Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
FADE IN
INT. RUANG KELAS VIII-A SMP - SIANG
Bel istirahat berbunyi, para siswa berbondong-bondong keluar kelas. Beberapa orang yang melewati Fadi menepuknya sebagai ajakan untuk ke kantin. Namun, Fadi hanya memberi isyarat agar mereka pergi lebih dulu.
Sampai YANTI (14) menghampirinya dan dengan terang-terangan menatapinya dengan sinis. Ia juga memukul bangku di depan Fadi. Namun, Fadi hanya sedikit kaget melihat itu.
YANTI
Ngapain kamu ke sini?
FADI
Disuruh orang tua.
YANTI
Emang gak dapat juara di sekolah lama?
Fadi menekuk wajah, malas mendengarnya. Namun, Yanti tetap menunggu jawaban.
FADI
Iya, makanya disuruh ke sini. Puas?
Yanti mendecak kesal dan menyilangkan tangan ke dada.
YANTI
Masalahnya kalau kamu ke sini,
nanti juara aku jadi turun!
Fadi tersenyum miring. Yanti menatapnya semakin kesal.
YANTI (LANJUTAN)
(agak bergumam)
Padahal, udah ada Nana yang susah dikalahin.
Sekarang tambah lagi kamu.
Mendengar nama itu, Fadi segera melirik perempuan yang sedari tadi menatapinya. Ia mengulas senyum tipis pencair suasana saat bertemu tatap dengan Nana. Sementara, Yanti yang tak menyadari tatapan Nana tetap melanjutkan kata-katanya dan Fadi kembali memperhatikannya.
YANTI (LANJUTAN)
Apa jangan-jangan Nana juga
bakal turun juaranya, ya?
Tiba-tiba NURY (14) yang sedari tadi ikut mendengarkan juga datang dan menyenggol lengan Yanti.
NURY
Masa iya, Nana bakal kalah sama dia!
Kita lihat aja nanti siapa yang kalah di antara mereka.
Kalau aku, sih, yang pasti dukung Nana,
bukan alien kayak dia.
Nury pun segera menarik Yanti keluar kelas tanpa membiarkan gadis itu bicara lebih jauh.
Fadi yang mengikuti pergerakan mereka keluar tampak tak bersemangat mendengar perkataan mereka. Saat kembali melihat Nana, gadis itu tampak mencoba membuang muka meski terlambat.
Pemandangan itu membuat Fadi teringat pada perkataan RANDI (24), abangnya.
RANDI (O.S)
Kalau kamu pindah nanti, jangan sampai
kamu kelihatan lebih rendah dari murid lain.
Kamu harus tunjukin wibawa kamu
sebagai murid yang selama ini dijuluki jenius itu.
Jangan sampai label itu dianggap
cuma label kosong yang gak berguna.
Tunjukin kalau kamu lebih baik dari mereka semua,
dan bahwa kamu gak kabur dari sekolah lama kamu.
Fadi pun menarik napas dalam sekali lagi dan mengembuskan napas resahnya dengan keras. Sejak saat itu pun ia memutuskan akan mengejar semua nilai yang ia bisa.
BEGIN MONTAGE
- Siang di kelas VIII-A, Fadi dikerumuni teman-temannya karena menggambar guci dengan bayangan yang tampak nyata. Sebagian dari mereka memuji gambarnya.
- Ruangan lab komputer SMP, Fadi mempraktikkan cara memformat teks pada microsoft word sambil mengajari teman-temannya, Nana ikut belajar dengan serius.
- Koridor SMP, seorang GURU 3 (40) menahan Fadi saat berpapasan.
GURU 3
Fadi, kamu ikutan lomba menulis surat, kan?
Bapak lihat tulisan kamu cukup bagus,
lain kali kalau ada lomba menulis lagi ikutin, ya!
Lomba surat kemarin kayaknya kita kurang beruntung
panitia yang tugasnya nyalurin surat kita kurang becus
jadi suratnya telat nyampe. Itu aja. (berlalu)
Fadi tampak senang mendengarnya.
- Lapangan SMP, seorang GURU 4 mengumumkan peringkat dengan pengeras suara.
GURU 4
Dari kelas VIII-A, peraih peringkat kedua adalah ...
Nana Suhartinah. Dan peringkat pertama diraih oleh ...
Muhammad Fadi!
Nana tampak kecewa, Fadi terlihat lega.
- Upacara Senin Pagi, Fadi tampak datang terlambat, namun seorang guru menariknya dari barisan murid terlambat dan menyuruhnya menjadi petugas upacara sebagai pembaca protokol upacara. Fadi menerima tugasnya dengan sigap.
- Di ruang perpus SMP, GURU 5 memberi salinan paket soal yang sama untuk diselesaikan kepada Fadi, Nana, dan empat murid lain.
GURU 5
Dua minggu lagi, kita akan ikut lomba PASIAD.
Kalian coba kerjakan itu,
nanti kita bahas sama-sama.
Fadi usai mengerjakannya. Nana bertanya pada Fadi apakah pekerjaannya sudah benar. Fadi melirik dan mengangguk.
- Koridor SMP depan ruang guru, Fadi dan Nana menghadap Guru 5 yang memanggil mereka.
GURU 5
Sini, sini! Selamat, ya!
Kalian lolos ke babak FINAL PASIAD
untuk 40 besar se-pulau Sumbawa.
Nana dan Fadi saling bertatapan dengan gembira.
- Lapangan SMP, Nana dan Fadi berdiri di tengah lapangan saat upacara pagi untuk menerima piagam penghargaan mereka sebagai motivasi untuk yang lain. Nana dan Fadi tak bisa menahan senyum bahagia mereka masing-masing.
- Koridor SMP, Nana membandingkan nilai di rapornya dengan Fadi. Peringkat mereka sama-sama yang pertama di kelas dan SMP itu.
END MONTAGE
WASH OUT
INT. RUANG KELAS X AKSELERASI - PAGI
Dua orang siswi tampak berbincang-bincang. Mereka menatap agak sinis ke arah Fadi (15) yang tengah berdiri di hadapan kelas setelah memperkenalkan namanya.
SISWI 1
(sinis)
Oh, jadi itu yang namanya Fadi?
SISWI 2
Katanya dia dapat nilai tertinggi
di semua mapel saat ujian masuk.
Untuk ujian akademik akselerasi
juga nilainya paling bagus.
SISWI 1
Percuma juga nilai bagus kalau sombong gitu.
Siswi 1 menyipitkan mata, sosok Fadi di depan sana tampak tak acuh dengan dagu terangkat berlebihan.
SISWI 2
(agak bimbang)
Hm, iya sih.
SISWI 1
Walaupun nilainya bagus dan bisa masuk aksel,
dia malah memilih program kelas unggulan.
Terus bolak-balik minta masuk aksel,
terus dibatalin lagi dan akhirnya minta masuk lagi.
Anak-anak juga pada kesel sama dia.
Mereka berbisik tanpa mendengarkan suara guru yang menyuruh Fadi duduk di bangku kosong di bagian belakang. Mata siswi 1 mengekori Fadi dengan tidak suka. Siswi 2 ikut-ikutan memandangnya demikian.
Barulah kemudian siswi 2 memandang sekeliling dan menyadari bahwa seisi kelas tampak tidak menyukai kehadiran Fadi di sini. Bahkan bagi Nana (15) yang berasal dari kampung yang sama dengan Fadi. Itu membuat Siswi 2 penasaran.
EXT. HALAMAN DEPAN MUSALA SMA - SIANG
ABIL (15) berjalan sambil menenteng jajanan dan minuman gelas dari kantin. Ia menghampiri Fadi yang sedang menikmati jajanannya di tangga musala.
ABIL
Jadi, gimana? Kamu ngerasa gak tadi
kalau kamu diasingkan di kelas?
FADI
(dengan dingin)
Gak peduli. (lanjut mengunyah makanannya)
Abil menelan kunyahan dan meneguk sedikit air dari gelas. Ia menarik napas dan melanjutkan bicara.
ABIL
Kalau begitu, jangan peduliin juga ya,
kalau aku gak bisa bantuin kamu di kelas.
Fadi melirik Abil serius sambil mengunyah pelan.
ABIL (LANJUTAN)
Soalnya aku juga gak mau sampe diomongin teman kelas.
Mereka suka ngomongin orang.
Bahkan Nana pun ngomongin kamu kayak yang lain,
mungkin biar gak disangka memihak aja.
(tak acuh di bagian akhir,
lanjut mengunyah makanan)
Fadi tampak berpikir, ia teringat kejadian waktu pertama pindah sekolah ke SMP dulu. Ia menarik napas dalam.
FADI
Ya udahlah, gak apa.
Udah nasib aku kali kayak gini.
Dan dia pun bangkit menuju tong sampah sambil memikirkan sesuatu.
FADI (V.O)
Kalau aku tetep di unggulan,
biayanya bakal lebih mahal
karena harus hidup tiga tahun di kota
dengan biaya sekolah tiga tahun juga.
Kalau gak ngambil kelas yang bagus
gak bisa nyiapin beasiswa buat kuliah.
Jadi aku harus pindah dari unggulan ke aksel,
aku harus bisa dapatin juara satu
dan daftar beasiswa.
Fadi sekali lagi menarik napasnya dalam, ia membaca papan himbauan yang tertulis rapi, "Buanglah sampah ke tempat yang tepat".
Fadi membuang napas dengan lega bersama sampah di tangannya. Ia lantas tersenyum dan berjalan tegas ke arah kelas.
INT. RUANG KELAS X AKSELERASI - SIANG
GURU BIOLOGI (39) di depan kelas tampak tidak senang. Ia menatapi muridnya yang hanya sekitar 20 orang dengan gusar.
GURU BIOLOGI
Saya kecewa.
Pembukaan dari guru itu membuat mata para murid sedikit membulat. Mereka tidak menyangka akan mendapat komentar itu dari gurunya. Fadi (15) juga sempat terkejut sebelum kembali fokus untuk menunggu penjelasan lebih lanjut.
Guru Biologi itu memegang beberapa buku tulis para murid dan mengangkatnya.
GURU BIOLOGI (LANJUTAN)
Kalian lihat ini? Setelah saya baca,
pekerjaan kalian semuanya tampak sama dalam buku ini.
Semuanya meniru jawaban yang ada dalam buku pelajaran.
Bahkan titik komanya juga serempak.
Fadi membuang muka merasa bosan. Tak seperti murid lain yang mulai tunduk dan merasa bersalah.
GURU BIOLOGI (LANJUTAN)
Lihat, jawaban Abil nomor 1 poin a
sama persis redaksinya dengan
jawaban Wawan di nomor yang sama.
Jawaban milik Fiki juga tidak ada yang beda,
begitu pula dengan yang putri.
Semuanya sama dengan yang ada di buku,
apa hanya ini yang kalian bisa?
Para murid semakin merasa bersalah. Kecuali Fadi yang masih membuang muka, tak mau peduli karena dari awal ia tak mau mengikuti pekerjaan teman-temannya yang seperti itu. Ia teringat saat Abil mengerjakan tugasnya tadi.
BEGIN FLASHBACK
Abil bangkit dari bangku setelah mencatat jawaban bersama teman-temannya. Ia menghampiri Fadi yang terasingkan di barisan belakang. Fadi menatapnya menginterogasi. Abil mendecak dengan kekasaran sifat Fadi akhir-akhir ini.
ABIL
Nih, ambil aja, catat!
Kita semua ngerjainnya sama.
Pasti dibenerin.
Fadi menatap menguliti.
ABIL (LANJUTAN)
(sedikit menggertak)
Gak mau?
Fadi membuang muka, agak malas. Ia sedikit menyipitkan mata sebelum mengambil buku tulisnya sendiri.
Melihat Fadi yang sibuk sendiri membuat Abil merasa niat baiknya terabaikan. Ia bahkan terang-terangan membantunya di depan murid sekelas yang tidak menyukai Fadi, tapi laki-laki itu mengabaikannya.
END FLASHBACK
GURU BIOLOGI
Semua jawaban kalian sama saja,
tidak membuat saya bersemangat,
kecuali satu orang ...
Para murid tampak kaget. Guru Biologi itu melirik ke arah pemilik nama dari buku yang kini dipegangnya.
GURU BIOLOGI (LANJUTAN)
Fadi?
Ia memanggil Fadi. Pemilik nama itu langsung membulatkan mata menyadari namanya dipanggil. Ia berpikir sendiri dan tampak kebingungan.
FADI (V.O)
Padahal tadi aku cuma jawab
satu aja yang beda dari buku.
Apa itu berguna?
Apa jawabannya juga salah?
Tak ingin larut sendiri, Fadi menatap sang guru menunggu penjelasan berikutnya.
GURU BIOLOGI
Jawaban kamu terlihat berbeda dari yang lain.
Ada beberapa poin yang sudah ada di buku
walaupun narasinya berbeda.
Tapi ada satu poin yang saya suka,
poin yang berbeda dari isi buku
dan penjelasannya mudah dipahami.
Kesini dan bacakan untuk teman-temanmu.
Fadi yang mendengar itu memandang sekeliling melihat teman-teman sekelasnya.
FADI (V.O)
Aku pasti akan semakin dijauhi karena ini.
Biasanya kan juga gitu, kayak di film Ender’s Game.
Ah, biarlah. Aku harus bacain ini dulu.
Fadi menarik napas dalam untuk menyiapkan diri saat menerima buku dari tangan sang guru. Fadi membuka baik-baik buku itu, melihat tulisannya sendiri dan mulai membaca dengan lantang.
FADI
Soal nomor 1: sebutkan minimal 3 manfaat
mikroorganisme dalam kehidupan manusia!
Jawaban: poin pertama dan kedua
sudah ada di buku yaitu pembuatan kecap dan yogurt.
Poin ketiga yaitu manfaat Fitoplankton
yang merupakan penghasil 70% oksigen bumi
bersama dengan rumput laut.
Ini adalah angka yang sangat besar.
Selain itu, Fitoplankton juga dapat digunakan
untuk mengukur tingkat pencemeran dalam air
karena pertumbuhan populasi Fitoplankton
akan terhambat jika airnya tercemar.
Poin keempat dan kelima juga ada di dalam buku
yaitu pembuatan nata de coco dan tape.
Guru Biologi tampak mengangguk dengan senyuman mendengar pembacaan oleh Fadi. Sementara murid lain tampak terganggu dengan kekalahan mereka tak bisa menjawab itu.
GURU BIOLOGI
Terima kasih, Fadi,
kamu membaca itu dengan lancar
sehingga ibu bisa yakin bahwa kamu
tidak hanya asal menyalin saja dari buku.
Fadi mencoba untuk tersenyum setenang mungkin, walau hatinya membuncah dengan pujian itu. Para murid lantas semakin sendu dan beberapa terlihat iri kepada Fadi, terutama Nana yang sudah lama mengenalnya dan sering mengalami hal yang demikian.
GURU BIOLOGI (LANJUTAN)
Selanjutnya, boleh ibu tanya dari mana
kamu dapat jawaban poin ketiga itu?
Pertanyaan itu membuat Fadi terkejut. Ia terkekeh salah tingkah membuat gurunya jadi tersenyum menunggu jawaban. Fadi pun segera memberikan jawaban.
FADI
Jadi, saat mendengar lapisan Ozon menipis,
saya mulai tertarik untuk mencari tahu
cara membuat Ozon itu bagaimana.
Saya mulai mencari di internet
dan menemukan artikel dalam bahasa inggris
yang mengatakan ada mesin yang memungkinkan hal itu terjadi.
Lalu saat saya salah klik,
saya sampai ke halaman tentang fitoplankton itu.
Awalnya saya tidak terlalu mengerti,
tapi saya mencoba menerjemahkannya.
Ternyata itu artikel yang sangat menarik.
Sepertinya dari makalah atau penelitian begitu, Bu.
GURU BIOLOGI
Mungkin jurnal orang luar. Terus?
FADI
Jadi saat dapat soal seperti ini,
saya teringat artikel itu.
Jadi saya memasukkannya ke jawaban.
Sekali lagi, Guru Biologi itu tersenyum dan mengangguk. Beliau kemudian menyuruh Fadi duduk sebelum Fadi menunduk takzim dan segera kembali ke tempat duduknya. Saat tiba di tempat duduk, Fadi tampak tak bisa menutupi kebahagiaannya.
DISSOLVE TO
EXT. DEPAN KELAS AKSEL - SIANG
Para siswi termasuk Nana berjalan di depan Fadi. Guru Wali Kelas (36) yang berpapasan berjalan dari arah berlawanan tampak bersemangat menyahut ke arah mereka.
GURU WALI KELAS
Eh, pada mau ke kantin, ya?
PARA SISWI
(dengan kompak)
Iya, Bu.
Beberapa dari mereka terkekeh kecil. Guru Wali Kelas masih tampak bersemangat hingga Fadi bergabung dengan mereka.
GURU WALI KELAS
Eh, tahu nggak, ibu ada kabar bagus loh buat Nana.
PARA SISWI
Nana?
NANA
Saya, Bu?
GURU WALI KELAS
Iya.
Fadi hanya menyimak tanpa mengeluarkan kata. Nana yang mulai berharap-harap cemas.
GURU WALI KELAS (LANJUTAN)
Ibu udah dapat nilai kalian, loh!
Para siwi tampak membuncah, semakin berharap-harap cemas.
GURU WALI KELAS (LANJUTAN)
Ibu lihat, nilainya Nana bagus semua.
Nana dapat juara satu!
Mendengar itu Nana tampak terkejut, seolah itu di luar ekspektasinya. Fadi menatap tanpa kata, heran dengan kabar itu. Dan Nana, meski terkejut, tetap saja ia senang bukan kepalang. Itu membuat Fadi makin kesulitan menerimanya. Tak disangka, Guru Wali Kelas melirik Fadi juga.
GURU WALI KELAS (LANJUTAN)
Nilai Fadi juga lumayan, dapat juara 2.
Nilai Fadi yang jelek ibu lihat itu di biologinya, dapat 70.
Nana dapat 80 di biologi,
yang lain rata-rata 75 dan 70.
FADI (V.O)
(kaget, heran)
Biologi? 70? Maksudnya?
Pujian yang selama ini gimana? Kosong?
Maksudnya?
Fadi tak habis pikir, dan tak mencoba menutupi kebingungannya. Itu membuat Nana tampak merasa tidak enak. Beberapa siswi lainnya juga demikian, ditambah dengan nama mereka yang tidak masuk dua besar.
GURU WALI KELAS (LANJUTAN)
Tapi, itu belum semuanya.
Masih ada tiga mata pelajaran yang belum masuk nilainya,
jadi ditunggu saja, ya.
Guru itu lantas melanjutkan jalannya melewati para murid.
Fadi yang masih terkejut tampak hanyut dalam kebingungannya. Beberapa siswi yang kecewa dengan peringkat mereka tampak cemberut dan ada juga yang langsung bergumam di tempat itu.
SISWI 3
Duh, gak seru deh, udah dikasih tahu duluan peringkatnya.
Jadi gak degdegan lagi pas nerima raport nanti.
SISWI 4
Iya, ya, jadi gak bisa penasaran lagi jadinya.
Namun, berbeda dari mereka, Nana justru menatap Fadi dengan rasa bersalah. Sementara Fadi yang baru menyadarkan diri mulai melihat dan menyadarinya. Hanya saja, Fadi tak merasa harus membuka mulut. Ia pun pergi begitu saja dengan ekspresi kecewa bercampur kesal.
FADI (V.O)
Padahal selama ini mereka selalu memujiku,
tapi yang kudapat hanya itu.
Haah, Nana kenapa juga harus menatapku seperti itu?
Bikin kesal saja. Padahal kan, bukan dia yang salah.
Itu hak dia untuk mendapat peringkat
lebih tinggi dengan usahanya.
Tetap saja, tangan Fadi mengepal memikirkan itu.