Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
PART 8:
EXT.: Halaman rumah, sore hari.
Begin montage:
Bapak baru sampai di halaman rumah dengan mengendarai sepeda motor. Di kursi belakang terdapat gulungan karung jagung. Zea menghampiri bapak. Lalu mengambil tumpukan karung dan membawanya masuk rumah.
Cut:
INT.: Garasi, sore hari.
Zea membuka tali rafia yang mengikat gulungan karung. Lalu melihat-lihat karung. Ia melihat ke dalamnya ternyata kotor bekas tepung. Zea mengusapkan jari telunjuknya pada bekas tepung. Zea lalu membalik karung (dalam-keluar) dan mengibaskannya untuk membuang tepung.
End montage.
Ibu : Gimana karungnya?
Zea : Kotor bu. Zea cuci dulu.
Cut:
EXT./INT.: Dekat sumur, ruangan terbuka untuk menjemur pakaian, sore hari.
Terdapat beberapa kawat panjang yang kedua ujungnya menempel pada dinding. Tinggi kawat lebih tinggi dari kepala. Kawat itu tempat menjemur pakaian. Kali ini Zea menggunakannya untuk menjemur karung. Terlihat beberapa karung basah dijemuran.
Zea mengambil sebuah karung dari ember, lalu menjemurnya. Tiba-tiba terasa ada yang menarik ujung karung. Zea was-was. ketika menoleh ternyata Delicioso.
Zea : Delicioso, aku sampe kaget tau. Delicioso, jangan ditarik-tarik.
Zea mengelus Delicioso.
Zea : Kamu pasti kesepian ya. Oke, habis ini Zea temenin.
Zea membalikkan badan. Lalu menggendong Delicioso sambil membawa ember kosong. Jemuran karung bergerak terkena hembusan angin. Hantu berada di belakang jemuran dengan posisi merangkak.
Cut:
EXT.: Sawah, pagi hari.
Zea bersama beberapa perempuan (yang disapa di jalan) memetik jagung. Smartphone zea berdering. Zea mencari tempat sepi, lalu mengangkatnya.
Zea : Halo, Tajir. Ada apa?
Tajir: Kamu di mana sekarang? Aku ke rumahmu ya?
Zea : Aku lagi di sawah. Manen jagung sama temen buruh tani.
Tajir: Sampai kapan?
Zea : Sampai selesai. Mungkin dzuhur. Orangnya banyak, jadi cepet.
Tajir: Ntar sore aku ke rumahmu ya?
Zea : Boleh, tapi apa kamu nggak capek? Bukannya sekarang harusnya kamu main basket sama temen?
Tajir: Udah main tadi, terus ketahuan polisi. Bubar deh.
Zea : Haha. Masih untung kamu nggak dipenjara.
Tajir: Bukan nggak dipenjara, tapi nggak ketangkep. Kamu nggak tau tadi, kita lari tunggang-langgang. Untung pas udah naik motor, polisi berhenti ngejar.
Zea : Oh, jadi kalian buron?
Tajir: Haha. Jadi, nanti bisa?”
Zea : Iya. Aku tunggu ya.
Tajir: Oke.
Zea menutup smartphonenya sambil tersenyum.
Buruh tani 1: Eh, ada yang senyum-senyum sendiri.
Buruh tani 2: Telpon dari pacarnya itu.
Buruh tani 1: Ah, malah tambah senyum. Bener berarti. Siapa?
Buruh tani 2: Siapa lagi kalau bukan Tajir.
Buruh tani 3: Oh udah pacaran sama Tajir?
Zea : Nggak, bukan begitu.
Buruh tani 2: Yang nelpon barusan Tajir kan?
Buruh tani 1: Lha senyum. Ceiye...
Zea : Aku sama Tajir nggak pacaran.
Buruh tani 1: Nggak apa belum?
Buruh tani 2: Ingat nggak. Kemarin pas di jalan mereka sepedaan berdua.
Buruh tani 1: So sweet sekali.
Zea : Aduh, udah udah. Orang sepedanya satu-satu.
Buruh tani 3: Dia belum nembak, Tajir maksudnya?
Zea murung.
Buruh tani 1: Ya sudah kalau begitu kamu saja yang nembak duluan.
Buruh tani 3: Masa’ cewek nembak duluan?
Buruh tani 1: Jaman sekarang sudah nggak masalah mau cowok dulu atau cewek dulu, yang penting akhirnya jadian.
Buruh tani 3: Ya kalau ditolak kan malu.
Buruh tani 1: Memangnya zea yang cantik ini bakal ditolak? Dari kecil lho yang ngantri dah banyak. Cuman gara-gara Tajir selalu lengket jadi nggak ada yang berani ndeketin.
Buruh tani 3: Terus kenapa dari dulu Tajir nggak ngajak jadian?
Buruh tani 4: Ssst. Yang punya lahan dateng.
Cut:
EXT./INT.: tempat menjemur pakaian, sore hari.
Zea mengangkat jemuran karung. Wajahnya murung. Tajir datang mengagetkannya.
Tajir: Zea!
Zea tidak terlalu menggubris.
Tajir: Kok diem?
Zea : Capek tadi habis manen jagung.
Tajir: Aku pijetin tah?
Zea : Bukan mukhrim, jangan pegang-pegang.
Tajir: Ah, iya. Maaf.
Tajir membantu Zea mengangkat jemuran.
Zea : Makasih. (ketus).
Tajir: Kamu kenapa sih? (kesal) Apa jangan-jangan kamu masih dihantui? (khawatir)
Zea : Udah nggak kok.
Tajir: Berarti hantunya memang Mbok Jannah ya?
Zea : Maaf ya Jir. (berwajah sedih). Tapi aku nggak berpikir Mbok Jannah pingin nakut-nakutin. Sekarang aku inget lagi hantunya nggak pernah nyakitin aku. Mbok jannah pasti cuma pingin ketemu.
Tajir: Terus kenapa tadi kamu cemberut?
Zea tidak menjawab. Ia mengangkat timba berisi jemuran karung kering. Lalu Tajir merebutnya dan membawanya masuk ke dalam rumah. Zea kesal.
Cut:
INT.: Ruang tamu, sore hari.
Tajir: Aku ngerti, kamu pasti keingetan Yummy?
Zea tersenyum getir.
Tajir: Aku ingat Aurora, pas inget neneknya, dia sampai nangis.
Zea cemberut lagi.
Zea : Sini Jir. Timbanya taruh sini saja.
Tajir meletakkan timba.
Tajir: Apa perlu kita ke makam Yummy?
Zea : Nggak. Sebenernya Jir, aku udah nggak terlalu mikirin kematian Yummy. Mungkin gara-gara dihantuin.
Tajir: Terus kenapa kamu murung?
Zea : Aku capek sekarang. Maaf ya Jir.
Tajir: Oke. Cepat sehat ya.
Cut:
INT.: Ruang tamu, malam hari.
Begin montage:
Zea membolak-balikkan karung. Ada beberapa yang berlubang. Zea keluar ruangan. zea kembali membawa gulungan tali rafia, jarum karung, beberapa kresek dan gunting. Zea menyesuaikan ukuran kresek dengan lubang. Lalu memotongnya sesuai ukuran lubang.
End montage.
Selembar kresek jatuh ke lantai. Zea mengambilnya. Ada hantu di bawah meja. Zea tidak menyadarinya.
Zea memotong tali rafia panjang, lalu menjahit karung. Tiba-tiba terasa ada yang menarik tali rafia zea yang menjuntai.
Zea : Delicioso, hus! Zea lagi sibuk.
Tetap ditarik.
Zea : Delicioso!(marah).
Zea menoleh, ternyata yang menarik adalah Hantu. Zea berteriak lalu berdiri sambil menjatuhkan gulungan rafia di meja. Zea mundur sambil tetap melihat hantu karena was-was.
Ibu masuk membawa wedang jahe. Zea menoleh ke arah ibu. Lalu kembali ke arah hantu. Hantu sudah tidak ada.
Cut:
EXT.: halaman rumah, pagi hari.
Tajir dan Zea mengambil kotoran jagung (serabut, kulit, dan potongan tongkol jagung) di atas jemuran butir jagung. Lalu memasukkannya ke timba.
Zea : Jir, udah aku bilang kamu nggak usah mbantu. Ini juga nggak terlalu penting kok.
Tajir: Bukannya kalau banyak sampahnya bisa nurunin harga jual? Zea, kamu bukan orang yang bakal ngelakuin hal yang nggak penting. Zea, kamu kenapa sih? Masa’ main rahasia sama temen.
Zea pergi mencari sampah jagung di titik lain.
Tajir: Oke, kalau kamu seperti itu terus, aku pulang aja.
Ibu datang.
Ibu : Tajir, kamu kok repot-repot.
Tajir: Ah, nggak masalah kok bu.
Ibu : Oh ya Zea, kamu belum cerita kenapa semalam kamu teriak?
Bapak datang.
Bapak: ibu, ayo berangkat sekarang?
Ibu : Iya bapak. Zea, Tajir, ibu sama bapak keluar dulu mau negosiasi harga jagung sama Pak Turah. Zea, jaga rumah ya.
Zea dan Tajir mengangguk. Ibu dan bapak pergi.
Tajir: Zea, kamu masih dihantuin? Berarti bukan Mbok Jannah.
zea : Iya, sepertinya bukan Mbok Jannah. Jadi udah nggak ada urusannya sama kamu.
Tajir: Apa?
Zea diam saja.
Tajir: Dari awal kita juga nggak kepikiran kalo itu mbok jannah. Udah, jangan gitu, aku nggak masalah nemenein kamu. Ah, ya sekarang kita ke perempuan kedua.
Zea : Aku bisa kesana sendiri kok Jir.
Tajir: Emang kamu tahu jalannya. Kalo tersesat gimana.
Zea : Aku bisa make’ map.
Tajir: Kita nggak tahu siapa mereka. Kalau orang jahat gimana?
Zea : Jir, nggak enak sama orang-orang. Kita berduaan kemana-mana.
Tajir: Lha kita emang temenan dari kecil.
Zea : Jir, aku cewe’, kamu cowo’.
Tajir: Masalahnya apa?
Zea : Orang-orang ngiranya kita pacaran.
Tajir: Jadi aku nggak bisa nemenin kamu lagi? (murung)
Zea dan Tajir saling berpandangan. Keduanya terlihat sangat sedih. Zea memberanikan diri berbicara.
Zea : Em...bisa, bisa kalau... kalau kita pacaran.
Tajir: Kamu mau kita pacaran?
Zea : Iya.
Tajir: Oke.
Tajir tertawa. Zea ingin menangis. Tajir terkejut melihat Zea.
Tajir: Kamu serius?
Zea : Jir, aku mau pulang.
Tajir: Ini rumahmu.
Zea : Maksudnya aku mau ke dalam.
Zea berbalik. Tajir memegang tangan Zea. Zea berbalik.
Tajir: Aku juga serius. Maaf ya, aku takut kamu cuma bercanda.
Buruh tani perempuan yang bersepeda di jalan melihat mereka.
Buruh tani 1: Gini katanya belum pacaran?
Buruh tani 2: Hadeuh.
Buruh tani 3: Corona, jaga jarak.
Buruh tani lainnya tertawa. Tajir melepaskan tangan Zea.
Tajir: Ulang yuk.
Zea : Maksudnya?
Tajir: Aku mau kita pacaran. Eh, tadi kebalik. Kamu mau kita pacaran?
Zea : Nggak. Eh, tadi kebalik. Iya.
Tajir memegang tangan Zea. Bapak dan ibu datang. Tajir melepas tangan Zea.
Tajir: Sudah pulang pak, bu.
Ibu : Pak Turah ke kota, urusan desa.
Bapak: Nanti malam saja kita langsung ke rumahnya.
Ibu : Iya bapak.
Ibu turun dari motor. lalu menghampiri Zea. Ibu menyodorkan hand sanitizer semprot.
Ibu : Zea, ibu tadi dapat ini. Ibu tidak tahu cara memakainya.
Zea : Oh, begini bu.
Zea menyemprotkan hand sanitizer ke tangan ibu.
Ibu : Zea, kamu juga pakai. Tajir juga. Bapak?
Zea dan Tajir terlihat kurang senang.
Cut:
EXT.: Jalan desa, pagi hari.
Tajir membonceng Zea naik sepeda motor.
Zea : Jir, aku masih takut kalo ketangkep polisi.
Tajir: Aku lebih takut kalo ada masalah terus nggak bisa kabur dengan cepat.
Terlihat polisi di depan.
Zea : Jir?
Tajir: Tenang Zea. Kita udah pake’ helm, masker. Aku dah bawa SIM dan STNK.
Zea : KK Jir, kembali atau kencengin motornya.
Tajir: Belok aja. Ada jalan.
Tajir berbelok. Ternyata bukan jalan tetapi gerbang masuk kantor polisi yang baru.
Tajir : Maaf Zea. Aku nggak tahu kalau kantor polisinya pindah ke sini. Aku memang jarang lewat sini.
SKIP
Zea dan Tajir menari di pinggir jalan dikawal oleh polisi. seorang pengendara motor berhenti lalu merekam mereka.
Zea : Jir, ada yang ngerekam?
Tajir: Pak polisi. Orang itu merekam kami Pak?
Pak polisi memanggil seorang pengendara sepeda motor, tetapi ia kabur.
Cut:
EXT.: Halaman rumah Oriza Sativa, siang hari.
Tajir menghentikan mobil.
Tajir : Sepertinya kita udah sampai di rumah perempuan kedua. Ayo turun.
Zea mengiyakan. wajahnya masih lesu.
Tajir: Maaf ya tadi.
Zea : Bukan salahmu kok Jir.
Mereka berdua keluar dari mobil.
Tajir: Permisi!
Seorang perempuan 40 tahunan (Ibu Tiva) keluar. Ia berwajah sedih. Tapi ia bukan perempuan bersama pick-up.
Ibu Tiva: Ya, siapa?
Zea : Ah, maaf bu. Sepertinya kami salah orang.
Zea menarik Tajir. Zea dan Tajir lalu berjalan menuju motor sambil berbisik.
Zea : Bukan dia perempuan yang naik pick-up.
Tajir: Mungkin saudaranya.Kamu kenapa?
Zea : Kalau sudah punya keyakinan ya harus dilaksanakan. Bertanya yang nggak perlu itu malu-maluin.
Tajir: Kamu trauma?
Tajir tertawa.
Ibu Tiva: Ah, apa kalian temannya Tiva?
Zea : Tiva? Buka..(zea teringat).Oriza Sativa itu Tiva?
Ibu Tiva: Iya.
Zea : Apa Tiva seumuran kami? Apa Tiva sekolah di TK Kebahagiaan?
Ibu tiva: Tiva umur 19 tahun, baru masuk kuliah. Kalau TK, awalnya Tiva TK di Perdamaian, tapi terus pindah di Kebahagiaan.
Tajir: Apa Tiva suka menggambar?
Ibu Tiva: Iya, hobi Tiva melukis.
Zea dan Tajir: Tiva sudah meninggal?
Cut: