Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
MANGATA - Script
Suka
Favorit
Bagikan
6. (SCENE 108-139)

108. INT. KAMAR RUWAT INAP, RUMAH SAKIT - DAY

Kamera MCU pada Laura yang ridur menelungkup, duduk di kursi dengan kepala berada di tepian kasur.

Lalu tangan Bu Dibyo bergeser dan menggenggam tangan Laura. Laura perlahan bangun, menegakkan badan, dan membelalak.

LAURA

NENEK...!


Kita melihat Bu Dibyo terbaring lemas berselimut sampai leher dengan infus di urat nadi, tapi ia tersenyum.

Mereka berada di kamar VIP dengan satu bed dan ber-AC. Nampak ada pesawat TV besar, kulkas, dan sofa besar.

BU DIBYO

Baru Nenek bisa ingat lagi semuanya. Arga mana?

LAURA

Udah pulang. Ini jam berapa...?


Laura celingukan, lalu melihat arlojinya.

Kamera CU pada arloji, menunjukkan pukul 6.10. BACK TO: Laura bangkit dan membuka gorden jendela.

LAURA (CONT’D)

Astaga! Udah pagi...


Kamar terang benderang oleh cahaya dari luar.


BU DIBYO

Bagaimana kejadiannya semalam? Nenek cuman ingat ada temanmu, Arga. Bangun-bangun sudah di sini.


LAURA

Nenek pingsan. Dokter bilang, Nenek kena anemia, perlu transfusi darah. Tapi golongan darah Laura kan beda sama Nenek, jadi nggak bisa. Eh, ternyata yang cocok malah Arga.


BU DIBYO

(Membelalak)

Jadi maksudmu, Arga yang donorkan darahnya ke Nenek?


LAURA

Iya. Kebetulan semalam stok darah di PMI BOGOR untuk golongan A juga lagi kosong.


BU DIBYO

(Termangu)

Nenek sangat hutang budi sama dia...


LAURA

Laura juga. Arga yang semalam beresin semuanya, termasuk antar Laura pulang ambil barang-barang Nenek, trus balik lagi ke sini. Baru jam 1 lewat dia pulang. Untung ini hari Minggu. (tertawa)


BU DIBYO

Papa mama-mu akan ke sini?


LAURA

Iya. Penerbangan Papa tiba jam 9 di SOETTA. Mama jam 11. Nanti malam Mama yang akan temenin Nenek di sini.


BU DIBYO

Aduh... Jadi merepotkan semua orang...


LAURA

(tertawa)

Tapi sisi baiknya, mama papa balik. Dan kita semua jadi ngumpul!


Mereka berdua tertawa.


BU DIBYO

Oh ya, panggil Arga kemari, nanti sore atau besok! Nenek mau berterimakasih sama dia.


LAURA

Dia akan bezuk pas jam kunjungan umum ntar sore.


Pintu diketuk dan dibuka. Seorang SUSTER datang sambil membawa nampan kecil dan tensimeter.


SUSTER

Selamat pagi! Nah, Eyang Sumarti sudah bangun. Pasti bisa sembuh dengan cepat. Ditensi dulu ya...


Laura bangkit berdiri. Tersenyum.

CUT TO:


109. EXT. KORIDOR RUMAH SAKIT - NIGHT

Arga melangkah bergegas melintasi koridor sambil membawa beberapa tas berisi kue-kue dan buah. Di sekitarnya ada banyak penjenguk lain.

CUT TO:


110. INT. DI DALAM RUMAH SAKIT - NIGHT

Arga berjalan cepat melintasi koridor dalam rumah sakit, membelok, lalu masuk ke salah satu pintu yang tertutup.

CUT TO:


111. INT. KAMAR INAP BU DIBYO, RUMAH SAKIT - NIGHT

Pintu terbuka.

Arga masuk. Ia tersenyum dan mata menatap cerah.

Kita melihat di dalam ada Laura, Bu Dibyo di bed, dan juga PAK RICHARD (49), tahun dan bertampang bersih, serta BU AMELIA (46) tahun dan masih nampak awet muda. Mereka semua tersenyum melihat Arga.

ARGA

Selamat sore...


LAURA

(Tersenyum cerah)

Hai! Ini kenalin papa dan mama gue.


Arga meletakkan tas-tas di lemari, lalu menyalami Pak Richard dan Bu Lia dengan dua tangan.


ARGA

Om, Tante, saya Arga. (Menyalami Nenek) Apa kabar, Nek? Udah baikan?


BU DIBYO

(Tersenyum haru) Sangat membaik. Berkat kamu. Makasih ya udah dibantu.


ARGA

Sama-sama, Nek.


PAK RICHARD (Pada ARGA)

Makasih ya, ARGA. Kamu berjasa pada Laura, dan lebih berjasa lagi pada mama saya.


ARGA

Sama-sama, Om.

IBU LIA

(pada Arga)

Dan kata dokter, besok Nenek udah boleh pulang.


ARGA

(pada Lia)

Syukurlah, Tante. Saya senang mendengarnya.


PAK RICHARD

Oh ya, Arga... Sebagai ucapan terima kasih atas segala kebaikanmu, kami sekeluarga ingin mengundangmu untuk makan malam di rumah Mama kami. (beat) Bagaimana kalau lusa malam? (beat) Kamu bisa datang, Arga?


ARGA

(Menangkupkan tangan di dada) Saya akan sangat berterimakasih...


Laura menatap lekat pada Arga. Lalu jadi salah tingkah saat Arga mendadak melihat ke arahnya.

CUT TO:


112. EXT. JALAN DEPAN RUMAH ARGA - EVENING

Nampak rumah besar Arga dalam cahaya senja yang sangat apik.

CUT TO:


113. INT. KAMAR TIDUR ARGA - EVENING

Arga berdiri di depan cermin besar, memakai parfum. Ia rapi sekali mengenakan baju lengan panjang dan celana jins.

Pintu terbuka. Bu Diana muncul di ambang dan menatap penuh perhatian pada Arga.


BU DIANA

Rapi amat? Mau ke mana?


ARGA

Ada acara makan-makan.


BU DIANA

(tersenyum) Sama pacar kamu?


ARGA

Nggak. Temen-temen yang biasa, sekelas. Ada yang ultah.


BU DIANA

Mama cuman mau kasih tahu, besok pagi Mama ke SEOUL. Ada simposium pengusaha ASIA PASIFIK. Tiga hari lagi baru Mama balik. Habis itu baru kita bisa jenguk Papa.


ARGA

(Mengangguk tak peduli)

Oke.


Bu Diana masih heran melihat Arga, tapi kemudian melintas pergi tanpa kata.

CUT TO:


114. EXT. JALAN DEPAN RUMAH LAURA - NIGHT

Mobl Arga direm berhenti di tepi jalan depan rumah Laura. Lalu Arga turun dan bergegas menuju rumah.

CUT TO:


115. INT. RUANG MAKAN, RUMAH LAURA - NIGHT

Bu Dibyo duduk menghadapi meja makan yang penuh hidangan. Pak Richard dan Bu Lia juga ikut duduk. Pak Richard berdiri dan menoleh ke arah ruangan depan.


PAK RICHARD

Nah, ini dia yang ditunggu-tunggu udah datang!


Arga muncul ditemani Laura dari arah depan. Arga menyalami penuh hormat para orang dewasa.


ARGA

Selamat malam, Nenek, Om, Tante...


PAK RICHARD

(tersenyum pada Arga) Sebelum mulai makan, cicipi ini dulu!


Pak Richard menyodorkan piring berisi pisang goreng pada Arga.


ARGA

Apa ini, Om?


PAK RICHARD

Pisang goreng manis gurih krispi, buatan Nenek. Nenek baru aja pulang dari rumah sakit, tapi ngotot tetep pengin masak. Akhirnya dibolehin bikin pisang goreng saja. Ambil, cicipi! Kalau Nenek chef, pisgor ini adalah signature dish-nya!


Semua tertawa. Arga mengambil pisang goreng dan mencicipi. Ia mengangguk-angguk.


ARGA

Wuiii... Enak banget! Beneran ini enak. Manis gurih dan krispi. Nenek jago masak juga, seperti almarhumah nenek saya.


BU LIA

(Penuh simpati)

Nenek kamu sudah meninggal?


ARGA

Iya, Tante. Setahun yang lalu, kena stroke dan jatuh di kamar mandi. Dan saya dulu juga kayak Laura, sempat lama tinggal bersama Nenek.


BU LIA

Oo... Gitu...?


ARGA

Tante, saya ambil pisangnya lagi boleh? Kalau perlu, ini sepiring buat saya semua.


Semua tertawa ketika Arga mengambil piringnya dari Pak Richard dan memakan satu pisang lagi.

DISSOLVE TO:


116. INT. RUANG MAKAN, RUMAH LAURA - MOMENTS LATER

MONTAGE: Suasana makan malam.

Semua makan, Arga menyantap makanan dan mengangguk-angguk sambil mengacungkan jempol.

Bu Lia menyodorkan mangkuk berisi sayuran pada Arga.

Pak Richard sambil makan menceritakan sesuatu dengan tangan terangkat tinggi, lalu semua tertawa.

Kemara BCU: Arga melirik Laura yang tertawa sangat keras. Saat tatapan mereka bertemu, Arga tersenyum bahagia.

DISSOLVE TO:


117. INT. RUANG TENGAH, RUMAH LAURA - MOMENTS LATER

Arga, Bu Dibyo, dan Pak Richard duduk-duduk mengobrol di ruang tengah. Lalu Laura dan Bu Lia datang membawa nampan berisi minuman dan camilan dessert.

Semua menyambut gembira.

DISSOLVE TO:


118. EXT. PEKARANGAN DEPAN RUMAH LAURA - MOMENTS LATER

Laura, Pak Richard, dan Bu Lia mengantar Arga ke depan, yang hendak pulang.


PAK RICHARD (Pada ARGA)

OM besok pagi balik ke MATARAM. Mamanya Laura masih akan di sini sampai dua hari ke depan. Kau sering-seringlah kemari menengok Nenek.


ARGA

Siap, Om. Sekali lagi, terima kasih makan malamnya. Saya pulang dulu.


PAK RICHARD

Ya, ya, hati-hati di jalan!


ARGA

Baik, Om. Terima kasih. (Pada Bu Lia) Tante, saya permisi. Selamat malam.


BU LIA

Ya, Arga. Hati-hati ya!


ARGA

(Pada Laura)

Sampe ketemu besok di sekolah, dan kafe.


LAURA

Oke.


Arga melangkah menuju mobil. Lalu mobil meluncur, Setelah mobil menghilang, Pak Richard mendehem menggoda Laura. Bu Lia tertawa.


LAURA (CONT’D)

(Sewot tapi malu-malu) Kalian ngapain sih...?

Pak Richard dan Bu Lia tertawa makin keras.

CUT TO:


119. INT. KAMAR TIDUR LAURA - NIGHT

Laura duduk menyandar di headboard kasur, menutupi badan dengan selimut dan tengah bertelepon.

LAURA

Kenapa, kenapa?

INTERCUT:


120. INT. RUANG UTAMA KAFE, THE VALLEY - NIGHT

Arga duduk menghadap ke salah satu meja kafe. Ada cangkir kopi di meja. Ia menelepon dengan HP. Kafe sudah sepi dan lampu-lampu sudah dimatikan. Di belakang nampak petugas kafe mengepel dan menumpuk kursi-kursi ke meja.

ARGA

Keluarga lo asik. Nggak kayak keluarga gue.


LAURA (O.S.)

(Heran)

Emang keluarga lo kenapa?


ARGA

Yah, gitu lah. Intinya ada banyak masalah. Eh, ntar hari MINGGU lo ke mana?


LAURA (O.S.)

Paling ya ke kafe, lanjutin kursus barista sama KAK ALEX. Kenapa?


ARGA

Gue mau ajak lo ke suatu tempat.


LAURA (O.S.)

Ke mana?


ARGA

Ada deh. Gak seru kalau udah gue kasih tahu sekarang...

INTERCUT TO:


121. INT. KAMAR TIDUR LAURA, RUMAH LAURA - NIGHT

Laura bertelepon di tempat tidur.

LAURA

Ih, sukanya gitu deh, sok misterius...!


122. INT. RUANG UTAMA KAFE, THE VALLEY - NIGHT

ARGA

(tertawa) See you tomorrow!


Arga kemudian mematikan ponsel.

Pandangannya menerawang ke langit. Sambil menelan ludah, ekspersinya campur aduk.

FADE TO:


123. EXT. JALAN DEPAN KAFE THE VALLEY - DAY

Suasana kafe pada hari MINGGU, parkiran penuh dengan mobil dan sepeda motor. Menandakan kafe sedang ramai.

CUT TO:


124. INT. RUANG KERJA ALEX DI KAFE, THE VALLEY - DAY

Maurin sedang mengoperasikan mesin grinder. Laura mengawasi di sebelahnya. Alex melihat dari balik meja.


LAURA

(Pada MAURIN) Nah, ya gitu! Tinggal diatur kasar enggaknya hasil gilingannya.


MAURIN

Trus langsung pencet tombol?


LAURA

Iya. Mirip kayak kita pakai mixer.


Pintu ruangan terbuka. Arga muncul di ambang.


ARGA

(Pada Laura) Ra, ayo!


Arga langsung berjalan ke arah pintu keluar.


MAURIN

Lho? Pada Mau ke mana?


Laura hanya mengangkat bahu.

MAURIN (CONT’D)

Cie cie.. Piknik ya?


LAURA

Ya elah. Nggak! Tau tuh, Kak Arga. Gue ikut bos aja! (beat) Cie, cie... asik ya lo bikin kopi berdua sama Kak Alex!


Maurin salah tingkah sementara Kak Alex senyum-senyum. Laura tertawa sambil melangkah keluar menyusul Arga.



125. EXT. HALAMAN DEPAN KAFE, THE VALLEY - DAY

Arga sedang menggenjot ban mobilnya untuk mengecek kadar angin ketika Laura datang menyusul.


LAURA

Ntar dulu! Kita mau ke mana ini sebenernya, Kak? Gue nggak mau diajak ke tempat aneh-aneh!


ARGA

(menoleh)

Aneh-aneh apanya? Kita mau ke rumah gue. Apanya yang aneh?


LAURA

(Melongo) Rumah lo?


Laura malah berhenti. Arga kemudian membuka pintu mobil.

CUT TO:


126. EXT. JALAN DEPAN KAFE THE VALLEY - DAY

Mobil Arga meluncur meninggalkan parkiran kafe, masuk ke jalan raya yang sibuk.

CUT TO:


127. EXT. JALANAN KOTA BOGOR - DAY

Mobil Arga melintasi ruas jalan di Kota Bogor.

CUT TO:


128. EXT. JALANAN LUAR KOTA - DAY

Mobil Arga melintasi jalanan sepi di luar Kota Bogor.

CUT TO:


129. INT/EXT. DI MOBIL ARGA, JALANAN LUAR KOTA - DAY

Arga mengemudikan mobil. Laura duduk di sisi kiri jok depan dan sibuk mengamati jalanan dari jendela mobil.

Arga melirik Laura sekilas, lalu membuka obrolan.


ARGA

Sebenernya rumor itu gak sepenuhnya bener.


LAURA

(menoleh pada Arga) Hm? Rumor? Rumor apa?


ARGA

Skorsing. Gue di skorsing satu tahun karena tawuran, itu nggak bener.


LAURA

(menatap Arga kaget) Jadi? Karena apa?


Arga belum menjawab. Ia tetap fokus menyetir sampai kemudian mobilnya berhenti tepat di lampu merah.


ARGA

(menatap Laura)

Gue emang diskors sekolah karena kasus tawuran. Tapi itu cuma sebulan pas awal tahun ajaran baru. Waktu lo dan Maurin baru masuk kelas 10, dan harusnya gue kelas 12.


LAURA

Trus... kenapa... lo malah menghilang sampe sampai satu tahun?


ARGA

Gue... depresi.


LAURA

(Kaget) Hah? Depresi?


ARGA

Iya, karena kepergian Nenek gue.


Laura terkejut.

INSERT TO:


Kamera CU pada lampu merah yg berubah jadi hijau. BACK TO: Mobil Arga pun melaju.

Selama beberapa saat mereka kembali terdiam. Sampai akhrinya, Laura kembali bersuara.


LAURA

(sedih) Sorry ya Kak...


ARGA

Buat?


LAURA

Karena selama ini gue selalu asal ngomong tentang lo, padahal gue gak tau apa-apa...


ARGA

(mengangguk) Gak apa-apa. (beat) Beliau yang selama ini gue anggap sebagai ortu langsung. Soalnya ortu biologis gue, lebih sayang FOOD PALACE daripada anaknya sendiri.


Laura terdiam, terus mendengarkan Arga.


ARGA (CONT’D)

(sambil fokus menyetir)

Gue tau lo juga dititipin ke Nenek, tapi pastinya bukan karena Om Richard dan Tante Amelia lebih sayang pekerjaan kan?


LAURA

(Beat) ... Kata Papa sih, biar terhindar dari pergaulan bebas. Tapi setelah lulus SMA nanti, gue boleh kuliah di metropolitan. Karena saat itu mereka yakin gue udah cukup dewasa buat jaga diri.


ARGA

Nah, kan? Lo dititipin karena mereka sayang ke lo. Gue dititipin kan karena mereka lebih sayang sama bisnisnya.


Arga terdiam. Laura juga.

CUT TO:


130. EXT. JALANAN LUAR KOTA - DAY

Mobil Arga melintasi jalanan luar kota yang sepi dan melewati sawah.

CUT TO:


131. EXT. RUAS JALAN SEPI - DAY

Mobil Arga melewati ruas jalan sepi di kota kecamatan, lalu masuk ke jalan yang lebih sempit, menunjukkan tujuan mereka adalah ke satu desa.

CUT TO:


132. EXT. JALANAN DESA - DAY

Mobil Arga melintasi jalanan desa yang sempit dan aspalnya jelek.

CUT TO:


133. EXT. DI MOBIL ARGA - DAY

Arga memutar kemudi, menunjukkan mobil membelok menepi.


ARGA

Nah, kita sudah sampai.


Laura melongok melihat lebih jelas lewat kaca depan.

Kamera menampakkan sebuah rumah besar bertingkat dua dengan pagar yang sangat tinggi. BACK TO:

Laura melihat ke depan dan kanan kiri.


LAURA

Ini rumah lo?


ARGA

Iya. Rumah yang di Cisarua. Mama dan gue biasanya ke sini tiap akhir pekan, kecuali bulan ini karena Mama keluar negeri terus.

CUT TO:


134. EXT. DEPAN RUMAH, RUMAH KELUARGA ARGA - DAY

Mobil Arga membunyikan klakson, lalu pintu pagar dibuka oleh seorang tukang kebun.

Mobil meluncur maju.

CUT TO:


135. EXT. PEKARANGAN RUMAH, RUMAH KELUARGA ARGA - DAY

Mobil Arga direm berhenti di pekarangan yang asri penuh pohon dan pot bunga. Laura dan Arga turun. Laura melihat sekeliling dengan excited.


LAURA

Wah, dingin banget di sini!


ARGA

Iya. Suhu terendah pernah sampai 13 derajat.


LAURA

(Kaget) Serius?


ARGA

Iya. Oke, yuk masuk!


Arga melintas. Laura bergegas menyusul.

CUT TO:



136. INT. RUANG DEPAN, RUMAH KELUARGA ARGA - DAY

Arga membuka pintu. Kita melihat sebuah ruangan lapang yang sangat bagus, penuh berisi perabotan dan barang mahal. Di ujung terdapat tangga ke lantai atas.

Arga melangkah lurus melintasi ruangan, berjalan ke arah taman belakang. Laura mengikuti.

CUT TO:


137. INT. TAMAN RUMAH, RUMAH KELUARGA ARGA - DAY

Kita melihat sebuah taman yang sangat bagus dan luas. Pak Allan duduk di kursi roda dengan mata kosong ditemani seorang Perawat perempuan. Arga keluar dari pintu samping bersama Laura. Arga menghampiri Pak Allan. Laura mengikuti.

Arga mendekati Pak Allan. Laura mengikuti dengan malu-malu.


ARGA

(Pada Pak Allan)

Apa kabar, Pa? Maaf, Arga jarang ke sini sekarang. (Pada Laura) Laura, ini papa gue.


Laura beringsut mendekat Pak Allan.


LAURA

(Mengajak salaman)

Siang Om, saya Laura, adik kelas Arga...


Pak Allan diam bergeming, tak merespon ajakan salaman Laura. Laura bingung.


ARGA

Ra, Papa gue sudah empat tahun kena ALZHEIMER.


LAURA

(Kaget, menoleh pada Arga) Astaga...


ARGA

Dia gak ingat apa-apa, nggak mengenali siapapun, dan nggak bisa merespon wajar juga.


Arga mendekati Pak Allan, menarik tangan dan menciumnya.


ARGA (CONT’D)

Pa, ini Laura. Dan kopi bikinan Laura sama enak dengan kopi buatan Papa dulu...


Laura terpaku, menyadari dan mengingat sesuatu.

FLASHED TO:


138. INT. KAFE ARGA, THE VALLEY - DAY


LAURA

Nggak enak ya?


ARGA

(berdeham) Lumayan.


Arga meletakkan cangkir ke meja, lalu mendadak bergegas keluar cepat sekali. Sekilas kita bisa melihat wajah Arga penuh emosi seperti menahan tangis.

Laura melongo heran. Pintu ditutup nyaris dibanting oleh Arga.

BACK TO PRESENT:


Kamera BCU: eksperi Laura yang akhirnya paham atas sikap ganjil Arga waktu itu setelah mencoba kopi buatannya.

CUT TO:


139. EXT. HALAMAN BELAKANG, RUMAH KELUARGA ARGA - DAY

Laura dan Arga duduk-duduk di gazebo di backyard rumah. Di meja ada dua cangkir kopi.


ARGA

Pas gue kecil dulu, Papa yang pertama kali ngenalin gue ke kopi. (tersenyum sedih) Kita deket banget. Dan gue emang ngerasa lebih deket ke Papa daripada Mama. Tapi semuanya mulai berubah waktu FOOD PALACE sukses. Mereka terlalu sibuk sampai lupa sama gue...


Arga menegak kopinya lagi, kemudian melanjutkan ceritanya.


ARGA (CONT’D)

Sejak itu gue bener-bener milih tinggal sama almarhum Nenek. Apalagi karena Papa juga mulai sakit-sakitan dan dipindahin ke sini untuk alasan kesehatan. Tinggal sama Mama bikin gue gak nyaman. Karena kita berdua cuma kayak orang asing yang bicara seperlunya.


Tanpa disadari, Laura berkaca-kaca. Air matanya jatuh. Ia bisa merasakan apa yang Arga rasakan.


ARGA (CONT’D)

Waktu itu, gue udah mulai menerima semua keadaan keluarga gue... Gue berusaha tetep melanjutkan hidup. Tapi Ra, (beat) saat Nenek pergi, itu titik dimana gue mulai down lagi. Gue ngerasa hancur banget... karena gue udah nggak punya tempat untuk pulang.


LAURA

Lo punya gue, Kak. Mulai hari ini, jangan ngerasa sendirian lagi.


Arga tersenyum, berkaca-kaca.


LAURA (CONT'D (CONT’D)

Mungkin gue gak bisa bantu mecahin masalah lo, Kak. Tapi, gue janji, gue akan jadi selalu jadi pendengar yang baik buat lo. (beat) Karena ada kalanya, kita cuma butuh orang yang mau dengerin isi hati kita kan?


Senyum Arga mengembang lebih dari yang sebelumnya.


ARGA

Makasih, Ra... Gue seneng banget karena lo udah mau dengerin cerita- cerita gue.


LAURA

Sama-sama.


Laura lalu meminum lagi kopinya, lalu melihat sekeliling dengan penuh minat.


LAURA (CONT’D)

Ngomong-ngomong, di sini memang asri banget ya? Gue betah deh.


ARGA

(menatap Laura lekat) Kapanpun lo mau ke sini, tinggal bilang.

CUT TO:


Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar