Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Jalan
Suka
Favorit
Bagikan
11. Skena 10 Bertemu Masa Lalu disaat Sekarang
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

Ekst. Di depan Rumah Kecil Kakek

Nenek itu mengangguk dan tersenyum, beberapa orang yang sedang duduk-duduk di teras rumah tadi juga menyambutnya. Mereka anak-anak Kakek

               Laki-laki dewasa

               Mari masuk nek.

               Nenek

               Baik, saya disini saja.

               Laki-laki dewasa

               Oh iya nek, silahkan duduk. (Ia memersilahkan kursi)

Laki-laki dan keluarganya tadi masuk bersama kedalam rumah.

Kakek tadi keluar dari rumah dengan membawa sebuah foto.

               Kakek

               Inikah suamimu?

               Nenek

               Iya, (ia mengambil foto itu)

Kakek itu diam. Nenek itu juga diam memandangi.

               Kakek

               Selama ini anda hidup dimana memang?

               Nenek

               Saya di Sungai Panjang, bersama cucu.

               Kakek

               Cucumu sudah besar?

               Nenek

               Iya, cicitku sudah akan menikah.

               Kakek

               Iya, kita memanglah sudah tua.

               Nenek

               Iya. (Ia masih memandangi foto itu.)

Mereka berdua saling diam, namun Kakek itu tersenyum melihatnya.

               Nenek

               Anda dapat foto ini darimana?

               Kakek

               Ada disuatu tempat

Nenek itu diam, ia senang dapat melihat foto itu.

               Kakek

               Bolehkah saya bercerita sesuatu?

               Nenek

               Iya, silahkan.

Kakek itu diam dan memerbaiki posisi duduknya.

               Kakek

               Mungkin memang saya tidak mengenal kakak dengan baik, tapi saya kenal suami kakak.

Mereka berdua saling diam dan saling diam. Suara jangkrik terdengar diantara dua orang yang terlihat lemas dan kumus-kumus belum mandi

Wajah nenek itu diam dan sedih, tapi ditahan.

               Kakek

               Suamimu orang baik, dia tidak melakukan hal yang buruk.

               Nenek

               Iya, terimakasih

               Kakek

               Tapi memang, ia tidak menjalankan kerja yang baik.

Nenek itu tenang, ia sudah tahu.

               Kakek

               Suamimu memang bekerja untuk hal yang buruk.

               Nenek

               Bagaimana bisa?

               Kakek

               Apakah suami kakak pernah cerita?

               Nenek

               Tidak pernah.

               Kakek

               Dia bekerja yang membuat banyak orang membencinya.

Nenek itu diam, ia membuang wajahnya. Ia tak percaya dan sinis.

               Kakek

               Yasudah, saya tidak ingin membahas suamimu.

Nenek itu diam. Kakek itu menarik nafas panjang dan membuang asap rokoknya.

               Kakek

Nek, apa yang membuatmu tetap hidup. Apa yang membuatmu tetap bertahan sampai sekarang?

Nenek itu tak bergeming.

               Nenek

               Saya tidak tahu.

               Kakek

               Kakak mengenal saya?

               Nenek

               Mohon maaf, saya tidak begitu ingat.

               Kakek

               Yasudah, kakak beruntung.

Nenek itu diam.

Lalu anaknya keluar dari rumah sambil membawakan teh hangat. Sebentar saja, nenek itu meminumnya. Karena memang sekarang sudah masuk waktu puasa.

Nenek itu diam lagi. Kakek itu masuk kedalam rumah sebentar lalu keluar sambil membawa barang.

               Kakek

               Bukankah ini yang sering dibawa suamimu? (sambil memerlihatkan barangnya)

               Nenek

               Iya

Kakek itu memerlihatkan barang itu. Barang sebuah buku, kotak-kotak.

               Nenek

               Iya

               Kakek

Kau mungkin tidak percaya, tapi memang suamimu persis seperti apa yang dikatakan kernet tadi.

Nenek

Dia preman?

Kakek itu mengangguk.

               Nenek

               Lalu kenapa ia harus mati?

               Kakek

               Saya tidak tahu.

               Nenek

               Iya, memang waktunya mati.

               Kakek

               Tapi kau tahukan dia dibunuh?

               Nenek

               Iya, aku tahu.

Nenek itu berdiri, ia hendak pamit karena kakek ini membingungkan.

               Nenek

               Terimakasih, saya tidak tahu lagi harus bagaimana.

Kakek itu berdiri, dengan wajah lesu.

               Kakek

               Tinggalah disini, aku akan mengantarmu esok hari. Kau mau tinggal dimana nanti?

               Nenek

               Aku tak tahu.

               Kakek

               Jangan pergi, kau ingin pergi kemana?

               Nenek

               Aku tak tahu.

Kakek itu masuk kedalam rumah untuk mengambilkan sesuatu. Ketika keluar, nenek itu tiba-tiba hilang.

Kakek itu menggaruk-garuk kepalanya kebingungan. Ia berlari, kesana kemari,

Ke tepi balai, ke tepi lapangan.

Temaram lampu.

Lalu orang-orang memandanginya pelan-pelan dan berkerumun disekitarnya.

               Kakek

               Ada yang melihat nenek? Seorang nenek-nenek?

               Orang

               Tidak

               Kakek

               Kemana dia?

               Anak laki-laki kakek

               Pak, kemana?

               Kakek

               Saya cari nenek tadi lho.

               Anak

               Memangnya kemana tadi?

Kakek itu berjalan cepat pulang ke rumahnya.

               Anak

               Memangnya siapa nenek tadi?

               Kakek

               Dia itu istri kawan bapak

               Anak

               Kawan yang mana pak?

               Kakek

               Kawan yang, ah kamu mungkin belum tahu, karena belum lahir.

Kakek itu berjalan cepat. Mencari sepedanya dan tenang. Mengeluarkannya dari rumah, anaknya melihati disampingnya bingung.

               Anak

               Sekarang memangnya kawan bapak dimana?

               Kakek

               Dia sudah tiada, 50 tahun lalu.

               Anak

               Lalu?

               Kakek

               Saya hendak mencarinya.

               Anak

               Mencari kemana memangnya?

Kakek itu diam berpikir, ia tuntun sepedanya dan duduk ditepian jalan gang sempit. Berjalan sambil berpikir.

               Kakek

               Mungkin dia ke rumah di belakang stasiun?

               Anak

               Rumah kosong itu? Cari siapa?

               Kakek

               Karena itu rumah suaminya.

Lalu tiba-tiba seorang kernet datang, kernet yang tadi naik bus bersama neneknya. Bersama dengan beberapa orang menaiki mobil bagus yang lumayan mewah dijalan.

Terlihat perempuan cantik turun dari berjalan didepan kakek itu. Bersama suami. Serta beberapa orang yang terlihat bersama orangnya tadi siang.

               Kernet

               Pak, ada yang mencari.

               Kakek

               Siapa ya? (kakek ini bersiap menggenjot sepeda anginnya)

Perempuan muda itu terlihat mendekat dari belakang.

Perempuan muda

               Anda tahu kemana nenek kek? Katanya tadi nenek disini.

Kakek

               Anda? Anda anak nenek tadi? (ia hanya mengira-ngira)

               Perempuan muda

               Bukan, saya cucunya.

               Kakek

               Anda yang cucunya dari Sungai Panjang.

               Perempuan muda

               Iya

               Kakek

               Nenekmu tadi bilang, dia ingin mengunjungi masa lalunya.

Kakek itu berpikir sebentar.

               Kakek

               Sekarang nenekmu tidak ada disini, tadi ada disini.

               Perempuan muda

               Kemana pak?

               Kakek

               Kemungkinan ke rumah suaminya,

               Perempuan muda

               Loh, masih hidup kakek?

               Kakek

               Dia sudah meninggal. Tapi rumahnya ada.

               Perempuan muda

Saya tidak tahu kalau tadi sampai harus kesini. Saya juga tidak tahu kalau saya punya kerabat di Batu Besar.

Anak kakek itu berjalan dengan tenang mendekati kakeknya.

               Anak laki-laki

               Mungkin nenek ke kuburan pak.

               Kakek

               Mungkin, ayo kita berangkat saja.

Kakek itu menggenjot sepedanya melesat melewati angin. Sedang perempuan muda tadi langsung menaiki mobil dan menurutinya dari belakang.

               Kakek

               Dia mungkin tidak akan seperti ini, aku tak tahu.

Jalanan ke Batu Besar memang sedikit menanjak naik turun, kaki tua kakek masih semangat berjalan mengejari nenek yang mungkin sudah ada di kuburan.

Kuburan itu terlihat sedikit mengerikan, lampu temaram dan mungkin nenek ada disana.

Kakek itu turun dari sepedanya, dan mencari-cari. Dengan pancaran lampu yang temaram, ia mencari di pusara kawan lamanya.

Tapi ketika ia datang, ternyata nenek itu tak ada.

               Kakek

               Ia tak disini.

Perempuan muda dan suaminya menyusulnya dari belakang.

               Perempuan Muda

               Bagaimana kek?

               Kakek

               Nenekmu tidak ada disini.

Mereka berjalan kembali ke gerbang pemakaman.

               Kakek

               Kau tahu itu makam siapa tadi?

               Perempuan muda

               Tidak kek

               Kakek

               Itu makam kakekmu, kakek kandungmu.

               Perempuan muda

Nenek tidak pernah cerita sedikitpun tentang kakek, juga ibu. Mereka tak pernah menceritakan kepadaku, siapa kakek.

Kakek

Iya, kau harus mengerti. Sekarang kita ke rumah saja. Nanti saya laporan pada walikota. Siapa tahu ia bisa membantu.

Perempuan muda

Baik kek. (wajahnya bingung dan terlihat pucat dan lemas)

Kakek itu menunggangi sepedanya kembali pada temaram-temaran kota, dengan kota yang sepi, bersih, dan tak begitu banyak orang disana.

Ketika hampir sampai dirumah, anak laki-laki kakek itu tiba-tiba mencegatnya diujung gang.

               Anak laki-laki

               Pak, saya tahu dimana nenek itu

               Kakek

               Dimana?

Anak laki-laki itu menunjuk tempat ibadah besar di samping balai sekitar lapangan.

               Kakek

               Ia disana?

Anak laki-laki itu mengangguk-angguk.

Perempuan muda dan suaminya mendekati terburu-buru.

               Kakek

               Nenekmu ada disana, masuklah nak. Tidak mengapa, ia disana ternyata dari tadi.

Perempuan muda itu mengangguk. Ia memandangi suaminya, suaminya mengangguk.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar