Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Ekst. Di depan Rumah Kecil Kakek
Nenek itu mengangguk dan tersenyum, beberapa orang yang sedang duduk-duduk di teras rumah tadi juga menyambutnya. Mereka anak-anak Kakek
Laki-laki dewasa
Mari masuk nek.
Nenek
Baik, saya disini saja.
Laki-laki dewasa
Oh iya nek, silahkan duduk. (Ia memersilahkan kursi)
Laki-laki dan keluarganya tadi masuk bersama kedalam rumah.
Kakek tadi keluar dari rumah dengan membawa sebuah foto.
Kakek
Inikah suamimu?
Nenek
Iya, (ia mengambil foto itu)
Kakek itu diam. Nenek itu juga diam memandangi.
Kakek
Selama ini anda hidup dimana memang?
Nenek
Saya di Sungai Panjang, bersama cucu.
Kakek
Cucumu sudah besar?
Nenek
Iya, cicitku sudah akan menikah.
Kakek
Iya, kita memanglah sudah tua.
Nenek
Iya. (Ia masih memandangi foto itu.)
Mereka berdua saling diam, namun Kakek itu tersenyum melihatnya.
Nenek
Anda dapat foto ini darimana?
Kakek
Ada disuatu tempat
Nenek itu diam, ia senang dapat melihat foto itu.
Kakek
Bolehkah saya bercerita sesuatu?
Nenek
Iya, silahkan.
Kakek itu diam dan memerbaiki posisi duduknya.
Kakek
Mungkin memang saya tidak mengenal kakak dengan baik, tapi saya kenal suami kakak.
Mereka berdua saling diam dan saling diam. Suara jangkrik terdengar diantara dua orang yang terlihat lemas dan kumus-kumus belum mandi
Wajah nenek itu diam dan sedih, tapi ditahan.
Kakek
Suamimu orang baik, dia tidak melakukan hal yang buruk.
Nenek
Iya, terimakasih
Kakek
Tapi memang, ia tidak menjalankan kerja yang baik.
Nenek itu tenang, ia sudah tahu.
Kakek
Suamimu memang bekerja untuk hal yang buruk.
Nenek
Bagaimana bisa?
Kakek
Apakah suami kakak pernah cerita?
Nenek
Tidak pernah.
Kakek
Dia bekerja yang membuat banyak orang membencinya.
Nenek itu diam, ia membuang wajahnya. Ia tak percaya dan sinis.
Kakek
Yasudah, saya tidak ingin membahas suamimu.
Nenek itu diam. Kakek itu menarik nafas panjang dan membuang asap rokoknya.
Kakek
Nek, apa yang membuatmu tetap hidup. Apa yang membuatmu tetap bertahan sampai sekarang?
Nenek itu tak bergeming.
Nenek
Saya tidak tahu.
Kakek
Kakak mengenal saya?
Nenek
Mohon maaf, saya tidak begitu ingat.
Kakek
Yasudah, kakak beruntung.
Nenek itu diam.
Lalu anaknya keluar dari rumah sambil membawakan teh hangat. Sebentar saja, nenek itu meminumnya. Karena memang sekarang sudah masuk waktu puasa.
Nenek itu diam lagi. Kakek itu masuk kedalam rumah sebentar lalu keluar sambil membawa barang.
Kakek
Bukankah ini yang sering dibawa suamimu? (sambil memerlihatkan barangnya)
Nenek
Iya
Kakek itu memerlihatkan barang itu. Barang sebuah buku, kotak-kotak.
Nenek
Iya
Kakek
Kau mungkin tidak percaya, tapi memang suamimu persis seperti apa yang dikatakan kernet tadi.
Nenek
Dia preman?
Kakek itu mengangguk.
Nenek
Lalu kenapa ia harus mati?
Kakek
Saya tidak tahu.
Nenek
Iya, memang waktunya mati.
Kakek
Tapi kau tahukan dia dibunuh?
Nenek
Iya, aku tahu.
Nenek itu berdiri, ia hendak pamit karena kakek ini membingungkan.
Nenek
Terimakasih, saya tidak tahu lagi harus bagaimana.
Kakek itu berdiri, dengan wajah lesu.
Kakek
Tinggalah disini, aku akan mengantarmu esok hari. Kau mau tinggal dimana nanti?
Nenek
Aku tak tahu.
Kakek
Jangan pergi, kau ingin pergi kemana?
Nenek
Aku tak tahu.
Kakek itu masuk kedalam rumah untuk mengambilkan sesuatu. Ketika keluar, nenek itu tiba-tiba hilang.
Kakek itu menggaruk-garuk kepalanya kebingungan. Ia berlari, kesana kemari,
Ke tepi balai, ke tepi lapangan.
Temaram lampu.
Lalu orang-orang memandanginya pelan-pelan dan berkerumun disekitarnya.
Kakek
Ada yang melihat nenek? Seorang nenek-nenek?
Orang
Tidak
Kakek
Kemana dia?
Anak laki-laki kakek
Pak, kemana?
Kakek
Saya cari nenek tadi lho.
Anak
Memangnya kemana tadi?
Kakek itu berjalan cepat pulang ke rumahnya.
Anak
Memangnya siapa nenek tadi?
Kakek
Dia itu istri kawan bapak
Anak
Kawan yang mana pak?
Kakek
Kawan yang, ah kamu mungkin belum tahu, karena belum lahir.
Kakek itu berjalan cepat. Mencari sepedanya dan tenang. Mengeluarkannya dari rumah, anaknya melihati disampingnya bingung.
Anak
Sekarang memangnya kawan bapak dimana?
Kakek
Dia sudah tiada, 50 tahun lalu.
Anak
Lalu?
Kakek
Saya hendak mencarinya.
Anak
Mencari kemana memangnya?
Kakek itu diam berpikir, ia tuntun sepedanya dan duduk ditepian jalan gang sempit. Berjalan sambil berpikir.
Kakek
Mungkin dia ke rumah di belakang stasiun?
Anak
Rumah kosong itu? Cari siapa?
Kakek
Karena itu rumah suaminya.
Lalu tiba-tiba seorang kernet datang, kernet yang tadi naik bus bersama neneknya. Bersama dengan beberapa orang menaiki mobil bagus yang lumayan mewah dijalan.
Terlihat perempuan cantik turun dari berjalan didepan kakek itu. Bersama suami. Serta beberapa orang yang terlihat bersama orangnya tadi siang.
Kernet
Pak, ada yang mencari.
Kakek
Siapa ya? (kakek ini bersiap menggenjot sepeda anginnya)
Perempuan muda itu terlihat mendekat dari belakang.
Perempuan muda
Anda tahu kemana nenek kek? Katanya tadi nenek disini.
Kakek
Anda? Anda anak nenek tadi? (ia hanya mengira-ngira)
Perempuan muda
Bukan, saya cucunya.
Kakek
Anda yang cucunya dari Sungai Panjang.
Perempuan muda
Iya
Kakek
Nenekmu tadi bilang, dia ingin mengunjungi masa lalunya.
Kakek itu berpikir sebentar.
Kakek
Sekarang nenekmu tidak ada disini, tadi ada disini.
Perempuan muda
Kemana pak?
Kakek
Kemungkinan ke rumah suaminya,
Perempuan muda
Loh, masih hidup kakek?
Kakek
Dia sudah meninggal. Tapi rumahnya ada.
Perempuan muda
Saya tidak tahu kalau tadi sampai harus kesini. Saya juga tidak tahu kalau saya punya kerabat di Batu Besar.
Anak kakek itu berjalan dengan tenang mendekati kakeknya.
Anak laki-laki
Mungkin nenek ke kuburan pak.
Kakek
Mungkin, ayo kita berangkat saja.
Kakek itu menggenjot sepedanya melesat melewati angin. Sedang perempuan muda tadi langsung menaiki mobil dan menurutinya dari belakang.
Kakek
Dia mungkin tidak akan seperti ini, aku tak tahu.
Jalanan ke Batu Besar memang sedikit menanjak naik turun, kaki tua kakek masih semangat berjalan mengejari nenek yang mungkin sudah ada di kuburan.
Kuburan itu terlihat sedikit mengerikan, lampu temaram dan mungkin nenek ada disana.
Kakek itu turun dari sepedanya, dan mencari-cari. Dengan pancaran lampu yang temaram, ia mencari di pusara kawan lamanya.
Tapi ketika ia datang, ternyata nenek itu tak ada.
Kakek
Ia tak disini.
Perempuan muda dan suaminya menyusulnya dari belakang.
Perempuan Muda
Bagaimana kek?
Kakek
Nenekmu tidak ada disini.
Mereka berjalan kembali ke gerbang pemakaman.
Kakek
Kau tahu itu makam siapa tadi?
Perempuan muda
Tidak kek
Kakek
Itu makam kakekmu, kakek kandungmu.
Perempuan muda
Nenek tidak pernah cerita sedikitpun tentang kakek, juga ibu. Mereka tak pernah menceritakan kepadaku, siapa kakek.
Kakek
Iya, kau harus mengerti. Sekarang kita ke rumah saja. Nanti saya laporan pada walikota. Siapa tahu ia bisa membantu.
Perempuan muda
Baik kek. (wajahnya bingung dan terlihat pucat dan lemas)
Kakek itu menunggangi sepedanya kembali pada temaram-temaran kota, dengan kota yang sepi, bersih, dan tak begitu banyak orang disana.
Ketika hampir sampai dirumah, anak laki-laki kakek itu tiba-tiba mencegatnya diujung gang.
Anak laki-laki
Pak, saya tahu dimana nenek itu
Kakek
Dimana?
Anak laki-laki itu menunjuk tempat ibadah besar di samping balai sekitar lapangan.
Kakek
Ia disana?
Anak laki-laki itu mengangguk-angguk.
Perempuan muda dan suaminya mendekati terburu-buru.
Kakek
Nenekmu ada disana, masuklah nak. Tidak mengapa, ia disana ternyata dari tadi.
Perempuan muda itu mengangguk. Ia memandangi suaminya, suaminya mengangguk.