Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
1.INT.RUMAH ALVIN-RUANG KELUARGA-PAGI
Pak Dedi melihat Bima keluar dari kamar Alvin. Dia segera menghampiri dan memeluk Bima erat.
PAK DEDI
(Melepaskan pelukannya)
Kamu sehat, Bim?
BIMA
Alhamdulilah, Om. Maafin Bima ya, Om.
Baru bisa takziah. Bima tahu dari Dimas semalam.
PAK DEDI
(Berjalan menuju sofa ruang keluarga dan duduk)
Papa kamu tahu, Alvin sudah meninggal?
BIMA
(Mengikuti Pak Dedi dan duduk)
Semalam Bima sudah kasih tahu lewat telepon, Om.
Bu Sarah muncul dari arah ruang makan.
PAK DEDI
Mah, ke pihak WO sama catering sudah di cancel?
BU SARAH
(Duduk di sofa)
Sudah, Pah. Semalam Mama cancel.
Bima menelan ludah mendengar percakapan Pak Dedi dan Bu Sarah.
BIMA (VOICE OVER)
Kasihan, Anggit.
Hari pernikahannya kandas karena takdir yang telah Tuhan gariskan.
PAK DEDI
Ke KUA-nya, gimana? Sudah di cancel juga?
BU SARAH
Masalah KUA, Pak Idrus yang urus, Pah. Mungkin sudah di cancel juga.
BU SARAH (CONT’D)
(Berkaca-kaca)
Kasihan Anggit, Pah. Mama nggak sanggup lihat Anggit saat ini,
dia sangat teluka dengan kepergian Alvin.
PAK DEDI
(Mengangguk dengan mata berkaca-kaca)
Ini sudah jalan Tuhan, Mah.
Kita tidak bisa mengelak dari semua ketetapan-Nya.
BIMA
Om, Tante.
Bima paham dengan perasaan Om dan Tante saat ini. Semoga Om dan Tante bisa ikhlas dengan kepergian Alvin. Bima akan selalu mengirim doa untuk Alvin.
PAK DEDI
Terima kasih, Bim.
Maafkan semua kesalahan Alvin, ya.
BIMA
(Mengangguk)
Iya, Om. Oh ya, Bima mau ziarah dulu ke makam Alvin.
BU SARAH
Sarapan dulu, Bim?
BIMA
(Sambil berdiri)
Nggak usah, Tan. Nanti saja sepulang ziarah.
PAK DEDI
Ya sudah, hati-hati, ya.
Pemakamannya dekat kok, keluar komplek sedikit. Ada TPU Sakura.
Bima hanya mengangguk, dan beranjak menuju TPU Sakura.
CUT TO :
2.EXT.TPU SAKURA-PAGI
Anggit memandangi gundukan tanah yang masih merah. Diusapnya nisan atas nama Alvin itu. Anggit tak kuasa menahan tangis. Dia tak sadar bahwa Bima berdiri di belakangnya.
ANGGIT
(Terisak-isak)
Alvin, aku tidak tahu seberapa banyak kebohongan yang kamu sembunyikan dariku.
Tapi, semua kekecewaan itu terkalahkan oleh rasa sayang aku sama kamu. Berat bagi aku membenci kamu, membenci setiap kesalahan yang telah kamu lakukan pada Bima. Hatiku tak bisa digantikan dengan kebencian. Aku sayang kamu, Vin.
Anggit mengusap air matanya. Bima melangkah ke sebelah Anggit. Kedua mata Anggit menatap sepasang kaki, kepalanya bergerak ke atas.
ANGGIT
(Berdiri perlahan)
Bima!
Bima tak kuasa menatap gadis di depannya. Mata yang bengkak dan merah serta wajah yang pucat dan lelah. Bima menahan air matanya yang hampir tumpah. Dia tidak kuat melihat wanita yang dia sayangi sejak lama itu dirundung pilu seperti ini.
Kedua tangan Bima bergetar, ingin sekali dia memeluk wanita di hadapannya itu. Namun, akal sehat masih bisa dikendalikannya.
Bima berjalan ke nisan Alvin. Dia menjongkokkan tubuhnya.
BIMA
(Mengusap nisan)
Hai, Vin. Maaf aku baru datang.
Kamu jangan cemas, meski sekarang aku tahu apa yang sudah kamu lakukan sama aku. Aku janji, aku akan ikhlas memaafkan semuanya. Kamu yang tenang di sana.
ANGGIT (VOICE OVER)
(Anggit menatap lekat Bima)
Bima, jadi kamu.. pahlawan aku yang sebenarnya. Kenapa aku tidak peka selama ini. Maafkan aku, Bima.
Bima menaburkan bunga yang di bawanya. Tak lama dia segera berdiri.
ANGGIT
kapan kamu datang, Bim?
BIMA
Semalam, Git. Dari Jakarta aku langsung ke sini, aku nginap di rumah Om Dedi.
Kamu mau pulang sekarang? Biar aku antar.
Anggit mengangguk pelan. Keduanya beranjak meninggalkan makam Alvin.
CUT TO :
3.INT.RUMAH ANGGIT-RUANG TAMU-PAGI
Bu Maya dan Pak Idrus menyambut hangat kedatangan Bima, meski masih dirundung pilu, mereka tetap masih bisa tersenyum di depan Bima.
BIMA
(Sambil duduk)
Maafin Bima, Tante, Om. Bima baru bisa takziah.
BU MAYA
(Tersenyum)
Iya, Bim. Enggak apa-apa.
SOUND EFFECT – suara ponsel Pak Idrus berbunyi
PAK IDRUS
(Menatap istrinya dan Anggit)
Dari KUA
BU MAYA
(Menatap suaminya)
Ya sudah, Pah. Cepat di cancel saja.
Pak Idrus mengangguk pelan. Saat dia hendak menekan tombol terima, Bima beranjak dengan cepat dan menahan tangan Pak Idrus. Anggit dan Bu Maya menatap heran atas sikap Bima, begitu pun dengan Pak Idrus.
BIMA
(Mencoba tenang)
Jangan di cancel, Om. Biar Bima yang menggantikan mempelai laki-lakinya.
Bima yang akan nikahin Anggit.
Hening, hanya detak jam di dinding yang terdengar. Bima menjatuhkan tubuhnya dan meminta restu pada Pak Idrus dengan mencium kakinya. Pak Idrus dengan cepat mengangkat tubuh Bima.
PAK IDRUS
(Menatap Bima)
Kamu yakin, Bima?
BIMA
Bima yakin, Om.
Anggit berlari meninggalkan ruang tamu menuju kamarnya, pintunya di tutup rapat. Terdengar tangisnya pecah di dalam kamar. Bu Maya hanya menelan ludah.
BU MAYA (VOICE OVER)
Anggit, Mama tahu ini berat buat kamu.
Tapi, memang hanya Bima yang pantas menggantikan Alvin.
BIMA (VOICE OVER)
(Memandang kepergian Anggit)
Git, aku tahu tak ada tempat di hatimu untukku. Tapi, aku nggak bisa melihat kamu rapuh seperti ini.
CUT TO :
4.INT.RUMAH SAKIT BINA KELUARGA-RUANG INFORMASI-SIANG
TIARA
(Menatap Ina)
Jadi, semalam Dokter Bima masih hubungi kamu, In?
INA
Iya, Dok.
Tapi saat saya mau hubungi Dokter Bima kembali, Hp-nya tidak aktif.
TIARA (VOICE OVER)
(Cemas)
Bima, kenapa, sih?
Cutinya kan seharusnya tanggal 10. Kok malah minta hari ini. Mana dia nggak hubungi aku lagi.
Tiara kembali menghubungi nomor Bima, tapi tetap masih tidak aktif.
CUT TO :
5.INT.RUMAH ANGGIT-KAMAR-SIANG
Bu Maya menghampiri Anggit di kamarnya. Dilihatnya Anggit termenung sambil duduk di meja kerjanya.
BU MAYA
(Memegang kedua bahu Anggit)
Kamu temui Bima dulu gih di depan, kasihan dia menunggu kamu dari tadi.
ANGGIT
(Berbalik memandang Mamanya)
Untuk apa, Mah?
BU MAYA
Kasih Bima keputusan agar dia tidak menunggu harapan yang tak pasti.
Lama, Anggit hanya terdiam. Sampai akhirnya dia beranjak, dan berjalan menemui Bima.
CUT TO :
6.EXT.RUMAH ANGGIT-TERAS DEPAN-SIANG
Tatapan Bima beralih ke daun pintu, terlihat Anggit berdiri di sana. Bima melukiskan senyum ke arahnya. Wajah Anggit masih terlihat penuh duka.
Anggit berjalan ke arah Bima dan duduk di sampingnya.
ANGGIT
(Memulai percakapan)
Kamu pulang saja, Bim. Apalagi yang kamu tunggu di sini?
BIMA
(Memandang Anggit dari samping)
Aku nggak akan pernah pulang, sebelum kamu memberi keputusan?
ANGGIT
(Meninggikan suaranya)
Keputusan apa?! apa yang kamu mau?
Anggit menatap Bima tajam. Terlihat jelas bola mata Anggit yang membulat.
ANGGIT (CONT’D)
Aku nggak butuh belas kasihan dari kamu, Bima!
BIMA
Belas kasihan apa maksud kamu, Anggit?
ANGGIT
Kamu mau menggantikan Alvin dan menikahi aku hanya karena iba dengan kondisi aku sekarang, kan?! Aku nggak butuh, Bim. Lebih baik kamu pergi sekarang dan jangan temui aku lagi!
Anggit beranjak dari duduknya, dengan cepat Bima menahan lengan Anggit.
BIMA
Aku sayang sama kamu dari dulu, Git. Dan rasa itu masih ada sampai sekarang.
Perlahan Bima melepaskan lengan Anggit, Anggit berbalik menatap Bima.
BIMA (CONT’D)
Jika memang tidak ada tempat buat aku di hati kamu, aku nggak akan memaksa, Git.
Mungkin, aku harus lebih kuat menerima kenyataan, karena takdir tak mengizinkan kamu untuk aku.
Anggit pergi meninggalkan Bima tanpa sepatah kata pun yang terucapkan.
CUT TO :
7.INT.RUMAH ALVIN-RUANG KELUARGA-SORE
PAK DEDI
Jadi, kamu mau menggantikan posisi Alvin?
BIMA
Sebenarnya, siapapun orangnya dia nggak akan bisa menggantikan posisi Alvin di hati Anggit, Om. Karena Bima tahu, Anggit sangat mencintai Alvin. Dan sepertinya, Bima nggak ada harapan Om, karena Anggit sama sekali nggak merespon niat baik Bima.
BU SARAH
Mungkin Anggit sedang menimbang-nimbang, Bim.
Kamu sabar dulu.
PAK DEDI
Sebenarnya, Om berat mengizinkan kamu, Bim. Karena yang seharusnya bahagia dan menikahi Anggit adalah Alvin, bukan kamu. Tapi, Om nggak bisa mengorbankan Anggit. Anggit harus bahagia.
BU SARAH
Tante sama sekali nggak keberatan Anggit menikah dengan kamu, Bim. Karena Tante yakin kamu bisa membahagiakan Anggit.
BIMA
Terima kasih, Om, Tante.
Tapi keputusan tetap ada di tangan Anggit, Bima nggak bisa memaksa.
CUT TO :
8.INT. KAMAR ALVIN-SORE
Bima menyalakan ponselnya yang sejak pagi di charge. Dia mulai membaca chat satu-satu. Tak lama dia memanggil kontak Tiara.
TIARA (ONLY SOUND)
(Dalam telepon)
Hai, Bim. Kamu kemana aja, dari pagi aku hubungi kamu nggak aktif terus. Kamu baik-baik aja, kan?
BIMA
(Sambil tiduran di kasur)
Aku baik-baik aja kok, Ra. Dari semalam HP aku mati, maaf ya.
TIARA (ONLY SOUND)
Kapan kamu balik ke Bandung?
Cuti untuk tanggal 10 itu udah aku ajuin ke Dokter Mona.
BIMA
Kamu cancel aja cutinya, Ra. Kita nggak jadi pergi?
TIARA (ONLY SOUND)
Lho, kenapa, Bim?
BIMA
Nanti aku ceritain semuanya, ya. Besok kita jaga siang, kan?
TIARA (ONLY SOUND)
Ya udah, aku tunggu ya, Bim.
BIMA
Ok, Ra. Malam ini aku balik ke Bandung.
TIARA (ONLY SOUND)
Hati-hati ya, Bim.
Bima menutup panggilannya. Kemudian membuka pesan dari Ina.
INA (ONLY SOUND)
(Dalam pesan)
Selamat siang Dokter Bima, tamu yang mau menemui Dokter waktu itu, atas nama Bapak Alvin Dio Nugraha dari PT GLOSS INDONESIA yang beralamat di Sukabumi.
BIMA (VOICE OVER)
Ternyata Alvin memang menemui aku dulu sebelum dia meninggal.
Bima beranjak dan berjalan menghampiri foto Alvin berukuran 5R yang dipajang di meja kerjanya. Bima meraihnya, dan memandanganya dengan lekat.
BIMA
Betapa besar cinta kamu sama Anggit, Vin. Sampai-sampai kamu menjatuhkan aku demi mencapai keinginan kamu. Tapi, tak ada alasan untuk aku tak memaafkan kamu. Aku ikhlas, Vin.
SOUND EFFECT – Suara ponsel Bima berbunyi.
Bima menyimpan kembali foto Alvin di tempatnya. Dia segera meraih ponsel.
BIMA
(Dalam panggilan)
Hallo, Pah.
PAK IDRUS (ONLY SOUND)
Papa harus gimana ini, Bim? Apa Papa harus ke Sukabumi?
BIMA
Nggak usah, Pah. Soalnya, selepas maghrib Bima juga mau pulang lagi ke Bandung.
PAK IDRUS (ONLY SOUND)
Ya sudah kalau begitu. Salam buat semua di sana, ya?
BIMA
Iya, Pa. Nanti Bima sampaikan.
CUT TO :
9.INT.RUMAH ANGGIT-RUANG TAMU-SELEPAS MAGHRIB
BIMA
(Duduk di salah satu kursi)
Bima, mau pamit, Om.
Bima mau balik ke Bandung.
BU MAYA
(Kaget)
Malam ini, Bim?
BIMA
Iya, Tan. Besok Bima harus kembali ke Rumah Sakit. Lagipula, Anggit sepertinya tidak bisa menerima Bima, Tan.
PAK IDRUS
(Mengangguk dengan mata berkaca-kaca)
Sayang sekali ya, Bim. Tapi Om nggak bisa memaksa Anggit.
BIMA
(Berdiri sambil tersenyum)
Iya, Om. Bima ngerti, kok.
Ya udah, Om, Tante. Bima pamit, ya. Salam buat Anggit.
Pak Idrus dan Bu Maya menggangguk sambil tersenyum.
BU MAYA
Hati-hati, Nak.
SOUND EFFECT – Suara pintu kamar Anggit terbuka.
ANGGIT
(Berjalan ke arah Bima)
Bima!
Bima, Pak Idrus dan Bu Maya menoleh ke arah Anggit.
ANGGIT (CONT’D)
(Menahan tangan Bima)
Jangan pergi, Bim. Aku nggak mau kamu pergi untuk yang kedua kalinya.
Cukup untuk aku saat itu, saat kamu pindah ke Bandung.
Setiap malam aku menangisi dan mengingat kamu. Dan aku nggak mau itu semua terulang lagi. Dan jikapun kamu harus pergi lagi, ajak aku untuk menemani kamu. Jangan pergi tanpa aku, Bima.
Bima memandang Anggit dengan mata berkaca-kaca.
BIMA
Kamu serius, Git?
Anggit hanya mengangguk dan melukiskan senyum lebar ke arah Bima.
BIMA (CONT’D)
Dan itu artinya, kamu.... mau menikah sama aku, Git?
ANGGIT
(Mengangguk)
Iya, aku mau.
Bu Maya segera memeluk Anggit dengan bahagia.
BU MAYA
(Dalam pelukan)
Terima kasih, Nak. Mama yakin, Bima akan selalu membahagiakan kamu.
Pak Idrus merangkul Bima dengan hangat. Senyum bahagia terukir indah di rumah Pak Idrus. Langit malam Sukabumi seolah menghamparkan hangatnya untuk menyelimuti sebuah janji yang sebentar lagi akan terucap.
FADE OUT