Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Little Man
Suka
Favorit
Bagikan
9. MENGHADAPI REALITA
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

101. EXT. RUMAH - DAY

SUPER: 1.5 TAHUN KEMUDIAN.

102. INT. RUMAH - RUANG TENGAH - DAY

Foto wisuda Budi terpajang di dinding. Di sampingnya terpajang foto keluarga bersama Budi dengan pakaian wisuda.

103. INT. RUMAH MAKAN PADANG - DAY

Budi dan keluarganya sedang makan masakan padang bersama.

DOLAH

(Hampir menangis)

Bapak bangga sama kalian. Meskipun kita miskin, tapi anak-anak bapak sangat membanggakan.

LARAS

Bapak lebay.

SITI

Laras!

Budi tersenyum, lalu melanjutkan makan. Mereka semua melanjutkan makannya.

DOLAH

Oh ya, kamu jadi kapan nikahnya?

LARAS

Santai aja kali, Pak. Nunggu mas kerja aja dulu.

DOLAH

Oh, ya udah. Kamu jadinya mulai kerja kapan, Bud?

Siti melihat Budi dengan ekspresi penasaran.

BUDI

Belum tau, Pak.

DOLAH

Ya udah kalau gitu ya kamu santai aja dulu. Toh juga baru lulus, kan?

BUDI

Ya, Pak.

Budi mengambil HP-nya lalu WA Amir.

BUDI (TEXT) (CONT'D)

Mir, aku udah lulus.

Budi menunggu balasan dari Amir. Chat Budi akhirnya centang biru. Amir sedang mengetik.

SITI (O.S.)

Cuma sayang wisudanya kenapa harus online. Padahal aku pengen lihat kampusnya Budi.

Budi melihat chatnya dengan antusias menunggu balasan dari Amir.

DOLAH (O.S.)

Ya ga papa lah, Bu. Yang penting itu anak ganteng kita bisa wisuda, jadi sarjana.

Amir akhirnya membalas.

AMIR (TEXT)

Selamat, Bud. Gue ikut seneng. Oh ya, Bud. Soal kerjaan dari kating gue, sampe sekarang gue juga belum dihubungin.

Budi membalas.

BUDI (TEXT)

Brarti ga jadi, Mir?

Amir membalas.

AMIR (TEXT)

Gue gatau juga, Bud. Gue kalau chat dia ga pernah dia bahas soal kerjaan. Buat cari amannya, jangan terlalu ditungguin. Coba cari kerjaan yang lain dulu.

Ekspresi Budi memudar menjadi sedikit datar. Budi mematikan HP-nya, lalu dia masukkan ke sakunya.

Dolah dan Siti melihat perubahan mimik Budi.

SITI

Budi?

DOLAH

Ada apa, Budi?

BUDI

Temenku nyuruh nyari kerjaan lain dulu, Pak. Kerjaan yang itu masih belum jelas.

Dolah dan Siti mengangguk. Mereka mencoba memahami posisi anaknya.

DOLAH

Oh.

LARAS

Ya, santai aja, Mas.

Budi tersenyum kecil.

104. EXT. RUMAH - NIGHT

Malam telah tiba.

105. INT. RUMAH - KAMAR - NIGHT

Budi mengetik di netbooknya. Di layar netbooknya, dia mengetik: "Epilog"

"...Kucing yang berwarna putih itu tak pernah datang kembali. Jikalau dia kembali, dia akan kembali dengan warna hitam."

106. EXT. WARUNG - DAY

Budi mengetik di netbooknya. Banyak bapak-bapak, anak-anak muda seusia Budi yang merokok, ngopi, bahkan habis pulang dari nyupir.

Mereka semua terlihat miskin. Sebagian dari mereka memperhatikan Budi yang sedang mengetik sesuatu di netbooknya, sebagian yang lain menertawakan Budi karena menganggap Budi salah tempat.

Pemilik warung akhirnya mendekati Budi sambil membawa es teh.

PEMILIK WARUNG

(Dia letakkan es teh itu di samping Budi)

Tak taruh di sini ya, Mas?

BUDI

Iya, Pak.

PEMILIK WARUNG

Lagi sibuk ngapain, Mas?

BUDI

Lagi melamar kerja, Pak.

PEMILIK WARUNG

(Mengangguk)

Oh, berarti sekarang online semua ya, Mas?

BUDI

Iya, Pak.

Pemilik warung kembali ke warungnya. Beberapa anak-anak muda pengangguran seusia Budi terlihat menanyakan sesuatu ke pemilik warung sambil menertawakan Budi.

Di layar netbooknya, Budi sedang mengetik pesan di Gmail --

"Besar harapan saya untuk bisa bekerja sama dan menerbitkan buku bersama Bookpedia."

Budi mengklik send.

CUT TO:

"Yours faithfully, Budi Pakerti."

Budi mengklik send.

CUT TO:

"Besar harapan saya bisa diterima di perusahaan Bapak."

Budi mengklik send.

CUT TO:

"Hormat saya, Budi Pakerti."

Budi mengklik send.

CUT TO:

Budi mengklik send.

CUT TO:

107. INT. RUMAH - KAMAR - NIGHT

Budi meregangkan tangannya, lalu menutup netbooknya. Budi berbaring, melamun sebentar, lalu memejamkan matanya.

108. INT. RUMAH - KAMAR - DAY

Budi mengguyur badannya dengan air.

109. INT. RUMAH - KAMAR BUDI - DAY

Budi masuk ke kamarnya hanya dengan memakai handuk. Kemudian, dia mengecek HP-nya. Tidak ada notifikasi email apa pun.

110. INT. RUMAH - RUANG TENGAH - DAY

Budi makan bersama ayah dan ibunya. Mereka hanya makan nasi dan telur dadar.

DOLAH

Gimana Budi? Udah keterima kerjanya?

BUDI

Belum, Pak.

DOLAH

Lama juga, ya.

Budi tidak merespons.

DOLAH (CONT'D)

Uang beasiswamu masih cair, kan?

BUDI

Ya, nggak lah, Pak.

SITI

Uang dari Budi masih ada kok, Pak.

DOLAH

Budi, kamu ngelamar kerja apa sih kok prosesnya lama gitu?

Budi menghentikan makannya karena tidak nyaman dengan omongan bapaknya.

111. INT. RUMAH - RUANG TENGAH - NIGHT

Siti sedang duduk di kursi. Budi menemui ibunya, lalu ikut nimbrung.

BUDI

Ibu masih belum tidur?

SITI

Ibu masih belum bisa tidur.

BUDI

Kenapa, Bu?

SITI

Mikirin kamu. Kok lama bener ya kamu dapat kerjaan? Ibu khawatir kamu jenuh.

BUDI

Ibu tau kan aku setiap hari ngelamar? Mungkin udah ada sekitar 40 lamaran, Bu.

SITI

Lha iya. Kok susah ya?

(Beat)

Hmm...gimana kalau kamu bantuin ibu. Biar kamu ada kegiatan. Biar ga jenuh.

Budi memikirkan saran ibunya.

112. EXT. RUMAH - DAY

Budi menaiki motor bututnya sambil menunggu ibunya. Siti akhirnya datang sambil membawa tas belanjaan.

Budi menyalakan mesin motor bututnya. Siti berjalan ke arah motor Budi, lalu naik di bagian belakang.

SITI

Hari ini ibu belanja agak banyak. Jadi mungkin akan agak lama.

BUDI

Ibu ada uang?

SITI

Kan adikmu gajian.

Budi membawa ibunya pergi dengan motor bututnya.

113. EXT. PASAR - DAY

Siti sedang berjalan sambil melihat-lihat jualan di pasar. Siti berhenti di tempat sayur. Di sampingnya, ada beberapa ibu-ibu yang sedang memilih sayur.

SITI

Beli sayur kangkung seperti biasa, Pak. 2 iket.

PENJUAL

Baik, Bu Siti.

Penjual itu langsung memasukkan 2 ikat kangkung ke plastik.

SITI

Sama cabe, bawang, bumbu-bumbu komplit ya, Pak.

PENJUAL

Siap.

IBU-IBU 1

Kok sering beli kangkung, Bu Siti?

SITI

Iya, Bu. Anakku suka tumis kangkung.

IBU-IBU 2

Budi ya, Bu? Yang kuliah itu, kan?

SITI

Iya. Sekarang udah lulus, Bu.

IBU-IBU 3

Jarang lho Bu Siti anak kampung ini jadi sarjana. Sekarang Budi kerja apa, Bu?

Siti memikirkan sesuatu.

SITI

Belum kerja, Bu.

PENJUAL

Nganggur, Bu?

SITI

(Ngeles)

Ah, gak lama kok, Pak Asep.

IBU-IBU 3

Ya, kalau bisa jangan lama-lama, Bu.

Siti merasa tersinggung dengan ucapan ibu-ibu itu.

SITI

Berapa semuanya, Pak?

PENJUAL

10 ribu, Bu.

Siti mengambil uang 10 ribu di dompetnya, lalu dia serahkan ke penjual. Penjual sayur menyerahkan plastik besar berisi kangkung dan bumbu komplit. Siti mengambilnya, lalu dia masukkan ke tas belanjaannya.

Ibu-ibu yang lain kembali memilih-milih sayur.

IBU-IBU 1 (O.S.)

Sawi putihnya, Pak

IBU-IBU 3 (O.S.)

Bumbu komplitnya masih ada nggak, Pak?

Siti meninggalkan mereka tanpa basa-basi.

114. EXT. PARKIR PASAR - DAY

Budi menunggu ibunya sambil duduk di motor bututnya.

Siti akhirnya datang dengan sedikit gelisah. Budi melihat ibunya, dia bergegas menyalakan mesin motor.

BUDI

(Sambil starter motornya)

Kenapa, Bu?

Siti langsung duduk di bagian belakang motor Budi.

SITI

Langsung pulang aja!

115. EXT. RUMAH - DAY

Budi dan ibunya telah sampai rumah. Siti langsung turun, lalu berjalan menuju ke rumah. Budi masih duduk di motor sambil memikirkan sikap ibunya.

116. INT. RUMAH - KAMAR MANDI - NIGHT

Budi keluar dari kamar mandi.

117. INT. RUMAH - DEPAN KAMAR DOLAH DAN SITI - NIGHT

Budi berjalan melewati kamar orang tuanya. Pintu kamar orang tuanya sedikit terbuka. Namun, Budi memutuskan berhenti sejenak karena mendengar percakapan ibunya.

SITI (O.S.)

Gimana kalau Budi jadi pengangguran, Pak?

DOLAH (O.S.)

Ya, nggak mungkin lah, Bu.

SITI (O.S.)

Tapi kalau Budi sampai menganggur lama gimana? Sampai sekarang, Budi masing lontang-lantung belum ada kepastian.

DOLAH (O.S.)

Tapi ramalan itu --

SITI (O.S.)

Udah lah, Pak. Jangan terlalu percaya ramalan...syirik! Lagian kalo mereka beneran pinter, kenapa mereka tetep miskin. Malah lebih miskin dari kita.

DOLAH (O.S.)

Ini yang bikin kita terus- terusan miskin. Kamu itu harusnya percaya sama Budi, ramalan itu. Ngapain percaya omongan orang?

Budi merenung memikirkan omongan orang tuanya. Dagu Budi tak lama bergetar karena menahan tangisan.

SITI (O.S.)

Kita terus-terusan miskin ya karena bapak pengangguran. Bapak nganggur, mengharapkan yang nggak pasti. Budi juga masih belum jelas. Terus pemasukan kita dari mana, Pak?

DOLAH (O.S.)

(Geram)

UDAH!!!

Budi meninggalkan kamar orang tuanya.

118. INT. RUMAH - KAMAR - CONTINUOUS

Budi melihat judul naskah di netbooknya "Little Man". Budi meraba-raba layar netbooknya sambil menangis sesenggukan tanpa bersuara.

119. EXT. RUMAH TETANGGA BUDI - DAY

SUPER: 6 bulan kemudian.

Truk Pick Up telah sampai sambil mengangkut kulkas dan mesin cuci. Bu Diah berlari keluar dari rumahnya dengan sangat antusias.

Sopir truk turun dari truknya, lalu menemui Bu Diah.

SOPIR TRUK

Di taruh di mana, Bu?

BU DIAH

Di ruangan paling belakang ya, Pak.

Asisten-asisten sopir itu turun dari bagian belakang truk. Mereka saling membantu untuk menurunkan kulkas dan mesin cuci. Mereka menggotong kulkas dan mesin cuci ke dalam rumah.

Beberapa tetangga Bu Diah menemui Bu Diah. Bu Diah menyapa mereka dengan ramah.

120. INT. RUMAH - RUANG TENGAH - DAY

Dolah yang sedang minum kopi, mendengar keramaian dari luar. Dia penasaran, lalu berjalan ke luar rumah.

121. EXT. RUMAH - DAY

Dolah melihat kulkas yang sedang diangkut beberapa asisten supir beramai-ramai. Di saat Dolah melihat dengan penasaran, seorang ibu-ibu tetangga yang berbicara dengan Bu Diah menyapa Dolah.

IBU-IBU TETANGGA 1

Pak Dolah!

DOLAH

Bu Minul. Bu Diah makin jaya aja, ya?

BU DIAH

(Sensi)

Bukan saya yang jaya, Pak Dolah, tapi anakku Alif.

DOLAH

(Sedikit malu)

Oh.

BU DIAH

(To ibu-ibu tetangga)

Yah, namanya nasib nggak ada yang tau ya, Bu. Meskipun anakku ga bisa kuliah, tapi dia sudah bisa bahagiain orang tua lho.

Dolah merenung mendengar sindiran dari Bu Diah.

IBU-IBU TETANGGA 2 (O.S.)

Memang gajinya Alif berapa sih, Bu, kerja di pabrik?

BU DIAH (O.S.) (CONT'D)

(Tertawa bangga)

Yah, lumayan lah, Bu. Gak kalah sama sarjana.

IBU-IBU TETANGGA 3 (O.S.)

Yah, alhamdulillah, Bu. Kalau dipikir-pikir kuliah itu ga penting ya, Bu. Lha sarjana itu lho banyak yang nganggur.

Bu Diah tertawa.

Dolah masuk ke rumahnya.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar