Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
1.EXT.TPU SAKURA-SORE
Pemakaman Alvin berjalan dengan penuh haru. Anggit benar-benar terpukul atas takdir yang Tuhan berikan. Hari pernikahan yang dia mimpikan hanya tinggal sebuah harapan kosong. Berkali-berkali Anggit mengusap air mata yang tak pernah henti mengalir.
Bu Sarah dan Pak Dedi tak kuasa menahan air mata saat jenazah Alvin di semayamkan, tangisnya pecah, Pak Dedi merangkul istrinya dengan penuh kesabaran.
Bu Maya dan Pak Dedi serta Anggit dan Pak Idrus masih terdiam membisu di depan makam Alvin, meskipun para pelayat sudah mulai bergerak meninggalkan pemakaman.
BU SARAH
(Menjongkokkan tubuhnya sambil menangis)
Alvin, Mama masih nggak percaya dengan ini semua. Kenapa begitu cepat kamu meninggalkan Mama, Nak.
PAK DEDI
(Ikut berjongkok dan mengusap pelan punggung istrinya)
Kita harus ikhlas, Mah. Agar Alvin tenang di sana.
Tak ada yang bisa Anggit ucapkan selain desah tangis. Hidupnya sudah hampa, tak ada lagi harapan untuknya. Tubuhnya tiba-tiba lemas, tatapannya buyar, Anggit terjatuh dan pingsan.
Kecemasan terlihat di wajah Pak Idrus, jerit tangis Bu Sarah memanggil nama Anggit menggema. Pak Idrus segera membopong tubuh Anggit.
CUT TO :
2.INT.RUMAH SAKIT SEJAHTERA JAKARTA-LOBI-SORE
Bima berjalan di area lobi. Dia baru saja keluar dari ruangan Aula, acara seminar hari keduanya sudah selesai. Dari kejauhan supir Rumah Sakit bernama Pak Maman yang mengantarnya berangkat ke Jakarta nampak sudah berada di lobi.
PAK MAMAN
(Menyapa Bima setelah mendekat)
Selamat sore, Dokter Bima.
BIMA
(Tersenyum ramah)
Selamat sore, Pak.
PAK MAMAN
Dokter Bima mau langsung pulang ke Bandung, atau bagaimana?
BIMA
Insyaallah setelah shalat Isya kita pulang, ada yang perlu saya selesaikan dulu di hotel. Pak Maman ikut saya saja, kita makan, istirahat, dan shalat dulu.
PAK MAMAN
Baik, Dok.
Bima dan Pak Maman bergerak meninggalkan lobi.
CUT TO :
3.INT.RUMAH ANGGIT-KAMAR-WAKTU MAGHRIB
Anggit membukakan matanya dengan pelan, saat aroma minyak kayu putih tercium oleh hidungnya. Dimas dan Mamanya nampak sudah berada di sana. Mereka tersenyum bahagia setelah melihat Anggit sadar.
BU MAYA
(Dengan mata berkaca-kaca)
Alhamdulilah, Nak. Kamu sudah sadar.
Anggit menangis kembali saat dia sudah kembali mengingat takdir yang terjadi padanya. Bu Maya memeluk anaknya dengan erat. Mata Anggit beradu dengan Dimas.
DIMAS
(Masih berdiri)
Maafin gua, Git. Gua baru bisa ke sini
ANGGIT
(Mengangguk dan melepaskan pelukan Mamanya)
Kamu sudah beritahu Bima, Mas?
DIMAS
(Menggeleng)
Belum, gua pikir lo udah hubungi dia.
ANGGIT
(Masih terisak)
Dari tadi pagi aku hubungi dia terus, sampai saat mau pemakaman pun aku sempat hubungi dia, tapi HP-nya nggak aktif.
DIMAS
Ya udah, sekarang gua coba hubungi Bima, ya?
Dimas mengambil ponsel dari saku kemejanya yang berwarna hitam. Tatapannya fokus pada layar ponsel, setelah kontak Bima ketemu dia segera menghubungi Bima.
SOUND EFFECT - Terdengar suara operator yang mengatakan nomor Bima tidak aktif.
DIMAS
(Menatap Anggit)
Belum aktif, Git
CUT TO :
4.INT.KAMAR HOTEL BIMA-WAKTU ISYA
Setelah semua barang-barangya dimasukan ke dalam koper dengan rapi, Bima baru sadar kalau ponselnya belum diaktifkan kembali semenjak dia masuk Aula untuk seminar. Layar ponsel menyala dengan terang. Matanya dipertajam saat melihat panggilan tak terjawab dari Anggit sebanyak 20 kali. Dia cek aplikasi Whatss App, sama Anggit pun berkali-kali melakukan panggilan lewat aplikasi ini. Bima membuka dulu pesan dari Dimas sebelum dia menelepon balik Anggit.
DIMAS (ONLY SOUND)
(Dalam pesan)
Bim, lo di mana?
Bima menekan nomor telepon Dimas dan menghubunginya.
CUT TO :
5.EXT.RUMAH ANGGIT-TERAS DEPAN-WAKTU ISYA
Dimas masih menemani Anggit dalam suasana dukanya. Mereka bercerita banyak tentang Alvin.
ANGGIT
(Terisak)
Aku bener-bener kehilangan sosok yang selama ini melindungi dan menyayangi aku, Mas. Ini bukan hanya tentang perasaan cinta aku pada Alvin, tapi sosoknya yang selama ini begitu baik padaku.
DIMAS
(Menatap Anggit)
Gua ngerti, Git. Gua paham. Sekilas, takdir ini seolah kejam buat diri lo, tapi ini jalan Tuhan. Lo harus ikhlas.
ANGGIT
(Menatap langit malam)
Aku begitu sangat menyayangi Alvin, dimulai saat dia meminta seorang Dimas untuk tak lagi menakaliku, bahkan sebelumnya dia selalu menolongku, mengembalikan jepit rambut kesayangan aku, mengembalikan tongkat pramuka aku, bahkan dia berusaha mengembalikan tali karet aku yang kamu rampas waktu itu, Mas. Satu hari pun aku nggak pernah melupakan pengorbanannya yang begitu banyak untuk aku.
DIMAS
(Kaget)
Maksud lo, Alvin yang melakukan semua itu untuk lo?
Anggit mengangguk pelan tanpa menoleh ke arah Dimas.
DIMAS (CONT’D)
Termasuk yang nyuruh gua untuk nggak ganggu lo lagi, lo pikir itu Alvin yang melakukannya?
ANGGIT
(Menatap Dimas heran)
Iya, memang betulkan, Mas? Kalau bukan Alvin, siapa yang mau melakukan itu semua untuk aku?
DIMAS
(Menggeleng-gelengkan kepalanya)
Bukan, Git. Bukan Alvin yang melakukan itu semua!
Anggit menatap Dimas tajam.
DIMAS (CONT’D)
Yang melakukan itu semua adalah Bima. Bima adalah orang yang sudah rela mengorbankan apapun untuk lo, termasuk yang menyuruh gua untuk tak lagi nakalin lo waktu itu. Bima datang ke rumah gua dua hari sebelum dia pindah ke Bandung, dia meminta gua untuk janji agar tak lagi nakalin lo, Git.
ANGGIT
(Tersentak dan tak percaya)
Nggak mungkin, itu nggak mungkin, Mas. Kamu bohong, kan?
DIMAS
Gua nggak bohong, Git. Kalau lo nggak percaya, tanya langsung ke Bima.
Dan lo tanya siapa yang rela bahunya sakit, hanya karena mau melindungi seorang Anggit dari bola kasti yang gua lempar. Lo tanya juga siapa yang mengorek-ngorek bak sampah hanya karena ingin menemukan jepit rambut kesayangan temannya.
ANGGIT
(Menganga)
Apaaaa ?? Enggak! Aku nggak percaya, Mas?!!
DIMAS
(Menelan ludah)
Terserah lo mau percaya atau nggak, tapi semua yang barusan gua bilang itu kenyataanya.
Anggit diam membisu. Air matanya kembali mengalir. Penuturan Dimas mengantar luka pada dirinya. Kesedihan karena kehilangan Alvin masih tertancap dalam hatinya, dan malam ini tancapan luka kembali menusuk hatinya saat dia mendengar sebuah kenyataan yang tak pernah dia kira sebelumnya.
Suasana hening itu sedikit mencair saat ponsel Dimas berbunyi.
SOUND EFFECT – Suara ponsel Dimas
DIMAS
(Melirik Anggit)
Bima, Git. Gua loudspeaker, ya?
DIMAS
(Menekan tombol terima)
Hallo, Bim. Lo kemana aja, sih? Seharian Anggit hubungi lo, nomor lo nggak aktif.
BIMA (ONLY SOUND)
Iya, Mas. Sorry. Kebetulan dari kemarin gua di Jakarta. Ada seminar. Ini baru mau balik lagi ke Bandung.
DIMAS
Terus, emang harus ya Hp lo dimatiin seharian?
BIMA (ONLY SOUND)
Yaa, nggak sih. Cuma gua orangnya emang gitu, kalau lagi ada acara penting kayak gini HP gua matiin, biar konsen aja ngikut acaranya. Emang ada apaan sih, Anggit ngehubungi gua sampe berkali-kali gitu. Bukannya Alvin nggak suka ya, kalau Anggit hubungi gua?
Dimas menatap Anggit, Anggit hanya menelan ludah dan tertunduk. Air matanya jatuh kembali.
DIMAS
(Menarik napas)
Bim, denger ya. Gua mau bilang sesuatu sama, lo!
BIMA (ONLY SOUND)
Kok, kaya serius gitu sih, Mas. Emang ada apaan?
DIMAS
Alvin meninggal tadi malem, saat perjalanan dari Bandung. Dia kecelakaan, dan sore tadi jenazahnya sudah dikuburkan
BIMA (ONLY SOUND)
Apaaa!!!!!
Alvin meninggal!!!
DIMAS
Iya, Bim. Ini gua lagi di rumah Anggit.
BIMA (ONLY SOUND)
Innalillahi Wainnailaihi Roojiun, terus keadaan Anggit sekarang gimana, Mas?
Dimas kembali menatap Anggit. Anggit menggelengkan kepalanya, kemudian berlari ke dalam rumah meninggalkan Dimas.
DIMAS
(Melihat kepergian Anggit)
Dia masih terpukul, bahkan dia sempat pingsan tadi di pemakaman.
CUT TO :
6.INT.KAMAR HOTEL BIMA-MALAM
Bima segera menutup teleponnya. Dia masih tidak percaya bahwa Alvin sudah pergi untuk selamanya. Ingatannya tertuju pada mimpi semalam.
BIMA
Semalam, Alvin minta maaf. Ya Allah .. Alvin
Bima segera membenahi semua barang-barangnya. Dan pergi meninggalkan kamar hotel.
CUT TO :
7. EXT.LOBI HOTEL-MALAM
Pak Maman berlari menghampiri Bima saat dilihatnya Bima keluar dari lift.
PAK MAMAN
Biar saya bantu, Dok.
BIMA
(Menatap Pak Maman)
Pak, malam ini saya harus ke Sukabumi. Sahabat saya meninggal kemarin malam. Jika berkenan, tolong bawakan barang-barang ini ke rumah. Saya mau ke Sukabumi menggunakan bis?
PAK MAMAN
Innalillahi Wainna Ilaihi Roojiun. Biar saya yang antar ke Sukabumi, Dok.
BIMA
(Menggeleng)
Nggak usah, Pak. Karena kemungkinan saya cuti, mungkin lusa baru kembali ke Bandung.
BIMA (CONT’D)
(Melirik ponselnya)
Saya duluan ya, Pak. Ojeg online sudah menunggu di depan. Saya mau ke terminal.
PAK MAMAN
Iya, Dok. Hati-hati.
Bima berlari meninggalkan lobi. Tak ada barang yang dia bawa, selain ponsel dan dompet.
CUT TO :
8.INT.KAMAR ANGGIT-MALAM
Anggit masih duduk di atas sajadah, tubuhnya dibaluti mukena. Dua kenyataan pahit telah meluluhlantakkan rasa dalam hidupnya.
ANGGIT (VOICE OVER)
Jika apa yang dikatakan Dimas itu benar, itu artinya selama ini aku berada dalam lingkaran kebohongan Alvin. Kenapa Alvin harus menyembunyikan semua pengorbanan Bima?
Kedua matanya kembali merebas. Anggit menjatuhkan tubuhnya dalam kehangatan sajadah.
CUT TO :
9.EXT.RUMAH ALVIN-DEPAN-TENGAH MALAM
SOUND EFFECT – suara pintu yang diketuk Bima
BIMA
(Mengetuk pintu)
Assalamualaikum, Tante Sarah, Om Dedi.
Lama Bima berdiri di depan pintu. Diliriknya jam di tangannya.
BIMA (CONT’D)
Sudah pukul satu malam, pantas saja. Mana mungkin jam segini Tante Sarah masih bangun.
Bima berjalan ke arah kursi depan. Dia menjatuhkan tubuhnya di sana. Tak lama Bima mendengar sesuatu.
SOUND EFFECT – Suara air yang dinyalakan dari dalam rumah.
Bima segera beranjak ke depan pintu.
BIMA
(Mengetuk pintu)
Assalamualaikum, Tante, Om. Ini Bima!
SOUND EFFECT – Suara langkah kaki di dalam rumah
Pintu terbuka, Bu Sarah tepat berada di depan Bima dengan mata bengkak.
BU SARAH
(Terkejut)
Bima!! Kamu dari mana malam-malam begini?
BIMA
(Menyalami tangan Tante Sarah)
Bima sengaja ke sini, Tan.
BU SARAH
Ayo masuk, Nak.
CUT TO :
10.INT.RUMAH ALVIN-RUANG KELUARGA-TENGAH MALAM
BIMA
(Duduk)
Bima turut berduka cita, Tante. Dan maaf Bima baru bisa ke sini.
BU SARAH
(Tersenyum)
Iya, Bim nggak apa-apa. Tante akan ikhlas, insyaallah.
Ini sudah malam, kamu harus istirahat. Kamu tidur di kamar Alvin saja.
BIMA
(Mengangguk)
Iya, Tan. Dan kalau boleh, Bima mau pinjem beberapa pakaian Alvin.
BU SARAH
Tentu saja, boleh, Bim. Kamu cari saja di lemarinya.
BIMA
Terima kasih, Tan. Kalau begitu, Bima ke kamar Alvin dulu.
Bu Sarah hanya mengangguk. Dan mempersilakan Bima.
CUT TO :
11.INT.KAMAR ALVIN-TENGAH MALAM
Bima menatap sekeliling kamar Alvin. Banyak foto Anggit di dinding kamarnya. Bima bergerak menuju meja kerja di sudut dekat jendela. Matanya menatap sebuah album foto. Dibukanya perlahan, foto-foto Alvin dan Anggit dari kecil hingga dewasa tertata rapi dalam album.
BIG CLOSE UP – Salah satu foto yang terpotong
BIMA (VOICE OVER)
Foto ini, seharusnya bertiga. Kenapa Alvin memotong gambarku? Tak ada satu pun foto aku di sini.
Bima menarik napasnya, dan menutup album foto itu. Matanya melihat sebuah buku tebal. Tangannya segera meraih buku tebal itu, dibukanya perlahan lembar demi lembar. Dadanya tiba-tiba bergemuruh hebat.
BIMA
Alvin, kenapa dia melalukan itu semua padaku?!!
Bima melihat lembaran berikutnya, tulisan Alvin yang terakhir tertanggal 05 Oktober.
ALVIN (OLNY SOUND)
(Dalam tulisan)
Hari demi hari ketakutanku semakin menjadi. Entah sampai kapan aku menyimpan kebohongan ini dari Anggit. Dan ketakutan akan kehilangan Anggit serasa terpampang di depan mata. Aku tahu, aku bodoh! Aku sudah mengkhinanati Bima. Aku sudah membalikkan pengorbanan Bima untuk Anggit atas namaku. Dan, apakah aku akan terus menyimpan kebohongan ini?
Baiklah, aku akan menemui Bima dan kubuang kepengecutanku di depan Bima. Aku akan bongkar semuanya. Aku akan meminta Bima untuk memaafkan semua kesalahan yang telah aku lakukan padanya. Karena aku, ingin memulai kehidupan baru dengan Anggit tanpa dibayang-bayangi ketakutan akan hadirnya Bima.
Bima ... maafkan aku, ketakutannku akan kehilangan Anggit telah membuat namamu tak berarti di depan Anggit.
BIMA (VOICE OVER)
Dimas bilang, Alvin kecelakaan setelah pulang dari Bandung.
Apakah dia sempat menemuiku di rumah sakit??
Bima segera membuka ponselnya, mencari nomor Ina, dan mengiriminya pesan.
BIMA
(Dalam pesan)
In, adakah seseorang yang menemuiku kemarin di rumah sakit? Hubungi aku besok secepatnya.
BIMA (CONT’D)
Kenapa Alvin tega sama aku?!
FADE OUT