Ibu Tiva: Dari cerita kalian, hantunya juga bisa Tiva. saya sebenarnya ingin ikut, tetapi kalau sore ini saya ada urusan. Saya minta maaf.

Zea dan Tajir: Oh tidak apa-apa bu.

Cut:

EXT.: Halaman depan Zea, sore.

Zea, Tajir dan orang tua Agung berdiri di depan makam Yummy.

    Tajir: Terus kita ngapain di sini?

    Zea : Bapak dan ibu mungkin bisa menghubungi Agung.

    Tuan : Ini makam kucing? Apa hubungannya dengan anak saya?

    Zea : Em, hantu itu bertingkah seperti kucing saya. Jadi saya pikir mungkin kucing saya adalah perantara.

    Nyonya: Sekarang apa yang harus kami lakukan?

    Zea : Ibu dan bapak bisa meminta tolong supaya Agung dan Tiva memaafkan saya?

    Tuan : Apa tidak sebaiknya kami menemui hantu itu dulu?

    nyonya: Benar, kalian tidak melakukan suatu kesalahan yang besar kan?

    Tajir: Jelas tidak.

    Zea : Tapi masalahnya hantu itu datang tidak terduga.

    Tajir: Zea, sepertinya memang harus malam hari.

    Zea : Semalam aku mimpi. Hantunya juga muncul siang. Eh tunggu.

Zea pergi menuju jemuran tongkol jagung.

    Zea : Jir, sini!

Zea dan Tajir mencari di hamparan tongkol jagung. Tidak menemukan apapun.

    Tajir: Jujur aku nggak tahu apa yang kita cari.

    Zea : Aku juga nggak ngerti. Tapi semalem mimpiku karung tongkol jagungnya bergerak sendiri.

    Tajir: Mungkin di karungnya.

Zea mencari karung tongkol jagung. Melihat bagian dalamnya tidak ada apa-apa.

    Zea : Nggak ada apa-apa.

    Tajir: Zea, ceritain dengan lengkap mimpimu seperti apa.

    Zea : Em...

    tajir: Kita ngomongin apa?

    zea : Ngomong hantu, jemur tongkol jagung, corn baby...

Orang tua Agung mendekat.

    Nyonya: Baby?

    Zea : Bukan, tapi cor.. ah ya itu mungkin. Saya pikir Agung ingin ibu dan bapak memiliki anak lagi.

Tuan dan nyonya tertawa kecil.

    Tuan : Itu aneh. Kami sudah terlalu tua.

    Tajir: Teknologi sekarang sudah canggih pak. Ada banyak cara untuk membantu kelahiran. Bayi tabung misalnya. Tapi biayanya ya lumayan.

    Nyonya: Biaya bukan masalah untuk kami. Tapi apa benar ini yang diinginkan agung?

    Tajir: Apa Agung tidak pernah menginginkan adik? Saya selalu ingin punya adik, tetapi orang tua saya terlalu sibuk.

    Zea : Tajir.

Zea memegang tangan Tajir.

    Nyonya: Saya pernah menanyakannya dulu saat Agung masih anak-anak. Dia tidak mau punya saingan.

Tuan : Tapi saat mulai kuliah, Agung pernah berkata. Seandainya punya adik, pasti ada yang njagain kami.

Yajir: Berarti benar itu jawabannya. Saya yakin bapak dan ibu pasti bisa memiliki anak lagi.

Zea : Atau bapak dan ibu dapat memilih adopsi.

Nyonya: Tapi...

Zea : Bu, saya anak adopsi. Orang tua saya sampai tua tidak dikaruniai keturunan, akhirnya mengadopsi saya. Sampai saat ini kami sangat bahagia.

    Tajir: Zea.

Tajir menggenggam tangan Zea dengan erat.

    Zea : Mungkin keinginan Agung adalah agar bapak dan ibu bahagia.

Tuan dan nyonya menangis.

    Tuan dan nyonya: Terima kasih.

Cut:

INT.: Ruang tamu, malam.

    Tajir: Kamu ketemu hantunya di dapur kan?

    Zea : Maksudmu kita ke dalam?

Tajir: Iya, ke dapur.

Zea : Sekarang cuma ada kita di rumah. Bapak sama ibu lagi keluar nyari pembeli tongkol jagung.

Delicioso mengukur telinga.

    Tajir: Masih ada delicioso.

    Zea : Jir.

    Tajir: Zea, mumpung sepi.

    Zea : Tajir,apa maksudmu?

Tajir: Kamu ngerti kan?

Close up: Wajah Tajir menutup mata.

Close up: Wajah Zea malu-malu menutup mata.

Zea jatuh dari sofa.

    Tajir: Zea? (off-screen)

Suara Tajir memanggil Zea dari luar. Zea bergegas membukakan pintu.

    Zea : Tajir, kamu udah datang? Udah lama?

    Tajir: Ya, kamu lagi repot ya?

    Zea : Nggak.

    Tajir: Kamu kaya’ baru bangun tidur?

Tajir tertawa. Zea malu.

    Tajir: Eh, maaf. Aku Cuma bercanda.

    Zea : Ya, aku nungguin kamu sampe ketiduran. Kamu lama banget.

Zea cemberut

    Tajir: Maaf ya sayang.

Zea tersenyum.

    Zea : Em, ayo masuk.

    Tajir: Di luar aja. Kamu bilang orang tuamu lagi pergi kan?

    Zea : Emang, lagi pergi.

    Tajir: Nggak enak sama tetangga. Kalau ketahuan orang kita bisa dikira macem-macem.

    Zea : Kita kan nggak bakal gitu.

    Tajir: Tapi orang bisa berpikir lain. Mending di teras aja. Zea, aku nggak mau kamu terluka.

    Zea : Terluka?

    Tajir: Aku pernah nonton ada yang sampe diarak nggak pake baju. Katanya berbuat begituan. Tapi kan kita nggak tahu, bisa saja kita nggak salah tapi dituduh.

    Zea : Ah, iya kamu benar. Mending di luar aja.

Cut:

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar