Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Kepingan Hati Milik Anggit (Script)
Suka
Favorit
Bagikan
5. Bertemu Kembali (ACT.5)

1.EXT.WARUNG MAKAN LESEHAN-HALAMAN PARKIR-SIANG

Bima memarkirkan motor ninjanya ke salah satu warung lesehan setelah perjalanan yang cukup panjang. Dia memperhatikan sekeliling jalan.

BIMA

(Tersenyum lega sambil membaca nama warung makan lesehan di depannya)

AYAM GEPREK PANGRAOSNA DI SUKARAJA

Akhirnya, sebentar lagi aku sampai.

Makan dulu, deh. 

Bima dengan segera turun dari motornya.

CUT TO : 

2. INT.PERUMAHAN SAKURA-RUMAH ALVIN-SIANG

Bu Sarah nampak sibuk mempersiapkan parsel yang akan di bawa ke rumah Anggit untuk acara lamaran anaknya. Satu paket parsel buah-buahan, satu set pakaian muslim Emma Queen, satu parsel tas dan sepatu Emory dan tiga buah kue.

Meski rumahnya satu blok dengan rumah calon besannya, bahkan mereka sudah saling mengenal satu sama lain, tapi dia tetap tak mau mengecewakan calon menantunya.

BU SARAH

(Melirik Alvin yang baru keluar kamar)

Batiknya sudah kamu cobain, Vin? 

ALVIN

(Mendekati Mamanya sambil melihat parsel-parsel yang sudah rapi)

Sudah, Mah. 

BU SARAH

Kamu suka sama warna dan modelnya?

ALVIN

(Mengangguk)

Suka banget, Mah.

Bagus.

Bu Sarah tersenyum puas, bagaimana Alvin tidak suka, batik yang akan digunakan keluarga mereka untuk melamar Anggit sengaja dipesan Mamanya dari butik ternama.

CUT TO : 

3.INT.WARUNG MAKAN AYAM GEPREK PANGRAOSNA-SIANG

Bima mengambil meja paling sudut, karena selain terlihat kosong dia juga bisa melihat lalu lalang jalan raya yang begitu padat.

Seorang wanita muda berhijab menghampiri, Bima sudah bisa menebak bahwa dia seorang pramusaji.

PRAMUSAJI

(Mengarahkan daftar menu ke meja)

Silahkan, Kang. Ini menunya. 

Bima segera memilih menu makan siangnya, dan tak lupa dia menandai es jeruk sebagai minumannya.

PRAMUSAJI

(Mengambil daftar menu kembali)

Baik, ditunggu ya, Kang.

Bima hanya mengangguk. Tak lama matanya menangkap satu sosok laki-laki berkemaja kotak-kotak dan sedikit berjenggot. Dia nampak mengantar seorang laki-laki ke luar warung. Tak lama laki-laki berkemeja kotak-kotak itu pun kembali masuk dan menuju meja kasir untuk melayani pembeli yang mau membayar.

Bima tak henti memperhatikan sosok itu. Bahkan sampai makanan pesanannya datang dan dilahap habis, matanya terus mengikuti gerak gerik laki-laki itu.

Bima segera beranjak dan menuju meja kasir. Kedua matanya beradu dengan laki-laki itu. lama mereka bertatapan, sampai akhirnya,

LAKI-LAKI PENJAGA MEJA KASIR

(Masih tetap menatap Bima)

Kayaknya ... gua kenal nih?! 

Bima hanya tersenyum lebar, dari awal dia sudah yakin bahwa laki-laki di meja kasir itu adalah Dimas. Dimas yang dia tolong saat jatuh ke jurang di perkemahan 13 tahun yang lalu.

DIMAS

(Mengarahkan telunjuknya ke arah Bima)

Bima!!

Lo, Bima, kan?! 

BIMA

(Mengangguk)

Apa kabar, Dimas?

Dimas segera merangkul Bima. Dalam pelukan mereka tertawa bersama.

CUT TO :

4. INT. RUMAH DIMAS-RUANG TAMU-SIANG

DIMAS

Gua nggak nyangka bisa ketemu lo lagi, Bim.

Jam berapa dari Bandung? 

BIMA

Sekitar jam enam tadi gua berangkat, makanya jam sebelas udah nyampe.

BIMA (CONT’D)

(Menunjuk warung makan yang berada di sebelah rumah Dimas)

Itu warung makan milik lo, Mas? 

DIMAS

(Mengangguk cepat)

Ya, Bim. Dan alhamdulilah, gua udah buka beberapa cabang ayam geprek yang tersebar di Sukabumi. 

BIMA

(Menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi dan melingkarkan kedua lengannya di depan dada)

Hebat lo, Mas. Gua ikut senang dengan keadaan lo sekarang. 

DIMAS

Dan lo sendiri gimana, Bim. Masih kuliah atau gimana?

BIMA

Gua nganggur, Mas.

Gua mau ngelamar kerja aja deh di warung lesehan lo,

biar pengunjung wanitanya makin banyak karena pramusajinya ganteng kayak gua. 

DIMAS

(Ketawa ngakak)

Hahahhaha, enggak. Gua nggak percaya, masa iya cowok ganteng dan setajir lo itu nganggur

BIMA

(Ikut tertawa)

Nanti juga lo bakal tau sendiri lah apa kerjaan gua.

Oh ya, terakhir kali lo ketemu Alvin sama Anggit kapan?

Gimana kabar mereka? 

DIMAS

(Mencoba mengingat)

Kapan pastinya terakhir gua ketemu mereka sih, gua lupa, Bim.

Karena saat gua duduk dibangku SMP, Bapak gua meninggal.

 BIMA

(Tersentak)

Bapak lo, meninggal?

Innalillahi, sorry, Mas. Gua nggak tahu. 

DIMAS

Iya, lo santai aja, Bim.

Terus setahun setelah itu, Ibu nikah sama orang sini.

Dan gua ikut pindah. Jadi, gua nggak tahu gimana pastinya keadaan Alvin sama Anggit.

Terus rencana lo, sekarang mau kemana? 

BIMA

Gua mau ke rumah Bi Esih, Mas. Setelah itu, gua mau ziarah ke makam Mama. 

DIMAS

(Menyelidik)

Yakin, mau ke rumah Bi Esih sama ziarah aja.

Emang kamu nggak mau nemuin Anggit atau Alvin dulu?

BIMA

(Tertegun)

Rencananya sih mau, tapi lihat nanti aja deh.

Oh ya, kalau nanti gua balik ke Bandung, gua mampir lagi ke sini lagi ya, Mas. 

DIMAS

Boleh banget, Bim.

Gua tunggu.

FADE OUT                           

5. EXT.DEPAN RUMAH BI ESIH-SIANG

Bima nampak pangling melihat keadaan rumah Bi Esih yang terletak di perempatan sebelum masuk komplek Perumahan Sakura. Teras rumahnya kini sudah disulap menjadi warung sembako.

BIMA

(Turun dari motor dan menghampiri warung Bi Esih)

Assalamualaikum, permisi.

SOUND EFFECT – Terdengar langkah kaki dari dalam warung.

Bi Esih muncul menghampiri Bima.

BI ESIH

(Tak mengenali Bima)

Waalaikumsalam, Mau beli apa, ya?

Bima hanya tersenyum melihat tingkah Bi Esih yang tidak mengenalinya.

BIMA

Apa kabar, Bi?

Bi Esih nggak kenal sama Bima? 

BI ESIH

(Heran)

BIMA????

Bima hanya mengangguk.

BI ESIH (CONT’D)

(Mulai mengingat)

Bima anaknya Pak Syamsul???

Ya, Allah ... Den Bima, meuni kasep pisan. Bibi sampe nggak kenal.

Hayu atuh masuk!

Bima meraih tangan perempuan paruh baya itu dan menyalaminya. Kemudian mengikutinya ke dalam rumah.

CUT TO :

6. INT.RUMAH BI ESIH-RUANG TAMU-SIANG

BI ESIH

(Sambil menyodorkan minuman teh)

Pak Syamsul sama Neng Ratu bagaimana kabarnya?

Kenapa nggak ikut juga kesini, Bibi kangen sama mereka. 

BIMA

(Duduk bersila)

Papa sama Kak Ratu sehat, Bi. Malah Kak Ratu sudah menikah dan punya anak. Namanya Nabila baru 5 tahun 

BI ESIH

(Tersenyum senang)

Alhamdulilah, pasti anak Neng Ratu geulis.

Kan mamanya oge geulis. 

BIMA

(Mengangguk)

Iya, Bi. Malah Nabila lebih cantik dari Mamanya.

Oh ya, Bibi sejak kapan buka warung? 

BI ESIH

Sebelum Papanya Den Bima pindah ke Bandung, Papa Den Bima memberikan uang pesangon buat Bibi. Uangnya Bibi pakai buat buka warung, biar awet.

 BIMA

Alhamdulilah, kalau memang uang dari Papa sangat bermanfaat buat Bibi. 

BIMA (CONT’D)

(Melirik jam di lengannya)

Udah jam satu, Bima mau ikut shalat Zuhur dulu, Bi.

FADE OUT

7. EXT.TOKO BUNGA-SIANG 

Bima menghentikan motornya tepat di parkiran toko bunga yang dulu selalu dikunjungi oleh dia dan Papanya jika mau ziarah ke makam Mamanya. Dari arah berlawanan seorang perempuan cantik berhijab dengan khimar berwarna ungu muda, juga nampak menghentikan motornya tepat di samping motor Bima.

Bima menatap lekat perempuan itu sebelum turun dari motornya, mereka sempat bertatapan. Perempuan itu hanya mengangguk sambil melukiskan senyum tipis ke arah Bima, kemudian masuk ke toko.

BIMA (VOICE OVER)

Aku nggak tahu kalau di sini ada perempuan yang lebih cantik dari Anggit.

Berhijab pula. Dia anak mana, ya?

Bima memperhatikan perempuan itu berbincang-bincang dengan penjual bunga. Tak lama perempuan itu keluar dari toko. Tatapan Bima kembali bertemu dengan kedua mata perempuan itu. Bima melemparkan senyum kearahnya. Dan kali ini dia mendapatkan balasan senyum yang begitu manis dari perempuan itu. 

BIMA (VOICE OVER)

Senyuman itu, Kenapa aku jadi inget ke Anggit? 

Sebelum pergi, perempuan itu menatap Bima kembali dan tersenyum. Sontak jantung Bima berdetak lebih kencang dari biasanya.

CUT TO :

8. EXT.PEMAKAMAN UMUM–SIANG

Bima meletakkan seikat bunga sedap malam di atas pusara bernisan Sari Hardianti. Air matanya jatuh.

BIMA

Mah, apa kabar?

Maaf Bima baru bisa mengunjungi Mama. Bima kangen sekali sama Mama.

Bima sekarang sudah menjadi seorang dokter, Mah. Seperti keinginan Mama dulu saat masih ada. Semoga doa yang selalu Bima panjatkan untuk Mama, sampai ke tempat di mana Allah menyimpan roh Mama. 

Bima memegang nisan itu sambil tersenyum. Dia melirik jam di lengannya.

BIMA (VOICE OVER)

14.45, sebentar lagi Asar. Sebaiknya aku ke rumah Anggit dulu untuk silaturahmi sama keluarganya, sekalian menunggu Asar dan ikut shalat di sana. Setelah itu, baru aku ke rumah Alvin untuk menginap malam ini

Bima mencium nisan Mamanya sebelum berdiri.

BIMA

Aku sayang sama Mama

Bima berdiri kemudian beranjak pergi.

FADE OUT

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar