Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Kedua nenek itu berjalan kedepan tempat ibadah. Berjalan apa adanya.
Nenek Pemuka Agama
Memangnya kakak rumahnya mana?
Nenek
Saya tidak punya rumah. (Jawabnya ramah)
Nenek Pemuka Agama
Sekarang memangnya tinggal dimana?
Nenek
Tidak tahu (katanya sambil mengucek-ucek matanya)
Nenek Pemuka Agama itu bingung.
Nenek Pemuka Agama
Tadi memangnya nenek darimana? Duduk sini saja dulu. Tidak mengapa.
Nenek
Saya dari Sungai Panjang, ketika sampai di Batu Pecah, orang-orang baik tadi mengantarku kesini.
NPA
Memangnya nenek mau kemana?
Nenek
Saya mau ke Batu Besar.
NPA
Rumah siapa itu?
Nenek
Rumah suami.
NPA
Bapak masih ada memangnya?
Nenek
Masih
NPA
Dimana kak?
Nenek
Disini. (Katanya sambil menyentuh dadanya)
Nenek Pemuka Agama itu tertawa melihatnya.
NPA
Kalau ada disitu kenapa kok harus ke Batu Besar?
Nenek
Tidak mengapa, aku hanya ingin pulang.
NPA
Pulang kemana?
Nenek
Rumah
NPA
Rumah? Bukankah rumahnya tadi di Sungai Panjang?
Nenek
Iya
NPA
Lalu?
Nenek
Saya tidak tenang.
Nenek berdua itu berjalan, pergi ke jalan raya.
Ekst. Jalanan Pos Polisi
Mereka berdua berjalan bersama di Pos Polisi, nenek pemuka agama berjalan dan ingin menemui polisi
Nenek juga ikut dibelakangnya.
NPA
Betulkah kakak ingin pergi ke Batu Besar?
Nenek
Iya
NPA
Ada ongkos? Tunggu sebentar, saya tak pulang mengambil uang.
Nenek
Tidak perlu. Orang baik tadi telah memberiku uang.
Nenek itu bertegur sapa dengan polisi. Polisi itu terlihat ramah dan menyapa dua nenek ini.
NPA
Pak polisi, nenek ini mau ke Batu Besar. Mohon dihentikan bus yang mengarah ke Batu Besar ya.
Polisi
Oh siap nek, tunggu saja nenek duduk disana. Nanti kalau ada bus saya hentikan. (menunjuk pos polisi)
NPA
Terimakasih pak polisi.
Polisi itu mengangguk tersenyum, lalu memerhatikan jalan lagi.
Lalu nenek berdua itu pergi ke pos polisi. Mereka sama-sama duduk di kursi panjang.
NPA
Apakah masih ada disini kak? (Menyentuh dada Nenek)
Nenek
Siapa?
NPA
Siapa yang ada disitu?
Nenek
Masih, aku tidak akan pernah melupakannya
NPA
Kak, kalau masih ada disitu, berarti kakak belum ikhlas. Tolong ikhlaskan saja.
Nenek itu diam. Nenek Pemuka Agama itu juga diam. Nenek pemuka agama itu lalu berdiri.
NPA
Dia tidak ada disitu nek, dia sekarang ada di sana (katanya menunjuk atas).
Nenek terdiam, ia menjadi kosong dan sembab.
NPA
Saya pamit dulu. Rumah saya dibelakang situ lho, kalau ada apa-apa kesana saja. Ndak perlu sungkan kak.
Nenek
Iya, terimakasih banyak.
NPA
Ikhlaskan, biar dia tenang.
Nenek pemuka agama itu berjalan pergi, entah kemana, tapi nenek itu menghilang.
Nenek itu diam, lalu lintas jalan berjalan cepat.
Tiba-tiba seorang anak datang, lusuh berjalan didepan nenek ini. Dua orang bersama adiknya.
Nenek
Kemana nak?
Mereka berjalan terus dan tidak menjawab.
Nenek itu berdiri, dan mengikuti mereka.
Terlihat bus arah Batu Besar datang.
Pak Polisi memberhentikannya.
Polisi
Tunggu sebentar, tadi ada penumpang yang akan naik.
Kernet
Dimana bos?
Polisi
Tadi kemana yaa?
Polisi itu berjalan pergi mencari nenek.
Nenek sudah hampir menemui dua bocah itu. Berpakaian lusuh, menggembol karung mengemis bersama adiknya.
Nenek
Nak kemarilah.
Adik Tiba-tiba berjalan ke arah nenek. Sedang kakaknya bingung melihati dari arah belakang.
Nenek
Ada apa dengan kalian?
Adik
Kami mengemis dan memulung nek.
Nenek
Bukankah kalian anak yang disekolahan tadi? (Nenek ini merasa bocah ini mirip)
Kakak datang dan merangkul adiknya.
Kakak
Kami tidak sekolah nek, kami tidak pernah sekolah.
Nenek itu diam, ia kasihan. Ia tahu ini bukan anak yang tadi pagi.
Nenek
Nak, ini untukmu (ia merogoh uangnya seketika itu juga. Semua pemberian orang baik tadi diberikannya pada bocah itu).
Adik dan kakak itu datang, mereka mencium tangan dan menangis namun ditahan.
Kakak
Kami tidak makan dua hari nek, kami makan daun saja seadanya. Kami memakan apa yang dibuang orang.
Kakak itu menangis dan terus memegang tangan nenek.
Polisi terlihat tersengal-sengal dibelakang. Disini rupayanya. Ia berjalan mendekat dan membuka topinya dan menjadikannya kipas.
Polisi
Nek, ayo. Busnya sudah datang.
Nenek
Baik pak.
Nenek itu berjalan. Tapi nenek itu sadar, bocah itu pergi ketika polisi itu tadi datang.
Berjalan bersama, nenek berjalan disamping pak polisi.
Nenek
Kenapa bocah tadi lari pak polisi?
Polisi
Mereka takut ditangkap nek.
Nenek
Ditangkap kenapa? Kan mereka tidak melakukan kesalahan.
Polisi
Mereka tidak boleh beroperasi disini nek. Iya kalau mereka orang baik nek, kalau copet. Sudah banyak nek, anak-anak begitu.
Nenek itu diam. Ia berjalan dan mengusap-usap dadanya sabar. Mereka berdua berjalan pelan-pelan.
Nenek
Untuk anak kecil yang belum makan dua hari, mereka bukanlah copet pak polisi. Mereka anak yang baik.
Mereka berdua sampai di bus, nenek itu melompat dan bus hendak berjalan. Polisi itu masih setia dibelakang bersama kernetnya.
Polisi itu diam saja, ia tak begitu menanggapi kata-kata nenek sebelum melompat ke bus tadi.
Kernet ikut lompat dan bus berjalan melewati perempatan ke arah Batu Besar.