Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Kepingan Hati Milik Anggit (Script)
Suka
Favorit
Bagikan
7. Luka dan Rasa (ACT.7)

1. EXT.RUMAH DIMAS-TERAS DEPAN-MALAM

Bima menjatuhkan tubuhnya di teras rumah Dimas dengan rasa yang berkecamuk. Helmnya dibantingkan ke lantai.

SOUND EFFECT – Suara helm dibanting

BIMA

(Berteriak melepaskan amarah)

Aaaarrggghhhhh 

Tubuhnya tersungkur di ujung teras, kepalanya ditenggelamkan pada tumpuan kaki.

CUT TO : 

2. INT.RUMAH DIMAS-DAPUR-MALAM 

Dimas mendengar suara benda terbanting dan teriakan dari depan rumahnya. 

DIMAS

(Kaget)

Suara apaan, tuh?! 

Dimas segera berlari ke teras rumah untuk melihat keadaan yang terjadi.

CUT TO : 

3. EXT.RUMAH DIMAS-TERAS DEPAN-MALAM

Dimas kaget melihat Bima tersungkur dan menangis tersedu-sedu.

DIMAS

(Kaget)

!!!Bima

DIMAS (CONT’D)

(Mendekati dan menepuk bahu Bima)

?Hey, lo kenapa, Bim

Bima mengangkat kepalanya. Wajahnya begitu kusut. Dia berdiri dengan lunglai, Dimas membantunya untuk berdiri dan menggiringnya ke dalam rumah.

4. INT.RUMAH DIMAS-RUANG TV-MALAM

Bima menjatuhkan tubuhnya di sofa. Kedua telapak tangannya ditekankan di depan kepalanya. 

DIMAS

Lo kenapa, Bim?

Pulang dari Cisaat kok jadi kaya gini? 

Bima mengangkat kepalanya, menatap Dimas yang duduk di sofa sebelahnya, kemudian mengeluarkan ponselnya dari tas punggung yang dibawanya.

Bima membuka ponselnya, matanya nampak liar melihat layar ponsel.

BIMA

(Menyodorkan ponsel ke Dimas)

Nih, nomor Anggit. Dia tadi minta ke gua, nomornya dikasihiin ke lo. Lo hubungi dia duluan, terus jangan lupa nomor lo save juga di HP gua. 

DIMAS

(Meraih ponsel Bima)

Lo, ketemu Anggit? 

BIMA

(Mengangguk, mencoba menenangkan diri)

Gua ikut mandi ya, Mas?

DIMAS

Okeh.. lurus aja, samping dapur ada kamar mandi.

Nanti gua bawain handuknya setelah gua masukkan nomor Anggit. 

Bima mengambil baju ganti dari dalam tasnya. Dan membawanya ke kamar mandi.

Dimas dengan cepat memasukkan nomor Anggit ke kontaknya. Setelah itu, dia cepat berdiri untuk mengambil handuk. Belum sampai melangkah, ponsel Bima berbunyi.

SOUND EFFECT – Suara ponsel Bima

Dimas menatap layar ponsel.

DIMAS

(Membaca nama kontak yang memanggil)

Rumah Sakit Bina Keluarga, 

Dimas mengacuhkan panggilan itu, dia segera melangkah menuju kamarnya untuk mengambil handuk buat Bima.

SOUND EFFECT – Suara ponsel Bima kembali berbunyi

Mata Dimas kembali membaca nama kontak yang memanggil. 

DIMAS

Apa gua angkat aja, ya.

Siapa tahu penting, dari Rumah sakit nih soalnya. 

Dimas menggeser tombol terima. 

PERAWAT RUMAH SAKIT BINA KELUARGA (ONLY SOUND)

Hallo, selamat malam Dokter Bima. Maaf mengganggu waktu cutinya, saya perawat Erna hanya ingin mengabari, diagnosis pasien Dokter Bima atas nama Bapak Sukardi sudah saya kirim ke email Dokter, sesuai permintaan Dokter malam kemarin. 

DIMAS (VOICE OVER)

(Sangat kaget)

Dokter Bima!!

DIMAS

Baik, nanti saya sampaikan. Dokter Bima sedang di kamar mandi. 

PERAWAT (ONLY SOUND)

Baik, Pak. Tolong sampaikan, terima kasih. 

DIMAS

(Menutup panggilan)

Jadi, Bima itu dokter. 

CUT TO : 

5. INT.RUMAH DIMAS-KAMAR MANDI-MALAM

BIMA

(Teriak)

Dimassss ... mana handuk buat gua?! 

DIMAS (ONLY SOUND)

(Teriak)

Okeh, sebentar. 

Bima mengulurkan tangannya dari balik pintu untuk mengambil handuk yang diulurkan Dimas dari luar kamar mandi.

CUT TO :

6. INT. RUMAH DIMAS-RUANG TV- MALAM

Bima melihat Dimas sedang membolak-balik buku di depan TV.

BIMA

Ngapain lo, Mas? 

DIMAS

(Menengok ke arah Bima)

Ini gua lagi beresin buku. Oh iya, tadi ada telepon buat lo, terus gua angkat, karena takutnya itu penting, Bim. 

BIMA

(Menghampiri Dimas, dan meraih ponselnya dari atas meja)

Telepon dari siapa? 

DIMAS

Dari Rumah Sakit Bina Keluarga untuk Dokter Bima. 

BIMA

(Menatap Dimas, sambil tersenyum)

Oh ... 

DIMAS

Kenapa lo nggak mau cerita sama gua,

 kalau profesi lo itu dokter. 

BIMA

(Menatap Dimas lebih dekat)

Profesi itu, bukan buat diceritain ke orang-orang. Tapi, untuk dijalankan sesuai sumpahnya. Udahlah nggak usah dibahas, gua mau shalat Isya dulu, terus mau tidur. 

Bima melangkah ke depan kamar Dimas.

DIMAS

(Menunjuk pintu kamar)

Ini kamar lo, kan?

Dimas hanya mengangguk. Tanpa menunggu lama, Bima segera masuk ke kamar Dimas.

CUT TO :

7. INT.PERUMAHAN SAKURA-KAMAR ALVIN-MALAM

Alvin tak bisa memejamkan matanya. Dia melirik jam yang menggantung di dindingnya. Pukul 23.30.

ALVIN

(Merasa tak tenang)

Ahhh, kenapa sih Bima harus ketemu Dimas. Mana malam ini dia nginep di rumahnya lagi. 

ALVIN (CONT’D)

(Duduk menyandar di atas kasur)

Gimana kalau Bima cerita ke Dimas tentang janjinya yang nggak akan ganggu Anggit lagi. Terus, gimana kalau Bima nyuruh Dimas buat cerita semuanya ke Anggit, bahwa sebenarnya Bima lah yang meminta Dimas untuk enggak ganggu Anggit lagi, bukan aku. Ya ampuuun, gimana ya kalau Anggit tahu, bahwa aku udah banyak bohongin dia.  

Alvin keluar dari selimutnya. Menuju sebuah meja di sudut kamar. Dia membuka buku pribadinya. Diraihnya pulpen, kemudian tangannya mulai menuliskan sesuatu. 

CUT TO :

8. INT.PERUMAHAN SAKURA-KAMAR ANGGIT-DINI HARI 

Pukul 03.00 Anggit terbangun karena suara alarm dari ponselnya. Dia beranjak untuk menunaikan shalat tahajud. Tangannya mengambil ponsel untuk mematikan alarm. Sebelum mengambil wudhu, dia lebih dulu membuka aplikasi Whats App.

Sebuah nomor kontak baru mengirim pesan 4 jam yang lalu.

DIMAS (ONLY SOUND)

Hay, Git. Ini nomor gua, Save ya. Dimas 

Anggit membuka kiriman gambar dari Dimas. Nampak beberapa foto Bima yang sedang tidur. Dimas mengirim voice note.

DIMAS (ONLY SOUND)

Sepertinya Dokter Bima sedang mimpiin lo deh, Git. Hihihi 

ANGGIT

(Tertawa pelan sambil memperhatikan foto-foto kiriman Dimas)

Bima tetap terlihat tampan meski lagi tidur. 

ANGGIT

(Mengirim pesan)

Makasih, ya. Kamu langsung chat aku, Mas.

Kalau besok Bima balik lagi ke Bandung, bilangin hati-hati ya dari aku.

Bye. 

Anggit menambahkan beberapa emoji dalam pesannya.

CUT TO :

9. INT.RUMAH DIMAS-DAPUR-SUBUH

Dimas mencuci potongan daging ayam dalam wastafel, kemudian dia memasukkan ayam yang sudah bersih ke dalam wadah besar. Dilihatnya Bima baru keluar dari kamar mandi.

DIMAS

(Tetap mencuci potongan daging ayam)

Tadi gua buka HP, terus gua lihat ada chat dari seseorang yang minta dibilangin ke dokter Bima. Katanya kalau mau balik lagi ke Bandung, hati-hati. 

BIMA

(Menghampiri Dimas)

Siapa??

DIMAS

(Mengarahkan mata ke ponselnya yang diletakkan di atas meja makan)

Liat aja sendiri, tuh. 

Bima bergerak menuju meja makan. Dia membuka ponsel milik Dimas, dan membuka aplikasi Whats App. Tiba-tiba wajahnya berseri saat membaca chat dari Anggit.

DIMAS

(Berdehem keras)

Ehemmmmmmm!! 

BIMA

(Kaget)

Lo, kirim foto-foto gua pas lagi tidur ke Anggit? 

DIMAS

(Ketawa)

Hahaha, iya. 

BIMA

(Mendekati Dimas)

Sialan, lo!!! 

DIMAS

(Mematikan air dan berbalik ke arah Bima)

Lo, suka kan ke Anggit?

BIMA

(Menggigit bibir bawahnya)

Nggak penting juga kan kalau gua jawab. 

DIMAS

Bim, lo udah mapan.

Bagi para cewek punya suami profesi dokter, itu sebuah idaman.Dan gua yakin, kalau lo lamar Anggit dia pasti mau nerima lo. 

BIMA

(Tersenyum tipis)

Udah telat, Mas. 

DIMAS

(Mengerutkan kening)

 Telat gimana maksud, lo? 

BIMA

Anggit udah dilamar Alvin kemarin sore, dan gua menyaksikan kebahagiaan mereka itu. 

DIMAS

(Terkejut)

Alvin??

Bima hanya mengangguk pelan sambil mengangkat kedua aslinya dan segera meninggalkan Dimas yang masih mematung tak percaya.

DIMAS (VOICE OVER)

Apa karena itu, penyebab semalam Bima menangis? 

FADE OUT

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar