Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
MANGATA - Script
Suka
Favorit
Bagikan
9. (SCENE 182-196)

182. EXT. JALANAN KOTA BOGOR - DAY

Laura mengendarai motor dengan kecepatan tinggi.

Kamera CU pada Laura yang mengendarai sepeda motor sambil menangis.

CUT TO:


183. INT. RUANG TENGAH, RUMAH LAURA - DAY

Bu Dibyo tengah membersihkan sofa dengan kemoceng. Lalu pintu depan terbuka. LAURA masuk berlarian sambil menangis.

Bu Dibyo kaget saat Laura memeluknya dan menangis tersedu.


BU DIBYO

Loh, ini ada apa? Kamu kenapa nangis begini, Laura...?


LAURA

NENEEEK...!


Bu Dibyo tak bertanya lagi, membiarkan Laura menangis sepuasnya. Ia elus rambut Laura.

DISSOLVE TO:


184. INT. RUANG MAKAN, RUMAH LAURA - MOMENTS LATER

Laura dan Bu Dibyo duduk menghadapi meja makan. Laura habis menangis.


BU DIBYO

Astaga! Jadi itu semua ternyata ulah ARGA...?


LAURA

Iya. Dia dan kawan-kawannya emang sering nakal sama LAURA!


Laura menarik napas kuat-kuat. Menahan emosi yang membara.


LAURA (CONT’D)

Nenek pasti masih ingat semua kenangan pahit setelah kejadian itu kan?


Bu Dibyo meneteskan air mata. Ia teringat kembali akan masa- masa terberatnya setelah Laura mengalami kecelakaan saat pentas.

FLASHBACK TO:


185. INT. RUANG PERAWATAN LAURA, DI SEBUAH RUMAH SAKIT - DAY


BU DIBYO (O.S.)

Tentu saja semuanya masih sangat jelas. Saat kamu harus dirawat dan tak berhenti kesakitan kecuali diberi obat tidur...


Laura tengah tertidur pulas namun pipinya penuh peluh. Bu Dibyo tengah mengisapi Laura dengan kipas anyam bambu.

KAMERA BCU to kaki kanan Laura diletakkan di atas bantal dengan gips yang sangat tebal.

INTERCUT:


Dari kaca kecil, terlihat seorang dokter yang sedang berbicara pada Pak Richard dan Bu Amelia.

CUT TO:


Bu Dibyo memperhatikan sambil harap-harap cemas.


186. INT. DEPAN RUANG PERAWATAN LAURA, DI SEBUAH RUMAH SAKIT - DAY

Bu Dibyo berbicara dengan anaknya, Bu Amelia.


AMELIA

(menangis)

Laura akan butuh pemulihan lama, Ma.


BU DIBYO

Gak apa-apa. Kita jalani. Pasti Laura akan sembuh.


AMELIA

Masalahnya... (terisak) Masalahnya...


BU DIBYO

Ada apa, Lia?


AMELIA

Setelah Laura sembuh, kakinya nggak akan bisa benar-benar normal. Dia nggak akan bisa nari balet lagi, Ma...


Bu Dibyo menahan napas, matanya langsung berlinang. Ia hanya bisa menangis bersama Amelia.


BU DIBYO (O.S.)

Hati Nenek juga sangat hancur ketika tahu kamu tak akan bisa menari lagi...

DISSOLVE TO:


187. EXT. SANGGAR BALET SUMARTI - DAY

Kita melihat ada sebuah papan kayu bertuliskan SANGGAR BALET SUMARTI yang tertancap di depan sebuah rumah pondok asri.

KAMERA TRACK IN:


188. INT. RUANG LATIHAN, SANGGAR BALET SUMARTI - DAY

Bu Dibyo saat itu tengah membereskan beberapa perlengkapan tari balet dan memasukkannya sebuah tas hitam berukuran besar.

Kamera CU pada bingkai foto kecil yang meperlihatkan Laura bersama beberapa anak lain tengah menari dengan kostum baletnya. Di foto itu, Laura terlihat sangat ceria.

Bu Dibyo menghela napas dan menghapus air matanya yang mulai berjatuhan.


BU DIBYO (O.S.)

Sampai Nenek akhirnya juga memutuskan untuk meninggalkan dunia balet. Dengan harapan, kamu bisa kembali ceria lagi...

CUT TO:


189. INT. RUANG UTAMA, SANGGAR BALET SUMARTI - DAY

Bu Dibyo menatap ke segala arah sanggar ballet yang sudah didirikannya selama 2 tahun terakhir.

Bu Dibyo melangkah lunglai ke pintu depan yang terbuka.

CUT TO:


190. INT / EXT. PELATARAN DEPAN, SANGGAR BALET SUMARTI - DAY

KAMERA CU pada Bu Dibyo menggembok pintu utama sanggar ballet itu.

Camera change fokus to: BU RATNA (40) yang merupakan BU RT di daerah itu, menghampiri Bu Dibyo.

RATNA

Selamat sore Bu Dibyo.


BU DIBYO

(berbalik badan)

Eh... selamat sore, Bu Ratna.


Bu Ratna mendekat pada Bu Dibyo, kemudian melihat pintu utama yang sudah digembok.


RATNA

Kamu sangat sedih Bu Dibyo, karena sanggar balet ini harus di tutup.


BU DIBYO

Maafkan saya Bu. Saya pun bersedih, karena harus meninggalkan anak-anak yang sudah mulai tertarik untuk mengenal balet lebih dalam. Namun apa daya, saya tidak tega melihat Laura yang terus menerus menangis setiap kali melihat sesuatu yang berhubungan dengan balet...


RATNA

(memeluk BU DIBYO)

Saya turut bersedih pada apa yang menimpa LAURA dan keluarga Bu Dibyo. Semoga Laura lekas sembuh Bu Dibyo...


BU DIBYO

Terima kasih Bu Ratna. Saya sekalian izin pamit. Mulai besok saya sudah akan pindah ke CIBUBUR. Sedangkan LAURA akan segera ke JAKARTA untuk menjalani pemulihan di sana.


RATNA

Semoga suatu hari nanti, kita bisa bertemu lagi ya, Bu Dibyo. Titip salam untuk LAURA ya, BU...


Bu Dibyo mengangguk.

BU DIBYO

Iya Bu Ratna. Kapan-kapan, saya akan mampir lagi kemari. Kalau begitu, saya permisi dulu.


RATNA

Hati-hati di jalan, Bu Dibyo.


Bu Dibyo

Terima kasih, Bu Ratna.


Bu Dibyo lalu berjalan melintasi halaman pelataran sanggar dan memasuki sebuah mobil kijang berwarna silver.

Mobil pun melaju.

BACK TO PRESENT:


191. INT. RUANG MAKAN, RUMAH LAURA - NIGHT

Saat ini Laura duduk di lantai dengan posisi kepala tertidur di pangkuan Bu Dibyo. Laura masih belum berhenti menangis.

Mukanya merah padam.


Bu Dibyo

(mengusap kepala LAURA)

Nenek bisa merasakan semua rasa sakit dan lukamu, Laura. Bagaimana kamu berjuang untuk sembuh... baik secara fisik maupun mental.(beat) Tapi kita harus kuat. Kamu harus kuat. Ingat, kita sudah sampai di titik ini. Dan ingat, akan selalu ada mimpi yang lain untuk dikejar.


LAURA

Tapi Nek... Laura benci banget sama Arga! Dan kenapa Arga gak mau jujur sama Laura? Bodohnya lagi, kenapa Laura bisa nggak sadar dari awal sampai malah Rico yang ingat?



BU DIBYO

(menepuk-nepuk bahu Laura) Laura... Laura... tidak ada gunanya menyesali semua itu. Sekarang dengarkan Nenek baik-baik...


Laura terdiam. Menghapus air matanya dan menatap Nenek.


BU DIBYO (CONT’D)

(menangkup kedua pipi Laura)

Meski berat, kamu harus mencoba memaafkan Arga. Bagaimanapun, dia sudah berjasa pada kita. Kita harus berjiwa besar, cucuku... Dengan begitu, kita bisa melanjutkan hidup dengan damai.


FADE OUT:


192. EXT. KORIDOR SEKOLAH, SMA DHARMA BAKTI- DAY

Title card: 1 minggu kemudian

Laura dan Maurin berjalan bergegas melintasi koridor sekolah. Wajah Laura muram.


MAURIN

Kok lo sekarang gak pernah sama Arga lagi? Kalian lagi marahan ya?

LAURA

Nggak.

MAURIN

Pasti ada sesuatu, ya kan? Soalnya biasanya kalian lengket kayak perangko, tapi beberapa hari belakangan ini kalian tuh kayak gak pernah saling bicara.

LAURA

Udah gue bilang nggak. Nggak ada apa-apa antara gue sama dia. Udah, gue nggak mau ngomongin itu lagi!


Laura membelok dan meninggalkan Maurin. Maurin berhenti dan melongo.

CUT TO:


194. EXT. TEPI LAPANGAN OLAHRAGA SEKOLAH, SMA DHARMA BAKTI - DAY

Laura bergegas melintasi tepian lapangan olahraga sekolah sambil membawa tumpukan kertas ulangan. Di latar belakang terlihat para siswa lain sedang praktik bermain sofbol.

Lalu terdengar suara teriakan.

ARGA (O.S.)

RA! LAURA!

Laura berhenti dan melihat siapa yang memanggil. Arga mendekat dengan napas terengah-engah.

ARGA (CONT’D)

Ra, tunggu, Ra! Masa kita jadi kayak gini? Gue bisa terima kalau lo gak mau ke kafe lagi. Tapi masa lo sama sekali gak mau bales SMS, BBM, dan telepon dari gue?

LAURA

(Menatap benci pada ARGA) Kan gue udah bilang kemarin, gue gak mau denger apapun lagi dari lo! Berhenti ganggu hidup gue lagi! Budek ya lo?

ARGA

Gue tau lo marah dan kecewa sama gue. Tapi, gue harus jelasin sesuatu! Dan plis, dengerin gue kali ini!


Kamera MCU pada salah satu batter yang sukses memukul bola, tapi arahnya melenceng.

Kamera CU ke SISWA batter. Kaget syok.

BATTER

(Berteriak) AWASSS!!!

Kamera CU pada Laura yang menoleh kaget.

POV Laura: Kamera ECU pada bola sofbol yang melesat ke arah sini.

Kamera CU pada tumpukan kertas yang diarahkan Laura memapaki bola.

Kamera CU pada wajah Batter yang menatap syok.

Kamera CU pada bola sofbol yang jatuh membal ke tanah.

Kamera MCU pada Arga yang berdiri dalam posisi kaget, tepat di depan wajahnya ada tumpukan kertas yang melindunginya.

Laura melongo, kaget dan salah tingkah, lalu buru-buru menurunkan kertas dan berlari pergi.


LAURA

Kalau lo ngejer gue, gue bakal teriak ada pelecehan seksual!


Arga diam terpaku. Tak jadi mengejar.

ARGA

Ah, shit!

CUT TO:


195. EXT. JALAN DEPAN SEBUAH KAFE, THE VALLEY - DAY

Terlihat bangunan sebuah kafe anak muda, sementara cuaca saat itu berhujan.

CUT TO:


196. EXT. SEBUAH RESTORAN, DEKAT RUMAH LAURA - DAY

Laura dan Rico duduk di bersebrangan. Di meja ada gelas-gelas minum dan piring berisi finger foods.


RICO

Gimana? Udah baikan?


LAURA

(Mengangguk)

Sedang berusaha memaafkan, seperti kata Nenek. Tapi aku masih belum mau ketemu dia. Tiap denger namanya aja, rasanya mau marah!


RICO

Be strong ya. Anyway, besok aku liburan ke rumah tanteku di Bukittinggi. Dari sana langsung balik ke London. Nggak balik ke Bogor lagi.


LAURA

(terkejut)

Trus kapan kamu balik Indo lagi? Tahun depan?


RICO

Belum tahu. Mungkin ya itu, setelah aku lulus nanti. Tiga tahun dari sekarang.(tersenyum sedih)


Rico menggeser tangannya. Raut wajah Laura berubah, menatap ke arah meja.

Kamera CU pada tangan Laura di meja yang digenggam Rico.


RICO (CONT’D)

Laura... Sebelum aku pergi, aku pengen kamu tau kalau aku sayang banget sama kamu. Dari kita kecil, sampe hari ini, perasaan aku gak berubah. Bahkan sekarang rasa sayang aku jauh lebih besar.(menatap LAURA) Aku harap, hubungan kita bisa lebih dari sekedar sahabat kecil.


LAURA

(Gugup) Hah?


Mata Rico menatap ke meja lagi.

Kamera CU pada tangan Laura yang ditarik menjauhi tangan Rico meja.


LAURA (CONT’D)

Ke... kenapa tiba-tiba jadi bahas ini Ric?


RICO

Karena aku serius sama perasaanku, Ra. That’s why, waktu ada kesempatan balik ke Indo, aku langsung berusaha nemuin kamu...


LAURA

(Beat; bingung, gelisah) Aku... Sorry Ric... Aku belum boleh pacaran sama ortu...


RICO

Kan kita LDR, London-Bogor. Aku nggak akan banyak menyita waktu kamu. Kalau kita jadian, aku akan usaha bisa rutin pulang ke sini setahun sekali. Kan kalau ketemuannya cuman sekali setahun, nggak bakalan kenapa-kenapa. Nggak ganggu pelajaran...


Dari raut wajahnya, kita tahu ia tak suka ditembak Rico.


LAURA

Makasih buat kebaikan dan ketulusan kamu, Ric. Tapi maaf, aku tetep nggak bisa. Untuk sekarang aku lebih nyaman sendiri.


Rico mengangguk, rautnya sedih namun ia berusaha menerima.


RICO

Baiklah, kalau memang itu keputusan kamu. Aku hargai, Ra.


LAURA

Kita tetep sahabatan kan?


RICO

Pasti.

CROSSFADE:


Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar