Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Jalan
Suka
Favorit
Bagikan
2. Skena 1 Pengenalan
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

Interior Kamar Inap Rumah Sakit             

Nenek tua terbaring lemas, mengeryip matanya, memerjih dan menutupi matanya dengan lampu.

Wajahnya lesu, ia sedih. Ia berusaha bangun dan duduk sebentar diatas dipan medis. Sesekali menutupi hidungnya, tak kuat aroma obat.

Nenek itu diam saja, wajahnya tenang, namun matanya sedikit sedih. Seringkali ia usapi matanya dan mengucek-uceknya.

Dengan menggunakan sandal lecet, ia berangkat pergi.

Suara tit.. tit.. tit.. mesin pengukur jantung bersuara. Nenek itu terganggu. Lalu ia memandanginya serta memandangi sekitarnya.

Nenek itu berupaya turun dari dipan medisnya, ia melipat selimut yang dipakainya tadi malam. Lalu pergi berjalan keluar membungkuk-bungkuk.

Berderet-deret dipan lain dilihatnya, namun kosong tak ada orangnya. Nenek itu tetap berjalan pergi.

Nenek itu berhenti di depan salah satu dipan, ia berhenti sejenak dan menghembuskan nafasnya pelan. Ia pegang ujung dipan dengan wajah sedih. Lalu ia pergi menuju pintu.

Pintu dibuka dan ditutupnya.

Interior Selasar Rumah Sakit

Nenek itu melihati sekitar, dengan tenang ia melihat ruang-ruang perawatan lain.

Berbagai orang dan perawat berlalu lalang disekitarnya.

Bangsal persalinan terlihat di sisi kanan, dan bangsal operasi di sisi kiri.

Orang-orang dari bangsal persalinan terlihat senang, mereka saling menatapi satu sama lain bahagia.

Terbuka pintu ruang operasi, dokter dan perawat yang keluar tersenyum dengan gembira.

Orang-orang yang sedang menunggu diluar ruang bersalin, masuk berkerumun kedalam dengan gembira.

Nenek itu tersenyum, berhenti sebentar memandangi pemandangan indah itu.

Lalu pandangannya beralih, kepada ruang operasi.

Orang-orang yang menunggu diluar ruang operasi dengan wajah murung dan sedih. Beberapa diantara mereka saling berpelukan menangis.

Dokter membuka pintunya, menggeleng-gelengkan kepalanya. Beberapa orang terlihat mendebat dokter yang diam saja di depannya itu.

Nenek itu memerhatikan dari jauh, ia ikut trenyuh melihatnya.             

Bapak dari Keluarga orang Bersalin

               Mau kemana nek?

               Nenek

               Mau pulang,

               Bapak-bapak

               Oh sudah sembuh nek. Rumahnya mana nek?

               Nenek

               Disana, (menunjuk luaran rumah sakit)

               Bapak-bapak

               Oh dekat nek?

               Nenek

               Iya pak, dekat.

               Bapak-bapak

               Hati-hati nek, tidak ingin bareng dengan kami?

               Nenek

               Tidak usah, merepotkan nanti.

               Bapak-bapak

               Ah tidak mengapa, ini hari pertama saya punya cucu. Jadi tidak mengapa.

               Nenek

               Oh, selamat pak, semoga bayinya sehat selalu. Laki-laki atau perempuan?

               Bapak-bapak

               Laki-laki nek

               Nenek

               Pasti gagah seperti kakeknya.

               Bapak-bapak

               Ah, nenek bisa saja.

Terlihat beberapa orang sedang sibuk mendorong dipan medis dengan seorang ibu muda yang menggendong bayi kecilnya.

Orang-orang itu senang dan mendorong dipannya pada bapak dan nenek yang sedang bercengkrama.

Senyum rekah keluar dari wajah ibu-ibu yang menemani disamping senyum rekah itu. Tangan ibu-ibu digenggam erat-erat oleh perempuan yang sedang menggendong anak terbungkus itu.

Dipan itu berhenti di depan bapak-bapak dan nenek itu. Nenek itu memandangi wajah kecil bayi itu dengan tenang.

Nenek itu sedikit sembab, ia senang, namun ia juga sedih.

               Bapak-bapak

               Ada apa nek?

               Nenek

               Saya senang, seperti yang saya bilang, dia akan gagah seperti kakeknya.

               Ibu-ibu

               Terimakasih nek, terimakasih banyak atas doanya.

Semua orang tersenyum. Termasuk perempuan yang barusaja melahirkan itu.

Nenek

               Dimana bapaknya memangnya?

               Bapak-bapak

               Bapaknya sedang tugas diluar negeri nek, esok hari katanya datang.

               Nenek

               Oh, pasti ia sangat bangga melihat ini.

               Ibu-ibu

               Pasti, apalagi dengan ibu seperti ini.

Nenek itu mendekati ibu baru yang sedang terkapar di dipan itu sambil mengelus-elus rambutnya tenang.            

Nenek

               Selamat nak, lihatlah dia, kecil dan tak bisa apa-apa. Ia nanti akan menjadi seseorang.

               Perempuan Ibu Baru

               Iya nek, terimakasih (jawabnya lemas sambil tersenyum)

               Nenek

Tenanglah, jangan terlalu bahagia. Karena anakmu bukan hadiah, ia titipan. Kau harus menjaga dan merawatnya baik-baik. (Sambil mengelus-elus rambut perempuan itu)

Di awal kehidupannya, ia akan mengenali apapun dan berpikir tentang apapun, rawat dia, rawat pikirannya, dan rawat hatinya. (Sambil memegang selimut bayi itu)

Jangan pernah engkau memaksa, karena dia sedang hidup, dia tidak sedang bekerja. Di hidup denganmu, bukan bekerja denganmu. Tolong, rawat ia baik-baik. (Nenek itu berbicara dengan semua orang yang mendampingi)

               Perempuan Ibu Baru

               Baik nek, terimakasih.

               Nenek

               Tolong sampaikan salamku pada suamimu, dia pasti bangga. Aku menjaminnya.

Wajah bapak dan ibunya terlihat bingung, seperti ada yang disembunyikan. Saling lirik, mereka sama-sama diam.

Saling tersenyum semuanya, tapi terlihat ada yang disembunyikan.

Seorang perawat datang dengan papan kertas ditangannya. Melihat papan nama di ujung dipan perempuan itu, perawat perempuan itu datang tersenyum.

               Perawat

               Ruangan sudah tersedia, mari saya antarkan.

Perawat itu mendorong dipan itu, semua keluarganya ikut. Meninggalkan nenek itu sendirian di selasar rumah sakit.

Nenek itu dengan senyum akhirnya berjalan pergi keluar rumah sakit. Ia memandangi sekitar dengan tenang.

Seorang laki-laki terlihat menahan tangis duduk di ujung selasar. Beberapa keluarganya mendekat dan ia diam saja.

Nenek itu mendekat, ia juga bingung melihati sekitarnya. Ia bertanya pada salah satu kerabatnya.

               Nenek

               Ada apa?

               Kerabatnya

               Istrinya sepertinya tidak bisa lagi diselamatkan.

               Nenek

               Dari apa?

               Kerabatnya

               Operasi.

Nenek itu diam, kerabatnya juga berusaha menenangkannya. Pandangannya mengarah pada laki-laki muda yang sekuat tenaga menahan tangis semampunya.

Wajahnya mengernyit keatas kebawah, nafasnya tersengal. Ia kebingungan dengan situasinya.

Matanya memerah, tubuhnya sangat gelisah. Semua orang berusaha menenangkannya.

               (Suara sayup-sayup dari keluarganya)

               Aku juga tak menyangka jika seperti ini, baru dua minggu mereka menikah.

Nenek mendengar suara itu, ia juga kaget. Tangannya menutupi mulutnya dengan kaget.

Nenek itu mendekati laki-laki itu.

               Nenek

               Gelisahlah, menangislah, tak mengapa.

Laki-laki itu menggeliat gelisah. Ia terlihat bingung dan memandangi kesana kemari sambil berusaha menutupi matanya.

               Nenek

               Menangislah nak.

               Laki-laki muda

               Aku tak tahu lagi nek

               Nenek

               Tak mengapa

               Laki-laki muda

               Ini salahku, ini salahku! (Teriaknya di selasar rumah sakit)

Nenek itu terlihat tenang sambil mengelus-elus pundak laki-laki itu. Diam dan tak banyak bicara, nenek itu terus-terus mengelus-elus pundak laki-laki itu.

Seorang bapak-bapak mendekat, mengelus-elus juga pundaknya.

               Bapak-bapak

               Tidak ada yang salah nak, tidak ada.

               Laki-laki

               Maafkan saya pak, saya tidak bisa menjaga putri bapak.

               Bapak-bapak

               Nak, ini bukan salahmu, ini sudah jalanNya (Bapak-bapak itu juga berusaha menutupi matanya, tapi terlihat tegar.)

Laki-laki dan bapak-bapak itu diam. Semua orang disekitarnya juga diam. Beberapa orang menyeka matanya yang sembab.

Laki-laki itu masih mendengus menangis, sedang bapak-bapak itu menepuk-nepuk pundak laki-laki itu.

Nenek itu diam, semua orang juga diam.

               Nenek

               Kita doakan yang terbaik, untukmu dan untuknya juga. Semoga dia mendapat yang terbaik.

               Bapak-bapak

               Amiiin..

Laki-laki itu diam saja. Wajahnya masih menyimpan marah, kecewa, dan memegangi mulutnya dengan raut kerasnya.

               Bapak-bapak

               Ikhlaskan nak, ikhlaskan…

Semua orang diam, termasuk nenek itu.

               Nenek

               Iya nak, itu lebih baik, untuknya dan untukmu.

Laki-laki itu akhirnya pergi berjalan menuju ruang operasi. Dengan wajah marah dan gelisah, ia berjalan pergi kesana. Beberapa orang mengikuti dan mencoba menasehatinya pelan-pelan.

               Bapak-bapak

               Terimakasih nek, nenek mau kemana?

               Nenek

               Mau pulang pak. Memangnya ada apa dengan anak bapak?

               Bapak-bapak

               Ia sekarang koma, dokter sudah angkat tangan. Kami hanya bisa mengikhlaskan.

               Nenek

               Iya pak, harapan selalu ada.

Nenek dan bapak-bapak itu saling diam. Seorang ibu-ibu datang tergopoh-gopoh menahan tangis, dan menyereta bapak-bapak itu berjalan masuk kedalam ruang operasi juga.

Nenek itu akhirnya sendiri, dengan senyum yang cukup berat, ia berjalan keluar rumah sakit.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar