Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Kita dan Ekspektasi
Suka
Favorit
Bagikan
1. Kita dan ekspektasi #1
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

FLASHBACK ON :


  1. EXT. SEBUAH TAMAN BERMAIN-SIANG HARI


20 tahun silam...

Seorang anak laki-laki berusia 4 tahun berlari berkeliling taman sambil menangis.

GUNTUR

Hiks...hiks... mama... mama kemana?

‘Bruk’ Guntur kecil menabrak seorang gadis kecil yang tak lain adalah Hana.

HANA

Aduh! Yahhh es klim Hana jatuh. Kamu kok tablak Hana... dasal nakal!!!

Tak berselang lama, Ayahnya Hana, Pak Candra datang menghampiri putri semata wayangnya.

PAK CANDRA

Ada apa sayang? Kok teriak-teriak?


HANA

Hana ditablak sama dia! telus es klim Hana jatuh (sambil menunjuk es krim rasa strawberry favoritnya yang sudah jatuh ke tanah)


PAK CANDRA

Hana nggak boleh marahin dia seperti itu. Dia jadi nangis kan

HANA

Dia nangis dali tadi yah. Bukan gala-gala Hana


Pak Candra mendekati Guntur lalu mengusap air mata bocah itu dengan tulus.


PAK CANDRA

Nama kamu siapa nak?


GUNTUR

Guntur (lirih)


PAK CANDRA

Guntur kenapa nangis?


Hana kecil yang masih cemberut gara-gara es krim nya jatuh pun dibuat makin kesal karena ayahnya malah memperhatikan Guntur.


HANA

Huuuu cengeng... anak laki-laki macak nangis


PAK CANDRA

(geleng geleng kepala) Ehh Hana nggak boleh bilang gitu. Kalau ada orang lain yang sedih, kita harus menghibur dia nak bukan mengejek ya?


Ditengah-tengah interaksi antara Pak Candra, Guntur, dan juga Hana. Datang Pak Rudi yang tak lain adalah Ayah dari Guntur. Laki-laki paruh baya berkacamata itu datang dengan menggendong seorang anak laki-laki yang masih balita.


PAK RUDI

Astaga Guntur! Kamu dari mana saja nak, Papa cari kamu loh dari tadi


Pak Rudi sontak membawa Guntur ke dalam pelukannya.


GUNTUR

Guntur cari Mama Pa, Mama kapan pulang ke rumah nemuin Guntur lagi?


Pak Rudi kembali memeluk putranya sembari menahan tangis.


PAK CANDRA

Guntur anak bapak?


PAK RUDI

Iya pak, terimakasih sudah menjaga Guntur. Saya khawatir sekali kalau sampai terjadi apa-apa sama dia.


PAK CANDRA

Owh iya, perkenalkan nama saya Candra, dan ini anak saya Hana. Nah! kalau yang baru datang itu istri saya (sambil menunjuk Bu Arini yang berjalan ke arahnya)


PAK RUDI

Saya Rudi Pak, ini anak pertama saya Guntur, dan ini anak bungsu saya Niko.


PAK CANDRA

Bapak tinggal di daerah perumahan sini juga?


PAK RUDI

Iya pak, saya baru pindah seminggu yang lalu. Lebih tepatnya setelah Ibunya Guntur meninggal.


PAK CANDRA

Innaillahi... turut berduka cita ya Pak. Saya juga terhitung baru disini. 


Pak Candra lalu berjongkok dihadapan putrinya, Hana.


PAK CANDRA

Hana pengen punya temen main kan? mau temenan sama Guntur? Katanya kemarin pengen punya temen main kalo dirumah.


Hana mengangguk polos. Saking senangnya, bocah manis itu sepertinya sudah lupa penyebab es krim kesukaannya jatuh tadi. Sebulan terakhir memang Hana selalu ditemani Ayahnya untuk main karena dirinya belum punya teman. Apalagi setelah pindah ke rumah barunya.


FLASHBACK OFF.

HANA (V.O)

Hai kenalin, Gue Hana, Hana Shidqia. Tadi itu awal mula gue bisa sahabatan sama seorang Gelegar Guntur Atmaja. Bahkan saking deketnya, sekolah gue dari SD sampai kuliah sama kayak Guntur. Nasib Guntur memang kurang beruntung. Manusia satu ini sudah ditinggal pergi ibunya sejak kecil. Sedangkan ayahnya telah meninggal 2 tahun yang lalu, tepatnya sehari setelah Guntur berhasil menyelesaikan kuliah S1-nya.


1. INT. KANTOR GA WO-RUANG RAPAT-PAGI HARI

Beno terlihat menjelaskan beberapa hal berbekal sebuah remot LCD. Guntur, Hana, beserta ke 12 karyawan disana memperhatikan meskipun sesekali menguap karena rapat sudah berjalan selama 2 jam.

HANA (V.O)

Inilah GA Wedding Organizer atau karyawan disana sering menyingkatnya jadi GAWO. Perusahaan ini sudah berdiri sejak satu tahun yang lalu. Perusahaan yang bergerak dibidang jasa Wedding Organizer ini dibangun atas gagasan Guntur dan bantuan Gue sama Beno. Namanya GA, inisial dari Guntur Atmaja. Dulu 100% modal finansial usaha ini dari uang warisan Ayahnya Guntur, jadi jangan heran kalau dengan egoisnya dia kekeuh kasih nama itu. Padahal untuk urusan keuangan gue yang mikir, dan soal marketing atau promosi Beno yang mikirin. Bisa dibilang Guntur itu temen gaada akhlak, hobi nyusahin temen tapi untungnya loyalitasnya josss!


BENO

Oke gue rasa cukup penjelasan soal strategi marketing yang akan segera kita terapkan. Ada yang kurang paham?



Tak ada satupun yang memiliki pertanyaan, persis seperti suasana kelas di Sekolah Dasar yang selalu bungkam kalau ditanya guru. Bahkan, Guntur yang katanya bos malah nguap puluhan kali. Beno sudah biasa dengan suasana rapat semacam itu. Endingnya paling paling cuma langsung ditutup dan semua melek untuk berdiri dan menuju pintu keluar, yang artinya 

BEBAS!



HANA (V.O)

Yaa kayak biasa setelah rapat semua meninggalkan ruangan ini kecuali kita bertiga. Gue, Guntur, sama Beno. Gue sama Guntur kenal Beno waktu kuliah. Beno itu kakak tingkat kita sekaligus senior organisasi yang humblenya bukan main. Nongkrong berkali-kali asiknya nggak pernah abis, makanya kita bertiga memutuskan untuk bersahabat apapun yang terjadi.


HANA

Capek banget, untung entar malem minggu


‘Tosss’

Beno dan Hana langsung tos mengingat bahwa besok adalah hari santai santai sedunia.


GUNTUR

Sialan, si Alim itu malah besok ngajak gue ketemu lagi


Guntur menunjukkan wajah kesal sedangkan kedua sahabatnya kompak tertawa puas.

BENO

Sorry tur, kalo lo bilang dari awal temen lo itu orangnya ribet yaa gue pasti nanya dulu sebelum sepakat handle nikahan dia.


HANA

Ladang cuan tur, Alim kan anak orang kaya. Lagian nih yang kenal dia cuma lo, jadi selamat menjalankan tugas


GUNTUR

Karyawan setan, bos malah disuruh-suruh


BENO

Btw, selamat ulang tahun pertemanan lo berdua yang ke 20 tahun

Beno bersalaman dengan Guntur dan Hana tanda mengucapkan selamat untuk mereka berdua.


2. INT. KANTOR GA EVENT- SIANG HARI


Selepas istirahat,15 orang penghuni gedung sewaan itu sibuk dengan laptopnya masing-masing. Namun, bisa dipastikan tiga orang dari mereka fokus main game. Guntur, Erik, dan Nino. Kalau kalian tanya kenapa Erik sama Nino nggak diomelin? Jawabannya simpel. Erik dan Nino memang sering main game di jam kerja, tapi kalau sudah dikasih tugas, mereka akan menyelesaikannya dengan cepat dan tanpa cela.


BADRA

Rik, bantuin gue bentar!


ERIK

Sini gue kerjain aja!


Kerjaan yang normalnya bisa diselesaikan dalam waktu 2-3 jam, Erik mampu menyelesaikannya dalam waktu kurang dari satu jam saja. Makanya meskipun Erik suka seenaknya, Guntur, Gue, maupun Beno nggak pernah marahin dia.


ERIK

Nih Bad! 


BADRA

Mweheee... thanks ya Rik


ERIK

Yoi


HANA(V.O.)

Lihat sendiri kan?




Dari Erik yang sibuk main game, kita beralih ke Hana yang dari tadi sibuk memukul-mukul mesin printer karena sepertinya sudah rusak. Perusahaan WO yang masih tergolong baru itu memang sedang sibuk mempersiapkan acara pernikahan yang cukup mewah untuk salah satu teman Guntur yang banyak mau.


Hana (V.O)

Banyak banget yang nanya gue, nyesel nggak milih kerja disini? Yaa sedikit gue bilang.  Dulu, gue nyaris aja kerja jadi salah satu staff di perusahaan e-commerce tapi nggak jadi karena luluh sama permohonan sahabatnya sendiri. Lihat kan? Gimana ribetnya kerja dikantor ini. Liat aja Guntur, orang bucin + goblok tapi nekat bikin WO dengan modal uang warisan. Untung aja gaji gue lumayan, kalo nggak sih gue nggak bakalan mau kerja disini meskipun Guntur nangis darah di kaki gue. Gedung ngontrak, mobil second, sampe printer + beberapa barang-barang yang beli dipasar loak. Sebenernya gue juga bingung kenapa masih ada 12 orang selain gue sama Beno yang mau kerja di sini.


Guntur terlihat menutup laptopnya lalu berjalan ke arah pintu keluar melewati depan meja Hana.

GUNTUR 

(Berbisik pada Hana)Han gue pulang duluan, mau dinner sama bebeb Ica


Hana yang tersulut emosi karena printer sontak berteriak.


HANA

TERSERAHHHHHHHHH!

(beat)


Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar