Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Kepingan Hati Milik Anggit (Script)
Suka
Favorit
Bagikan
9. Undangan Pernikahan (ACT.9)

1.INT.RUMAH BIMA-KAMAR-MALAM

SOUND EFFECT – Ponsel Bima berbunyi

Bima menatap layar ponsel yang menyala. Satu pesan masuk lewat aplikasi Whatss App.

Tangannya segera meraih ponsel, buku ilmu kedokteran yang sedang dibacanya dengan posisi sambil duduk santai di atas tempat tidur di simpan dahulu di atas bantal.

Nampak Anggit mengirimkan gambar dalam pesannya. Tiba-tiba rasa sakit hadir kembali saat Bima membuka dan mendownload gambar yang dikirim Anggit. Sebuah undangan pernikahan Anggit dan Alvin.

BIMA

(Membaca undangan)

10 Oktober, 12 hari lagi, secepat itukah.

Ahhhh .. Kenapa aku masih mikirin Anggit sih.

Bima beranjak dan duduk di pinggir tempat tidur, dengan telapak tangan memegang kepalanya.

BIMA (VOICE OVER)

Udahlah, Bim. Ngapain sih lo masih mikirin Anggit.

Udah jelas-jelas dia memang bukan jodoh lo. 

Bima beranjak dan berjalan menuju dapur untuk mengambil minum, tanpa membalas pesan dari Anggit.

CUT TO :

2.INT.RUMAH DIMAS-RUANG TV-MALAM 

SOUND EFFECT – Suara ponsel Dimas berbunyi

Dimas segera meraih ponselnya yang tergeletak di atas meja ruang TV. Dia baru saja merekap penghasilan yang didapatkan hari ini dari penjualan ayam gepreknya.

DIMAS

(Membaca pesan)

Undangan pernikahan Anggit sama Alvin. 

Dimas mematung, pikirannya melayang pada Bima.

DIMAS (CONT’D)

Bima dapet undangan ini belum, ya? 

Tangan Dimas liar menyentuh layar ponsel. Dia melihat kontak Bima.

DIMAS (VOICE OVER)

Terakhir dilihat 10 menit yang lalu. Gua chat dia nggak, ya?

Ahh .. enggak deh kayaknya, nggak tega gua nanyainnya. 

Dimas membalas pesan dari Anggit.

DIMAS

(Mengetik)

.Selamat ya, Git. Gua usahain hadir

FADE OUT  

3.INT.RUMAH ALVIN-KAMAR-PAGI

Alvin merapikan dasinya di depan cermin, diraihnya jas hitam dari lemari pakaian juga ponsel dari atas meja kerjanya, sebelum keluar kamar dia menghubungi Anggit lewat ponselnya.

ALVIN

(Menelepon Anggit)

Kamu udah berangkat ke sekolah, Git? 

ANGGIT (ONLY SOUND)

Belum, Vin. Sebentar lagi, kamu sendiri udah berangkat ke kantor?

ALVIN

Belum, kamu berangkat sama Papa kamu atau gimana? 

ANGGIT (ONLY SOUND)

Aku bawa motor kayaknya, Vin.

Soalnya setelah pulang dari sekolah, aku mau nganterin beberapa undangan.

Oh, ya. Undangan ke Dimas sama Bima udah aku kirim lewat WA semalam.

ALVIN

(Kaget)

Kamu kirim undangan kita ke Bima?!

ANGGIT (ONLY SOUND)

Iya, Vin. Emangnya kenapa?

ALVIN

(Sedikit kesal)

Kenapa nggak bilang dulu ke aku, kalau kamu mau kirim undangan pernikahan kita ke Bima? 

ANGGIT (ONLY SOUND)

(Merasa aneh)

Lho, kenapa, Vin. Bima kan temen kita. Dan ... 

ALVIN

(Memotong ucapan Anggit)

Aku nggak suka kalau kamu chattan sama Bima. Itu aja kok. 

Alvin menutup teleponnya. Cemburunya bercampur dengan rasa takutnya sendiri.

Dengan sedikit kesal, Alvin keluar dari kamarnya menuju ruang makan.

CUT TO :

4.INT.SMPN 2 SUKABUMI-DALAM KELAS-SIANG

ANGGIT

(Mengakhiri pembelajaran sambil berdiri)

Baik, pertemuan kita dicukupkan sampai di sini. Jangan lupa untuk mempelajari kembali materi yang telah ibu sampaikan hari ini. Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuah 

Anggit segera menuju meja guru, meraih ponsel dan membukanya.

ANGGIT

(Kecewa)

Bima kok nggak bales chat aku, ya?

Anggit segera mencari nomor kontak Dimas. Tak lama diapun melakukan panggilan.

ANGGIT

(Menelepon)

Assalamualaikum, Dimas. 

DIMAS (ONLY SOUND)

(Menjawab telepon Anggit)

Waalaikumsalam, ada apa, Git?

ANGGIT

(Sambil duduk di kursi guru)

Mas, Bima kok nggak bales chat aku, ya? Cuma di read doang. 

DIMAS (ONLY SOUND)

(Merasa aneh)

Emang kamu chat apaan ke Bima?

ANGGIT

Aku kirim undangan pernikahan aku tadi malem, tapi kok nggak di bales, ya? 

DIMAS (ONLY SOUND)

Kamu chat ulang aja dia, tanya kenapa nggak di bales? 

ANGGIT

Aku nggak berani, Mas. Alvin tadi pagi bilang, dia nggak suka kalau aku chat Bima.

DIMAS (ONLY SOUND)

Lho, kenapa? Bukannya kalian temenan.

ANGGIT

Udahlah, nggak usah dibahas masalah Alvin. Aku juga nggak ngerti. Tolong tanyain ke Bima ya, Mas. Dan bilangin juga kalau dia harus dateng ke acara pernikahan aku. Wajib! 

DIMAS (ONLY SOUND)

Iya, aku telepon dia sekarang deh.

ANGGIT

(Tersenyum)

Makasih ya, Mas.

CUT TO : 

5.INT.RUMAH SAKIT BINA KELUARGA-RUANG IGD-SIANG

Tiara mendekati Bima yang baru saja memeriksa pasien.

TIARA

Makan siang dulu yuk, Bim.

BIMA

(Melirik jam tangannya)

Boleh, yuk.

Baru beberapa langkah Bima dan Tiara berjalan. Suara ponsel Bima berbunyi.

SOUND EFFECT – Suara ponsel Bima

Bima mengambil ponselnya dari saku dalam jas putihnya. Dilihatnya Dimas memanggil.

BIMA

(Menghentikan langkah dan melirik Tiara)

Bentar, ya. 

Tiara hanya mengangguk dan dia duduk di salah satu kursi tunggu ruang IGD.

BIMA

(Menggeser tombol terima)

Iya, Mas. Kenapa? 

DIMAS (ONLY SOUND)

Lo udah istirahat, Bim? Gua ganggu nggak?

BIMA

Iya, baru aja gua  istirahat. Kenapa emangnya? 

DIMAS (ONLY SOUND)

Barusan ada yang nanya sama gua, kenapa chatnya nggak di balas?

BIMA

(Mengerutkan dahi)

Chat siapa yang nggak gua balas?

DIMAS (ONLY SOUND)

Chat Anggit, dia kirim undangan pernikahan sama lo, kan? 

BIMA

(Duduk berhadapan dengan Tiara)

Iya, semalam dia kirim.

DIMAS (ONLY SOUND)

Nah itu, dia nanya kenapa nggak di balas chatnya.

Anggit tadi bilang ke gua, lo wajib hadir ke acara pernikahannya. 

BIMA

(Menggigit bibir)

Belum sempet, Mas. Gua semalam sibuk.

DIMAS (ONLY SOUND)

(Meledek)

Pura-pura sibuk atau patah hati?! 

BIMA

Siapa yang patah hati, ngawur kamu, Mas. Lagian kenapa nggak Anggit aja sih yang nelepon gua.

DIMAS

Dia nggak berani nelepon atau chat lo, Alvin ngelarang doi katanya. 

BIMA

(Merasa aneh)

Alvin ngelarang Anggit chat gua?! Kenapa??

DIMAS

Mana gua tahu, Bim. Udah ya, gua sibuk nih banyak yang beli.  Intinya Anggit berharap banget lo hadir di pernikahannya nanti. Bye. 

Bima menutup teleponnya dengan sebuah tanda tanya yang begitu besar.

CUT TO : 

6.EXT.KANTIN RUMAH SAKIT-SIANG

Tiara menatap laki-laki di depannya itu dengan perasaan aneh. Bima banyak diam setelah menerima telepon dari Dimas.

TIARA

(Menatap Bima lebih dekat)

Bim,

BIMA

(Menatap balik Tiara)

Iya, Ra. 

TIARA

Kamu kenapa, dari tadi kamu diem aja? 

BIMA

(Meminum air mineral)

Nggak ada apa-apa kok, Ra. 

TIARA

Bim, maaf kalau aku nggak sopan. Tadi aku denger nama Anggit, Alvin. Mereka siapa?

BIMA

(Menatap Tiara)

Mereka temen aku saat di Sukabumi. Oh ya, Ra. Kamu mau nemenin aku, nggak? 

TIARA

(Tersenyum lebar)

Kemana, Bim? 

BIMA

Aku mau ajak kamu ke pernikahan Anggit sama Alvin di Sukabumi.

Tanggal 10 Oktober nanti. Gimana, kamu mau?

TIARA

(Mengangguk bahagia)

Aku mau, Bim. Kita ajuin cuti sama-sama nanti ke Dokter Mona, ya? 

BIMA (VOICE OVER)

(Mengangguk sambil menatap lekat Tiara)

Akan ada waktu untuk aku membuka hati untuk kamu, Tiara. Dan aku sedang berusaha untuk itu. 

BIMA

(Menahan tangan Tiara saat hendak beranjak)

Kita foto dulu, yuk.

Tiara menatap Bima dengan mata berkaca-kaca. Dia hanya  mengangguk. Bima membuka aplikasi kameranya, dan mengarahkan kamera depan untuk mengambil foto mereka berdua. Tiara dan Bima sama-sama memamerkan senyumnya yang paling manis.

TIARA (VOICE OVER)

Setelah hampir enam tahun bersama-sama, baru kali ini kamu minta foto bareng, Bim. Semoga ada ruang yang terbuka untuk aku dalam hatimu. Bim. 

FADE OUT

 

 

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar