Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
MANGATA - Script
Suka
Favorit
Bagikan
10. (SCENE 197-210)

197. INT. BAGIAN DALAM KANTOR SEKOLAH, SMA DHARMA BAKTI - DAY

Laura berjalan bergegas melintasi salah satu bagian koridor kantor sekolah, lalu ia membelok ke arah lain.

CUT TO:


198. INT. DI LUAR KANTOR KEPALA SEKOLAH, SMA DHARMA BAKTI - DAY

Laura mendekati pintu kantor yang bertuliskan "KEPALA SEKOLAH", mengetuk pintu dengan pelan. Terdengar suara sahutan.


PAK KEPSEK (O.S.)

Ya, masuk!


Laura membuka pintu dan melintas masuk.


199. INT. KANTOR KEPALA SEKOLAH, SMA DHARMA BAKTI - DAY

Kita melihat kantor KEPSEK pada umumnya, dengan bufet kaca penuh piala berderet. Di sofa duduk PAK KEPSEK, 51, berseragam PNS, dan juga Bu Diana.

Pintu terbuka dan Laura masuk. Wajahnya tegang.


LAURA

(Pada Pak Kepsek) Bapak memanggil saya?


PAK KEPSEK

Ya, Laura. Silakan duduk! Ini Ibu Diana...!


LAURA

(Menyalami BU Diana) Saya Laura.


BU DIANA

Halo Laura.


Laura duduk. Wajah makin tegang.


PAK KEPSEK

Jadi begini, Laura, Ibu Diana ini adalah ibu dari salah seorang temanmu. Beliau saya panggil karena putranya sudah dua minggu bolos sekolah tanpa keterangan. Dan yang bikin saya terkejut, Ibu Diana juga tak tahu putranya bolos selama itu tanpa keterangan.


BU DIANA

(Pada Laura)

Dia kelihatan biasa saja, tiap pagi berangkat, pakai baju seragam, tapi ternyata nggak pernah sampai sekolah. Dan saya juga baru nyadar setelah menerima surat panggilan dari sekolah.


LAURA

(Bingung)

Memangnya putra Tante itu siapa...?


BU DIANA

Saya mamanya ARGA.


LAURA

(Kaget) Hah? Kak Arga?


BU DIANA

Ya. Kata Bapak Kepala Sekolahh, kamu ikut kerja di kafe Arga belakangan ini. Maka beliau memanggilmu, siapa tahu kamu tahu soal Arga yang kami masih belum tahu.


LAURA

(Masih bingung) Eh, oh...

CUT TO:


200. INT. KANTIN SEKOLAH, SMA DHARMA BAKTI - DAY

Laura dan Bu Diana duduk di salah satu meja kantin. Saat itu kantin sepi. Hanya ada satu-dua meja yang terisi. Bu Diana baru saja menceritakan sesuatu.


BU DIANA

Saat bisnis kami berkembang pesat, Tante dan Om memang terlalu sibuk. Tapi saat kami menyadarinya, semuanya sudah terlambat. Tante sangat menyesal... karena sudah membuat Arga merasa dibuang.


Bu Diana kemudian berkaca-kaca. Tangisnya tak terbendung.


BU DIANA (CONT’D)

Tante juga selalu berupaya menebus kesalahan Tante. Berusaha agar ARGA bisa dekat sama Tante. Layaknya ibu dan anak sesungguhnya. (mengehela napas) Tapi semuanya jadi makin sulit setelah berbagai peristiwa duka yang menimpa keluarga kami. Papa Arga yang jatuh sakit... Kepergian Nenek Arga... Semua itu bikin Arga setengah menaruh dendam sama Tante.


Laura langsung merogoh tissue dari kantung rok nya dan menyerahkannya pada Bu Diana.


BU DIANA (CONT’D)

(menerima tissue)

Aduh... Maaf ya Laura. Tante malah jadi cerita panjang lebar begini...


LAURA

Nggak apa-apa Tante. Laura tahu kok, kalau sifat dingin dan rebel Kak Arga selama ini... bukan jati dirinya. Itu cuma bentuk pelampiasan dari kesedihannya.


BU DIANA

(mengangguk) Benar, LAURA. Tahun pertama Arga masuk SMA, dia sering sekali babak belur karena tawuran. Tante jadi langganan ke kantor polisi. (tersenyum sedih) Dan yang bisa Tante lakukan hanyalah terus berdoa supaya Arga kembali ke jalan yang benar, sambil berusaha terus mendalaminya. Makanya, tahun lalu pas cuti sekolah, Tante kasih dia untuk belajar kelola The Valley, agar dia bisa melampiaskan isi pikirannya pada hal-hal yang positif.


Laura mengangguk setuju.


LAURA

Iya, Tan... Akhir-akhir ini, Kak Arga udah nggak pernah berantem di sekolah. Oh, (teringat sesuatu) tempo hari sempat sih satu kali berantem sama jambret, karena nolongin Laura.


Laura dan Bu Diana saling tersenyum.


BU DIANA

Kamu tahu Laura? Akhir-akhir ini, saya sangat bersyukur. Rasanya seperti keajaiban karena semenjak beberapa waktu terakhir, Arga jadi ceria dan lembut...


LAURA

O, ya?


BU DIANA

Sepertinya, itu terjadi sejak dia kenal kamu, Laura. Atau tepatnya, sejak bertemu kamu lagi...


Laura terdiam dengan wajah sedih.

Kamera BCU ke meja kantin, dimana Bu Diana yang meletakkan tangannya di atas tangan Laura.


BU DIANA (CONT’D)

Karena kamu sudah tahu semuanya, Tante ingin meminta maaf atas kecelakaan yang menimpamu karena perbuatan putra kami. (beat) Tante juga nggak meminta kamu untuk memaafkan Arga. Tapi, Tante harus ngasih tahu kamu bahwa, yah... Cerita sebenarnya sesungguhnya agak berbeda.


LAURA

(bingung)

Agak berbeda, TANTE?


BU DIANA

(mengangguk)

Kata Mbak Ratri, itu perawat papanya Arga, kamu pernah ke rumah di Cisarua bareng Arga. Bagaimana kalau kamu ke sana lagi, tapi kali ini bersama Tante? Tante akan tunjukin sesuatu buat kamu di sana. Nggak perlu hari ini, kapanpun kamu siap.


LAURA

(makin bingung, namun penasaran)

Sesuatu apa, Tante?


BU DIANA

Yang bisa meluruskan permasalahan kamu dan ARGA. Bagaimana?


Laura menarik napas, berpikir sejenak.


LAURA

Kalau hari ini, boleh, Tante?


Wajah Bu Diana terlihat sumingrah.


BU DIANA

Sangat boleh. Kebetulan sekali, hari ini Tante akan ke sana.

CUT TO:


201. EXT. JALANAN LUAR KOTA - DAY

Sebuah mobil bagus meluncur melewati jalanan luar kota yang sepi.

Dari jendela depan sebelah kiri, kita bisa melihat Laura, dan yang duduk di balik roda kemudi adalah Bu Diana, serius mengemudi dan mengenakan kaca mata hitam.

DISSOLVE TO:


202. EXT. JALAN DEPAN, RUMAH KELUARGA ARGA - DAY

Mobil Bu Diana membelok menuju rumah. Pintu pagar dibuka. Mobil meluncur masuk.

DISSOLVE TO:


203. EXT. PEKARANGAN RUMAH KELUARGA ARGA - DAY

Laura mengikuti Bu Diana meninggalkan mobil menuju pintu.

CUT TO:


204. INT. RUANG DEPAN RUMAH KELUARGA ARGA - DAY

Pintu dibuka oleh PEMBANTU, Laura dan Bu Diana masuk rumah.


BU DIANA

(Pada Pembantu) Bapak mana, Mbok?


PEMBANTU

Bapak tidur siang, Bu. Mbak Ratri tadi keluar sebentar ke rumah temannya.


BU DIANA

O ya sudah. Siapin makan, kita ada tamu!


PEMBANTU

Baik, Bu.


BU DIANA

(Pada Laura)

Ayo, kita langsung naik!


LAURA

Baik, Tante.


Laura dan Bu Diana menuju telundakan.


205. INT. LANTAI DUA, RUMAH KELUARGA ARGA - DAY

Bu Diana muncul dari arah telundakan, disusul Laura.


BU DIANA

Kamu pasti cepak, perlu istirahat. Tapi Tante mau tunjukin kamu sesuatu. Sini!


LAURA

Ya, Tante.


Bu Diana membelok ke sudut dinding yang dipenuhi foto-foto keluarga. Laura mengikuti.


BU DIANA

Nah, sekarang lihat foto yang ini!


Bu Diana menunjuk salah satu foto. Laura beringsut mendekat, melihat lebih saksama.

Kamera CU pada foto, menunjukkan foto Pak Allan dan Bu Diana saat jauh lebih muda, bersama dua anak laki-laki yang punya kemiripan wajah hingga 95 persen, usia 7-9 tahun. Saat itu mereka berfoto di sebuah mall. BACK TO:

Laura mengamati foto baik-baik.


LAURA

Itu Arga waktu masih kecil, bukan?


BU DIANA

Ya. Dia kelas 4 SD waktu itu.


LAURA

(mengerinyitkna dahi)

Lalu anak kecil yang satunya ini... siapa Tante? Kok mirip banget sama Arga?


Lalu terdengar suara.


ARGA (O.S.)

Itu Raka, adik gue. Yang udah lama nggak ada.


Laura menoleh, membelalak kaget.

Kamera MCU pada Arga yang muncul dari arah lain. BACK TO: Laura masih membelalak.


BU DIANA

(pada LAURA)

Dan yang waktu itu main dorong- dorongan, merusak properti pentas dan berujung membuat kamu celaka itu adalah almarhum Raka. Bukan, Arga.


Laura menganga, kaget setengah mati.

206. EXT. HALAMAN BELAKANG RUMAH, KELUARGA ARGA - MOMENTS LATER

Laura, Arga, dan Bu Diana duduk-duduk di gazebo halaman belakang rumah Arga. Di meja ada cangkir-cangkir minuman dan sepiring camilan.


BU DIANA

Waktu itu memang kami semua tengah liburan ke sana. Raka tetap tinggal bareng Tante dan papanya Arga di Jakarta, tapi sesekali dia ke Parung. Dan dia berteman juga dengan teman-teman Arga di Parung.


ARGA

Pas kecil, persis kayak yang lo lihat di foto tadi, gue sama Raka punya wajah yang mirip banget. Kita sering dikira kembar padahal beda dua tahun. (beat) Raka memang nakal banget dari lahir. Jauh lebih nakal dari gue. Dan malam itu, Raka ikut nonton pentas lo bareng gue...

FLASHBACK TO:


207. INT. TOILET DI SEBUAH AULA GEDUNG PERTUNJUKAN - NIGHT


ARGA (O.S.)

Waktu lo hampir selesai pentas, gue pergi ke toilet. Keluar dari sana, gue kaget karena situasi panggung udah berantakan dan ada gadis penari kecil yang digotong pake tandu.


Kita melihat Arga kecil baru saja keluar dari sana saat pentas seni telah selesai.

Kamera BCU: Ia kaget melihat situasi panggung yang semerawut dan kacau.

INTERCUT:


Terlihat Laura kecil telah diangkat tandu, dibawa menuju pintu keluar.


208. INT / EXT PINTU UTAMA AULA GEDUNG PERTUNJUKAN - NIGHT


ARGA (O.S.)

Gue penasaran, dia kenapa. Jadi gue lari ke deket pintu keluar dan gue lihat gadis itu dengan seksama. Dia nangis sampe batuk-batuk... Kakinya luka...


Arga berlari ke pintu keluar untuk memastikan apa yang terjadi.

Ia melihat LAURA terbaring menangis kesakitan sampai terbatuk- batuk. LAURA menepuk-nepuk dadanya yang juga sakit.


ARGA (O.S.) (CONT’D)

Gue nggak tahu siapa nama lo, tapi gue lihat jelas lo pake kalung dengan bandul bulan yang khas...


POV Arga: Arga melihat bandul bulan di dada LAURA.

Laura dimasukkan ke dalam sebuah mobil pribadi. Kemudian mobil itu melaju pergi.

BACK TO PRESENT:


209. EXT. HALAMAN BELAKANG RUMAH, KELUARGA ARGA - MOMENTS LATER


ARGA

Jadi gue mulai sadar siapa lo waktu main ke rumah dan lihat foto lo waktu kecil yang pakai kalung bulan... persis kayak yang lo selalu pakai selama ini. Jujur gue kaget banget. Karena gue gak tau ternyata lo sampe harus mengalami patah tulang.


Laura melirik ke bawah.

Kamera CU pada jari Laurayang memegangi kalung bulan di lehernya. BACK TO:

Bu Diana dan Arga ikut memandangi kalung bulan.


ARGA (CONT’D)

Gue tadinya pengen ngomong sama lo, sesegera mungkin. Gue pengen minta maaf atas nama Raka. Tapi besoknya Rico udah keburu datang dan lo jadi tahu semuanya sebelom gue sempet cerita kejadian yang sebenarnya... Di sisi lain, gue juga nggak bisa nyalahin Rico, karena yah, wajar kalo dia ngira gue Raka.


BU DIANA

Pas Raka pulang, dia memang sempat cerita soal keributan di panggung tari balet. Tante dan Om sih nggak mikir apa-apa waktu itu, karena cerita versi Raka tidak lengkap, sementara Arga juga tidak cerita sama kami. (beat) Baru belakangan ini, setelah dengar semuanya dari Arga, Tante akhirnya jadi tahu duduk persoalannya.


ARGA

Dan atas nama Raka Narendra, gue betul-betul meminta maaf sama lo, Laura...


BU DIANA

Tante juga. Sekali lagi, kami sungguh merasa bersalah karena ternyata mimpimu untuk menjadi balerina harus terhenti karena ulah Raka.


Laura meneteskan air mata dan menggenggam tangan Bu Diana.


LAURA

Saya juga minta maaf karena telah salah mengira... (Pada Arga)


Maafin gue ya, Ga. Harusnya gue mau dengerin penjelasan lo.


BU DIANA

Sekarang, kalau ada sesuatu yang kami bisa lakukan untuk membantumu (beat) misalnya mengejar mimpi yang lain, katakan saja! Kami akan bantu sepenuh tenaga, sebagai bentuk permintaan maaf almarhum Raka untukmu...


Laura mengangguk dengan perasaan campur aduk.


LAURA

Saya... saya sudah ikhlas untuk memaafkan Raka, Tante.


BU DIANA

(memeluk LAURA) Terima kasih, Laura.


Bu Diana lalu menatap Arga, Arga tersenyum.


ARGA

(pada Laura)

Makasih Ra... Gue lega karena kesalahpahaman di antara kita udah selesai.


LAURA

Sama-sama. Gue juga.


ARGA

By the way, hari ini, Raka ulang tahun. Gue juga seneng karena penerimaan maaf dari lo bakal jadi kado ulang tahun terbaiknya.


Laura terkejut. Sedetik kemudian, ia tersenyum haru.


BU DIANA

(pada Arga)

Oh iya, Mama sudah siapin kuenya. (pada Laura) Setiap tahun, kami selalu mengadakan UPACARA HADIAH untuk Raka. Laura mau ikut?


LAURA

(Bingung)

UPACARA HADIAH? Kayak gimana itu Tante?


Arga dan Bu Diana tersenyum penuh arti.

CROSSFADE:


210. INT. KAMAR RAKA, RUMAH KELUARGA ARGA - DAY

Kamar Raka berbentuk standar kamar biasa, dengan tempat tidur lebar dan lemari kayu dengan cermin.

Pintu terbuka. Bu Diana masuk sambil membawa kue tart ulang tahun dengan angka lilin 16 yang menyala.

Arga menyusul masuk sambil membawa sebuah globe mainan. Laura mengikuti mereka dengan wajah masih bingung.


BU DIANA

(Pada Laura)

Ini kamar Raka, Laura. Keadaannya masih sama seperti sekian tahun lalu saat dia meninggal.


LAURA

Memangnya Raka meninggal kapan, Tante?


BU DIANA

Hmm... Sekitar tiga tahun setelah kejadian di Parung itu. Dia sakit berat, kanker usus...


Laura terdiam dengan ekspresinya bercampur aduk.

Mereka bertiga terus melangkah maju dan berhenti di depan sebuah LEMARI KACA.

Kamera BCU pada tulisan yang ditempel pada lemari menggunakan kertas HVS putih dengan kalimat “LEMARI RAKA.”

Laura lekat memandang ke sana. Kamera MCU pada lemari kaca yang penuh berisi mainan, buku-buku, alat menggambar, bola mainan, dan foto-foto Raka. BACK TO:

Arga membuka lemari kaca.


ARGA

Semua mainan, buku-buku, dan alat gambar Raka masih ada di sini. Dan tiap tahun, pas dia ultah, gue selalu masukin mainan baru ke sini sebagai hadiah ultah. Tahun ini, hadiah ultahnya adalah bola dunia...


LAURA

(Tercengang, terharu) Wow...


BU DIANA

Kalau Raka masih ada, tahun ini umurnya akan 15, tiga tahun lebih muda dari Arga. Yuk, kita menyanyikan lagu ulang tahun buat Raka...!


Bu Diana merunduk bersimpuh, meletakkan kue ulang tahun di depan lemari. Mereka bertiga menyanyikan lagu ulang tahun.


LAURA, ARGA, BU DIANA

Selamat ulang tahun, kami ucapkan... Selamat panjang umur, kita kan doakan... Selamat panjang umur... Dan bahagia...


Bu Diana menyeka air mata.

Tanpa disadari, air mata Laura juga jatuh.


BU DIANA

(pada Arga) Seperti biasa...


Arga merunduk meniup lilin, lalu meletakkan bola dunia ke dalam lemari.


ARGA

Ini buatmu, Dik. Doakan kakakmu akan bisa melihat dan menaklukkan seluruh dunia...


BU DIANA

Amin...


Tangis Laura pecah.

Mendadak terdengar suara, dengan nada parau.


PAK ALLAN (O.S.)

Arga... Raka... Ulang tahun...!


Laura, Arga, dan Bu Diana menoleh kaget.

Kamera MCU pada Pak Allan di kursi roda di ambang pintu kamar, didorong PEMBANTU.


PEMBANTU

(Pada Bu Diana)

Maaf, Bu, Bapak tiba-tiba bangun dan bisa bicara, minta diantar ke kamar Mas Raka. Ulang tahun, katanya...


Arga dan Bu Diana menubruk Pak Allan sambil menangis.


ARGA

Papa!


BU DIANA

Pa? Papa bisa ingat lagi?


Arga dan Bu Diana memeluk Pak Allan dan saling bertangisan. Laura dan Pembantu melihat itu dan berlinang air mata.

CROSSFADE:


Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar